11. Ares Sang Kapten Basket

31 4 23
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"𝑲𝒂𝒍𝒐 𝒅𝒊 𝑲𝒊𝒎𝒊𝒂 𝒂𝒌𝒖 𝒃𝒆𝒍𝒂𝒋𝒂𝒓 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒖𝒔𝒖𝒏𝒂𝒏, 𝒔𝒊𝒇𝒂𝒕, 𝒅𝒂𝒏 𝒎𝒂𝒕𝒆𝒓𝒊. 𝑻𝒂𝒑𝒊 𝒔𝒂𝒂𝒕 𝒎𝒆𝒍𝒊𝒉𝒂𝒕 𝒎𝒖, 𝒎𝒂𝒌𝒂 𝒂𝒌𝒖 𝒃𝒆𝒍𝒂𝒋𝒂𝒓 𝒃𝒂𝒉𝒘𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒄𝒊𝒏𝒕𝒂𝒊 𝒕𝒂𝒌 𝒉𝒂𝒓𝒖𝒔 𝒎𝒆𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌𝒊. 𝑲𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂,𝒎𝒆𝒎𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒑𝒆𝒓𝒕𝒊𝒏𝒚𝒂 𝒃𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒂𝒌𝒖 𝒕𝒂𝒌𝒅𝒊𝒓 𝒎𝒖, 𝒄𝒂𝒏𝒕𝒊𝒌. "
~𝑲𝒆𝒏𝒛𝒐 𝑺𝒆𝒃𝒂𝒔𝒕𝒊𝒂𝒏 𝑨𝒍𝒅𝒆𝒗𝒂𝒓𝒐

𝑯𝒂𝒑𝒑𝒚 𝑹𝒆𝒂𝒅𝒊𝒏𝒈

Semburat cahaya matahari berhasil masuk melalui celah jendela kamar seorang gadis yang tangannya masih diperban itu, hangat cahayanya tepat mengenai wajah cantik yang bahkan belum sepenuhnya terbangun dari tidur. Ditambah bisingnya suara kucing yang terus mengeong, melengkapi hari dengan mentari dan langit cerah pagi ini.

Alarm berwarna merah muda dengan sedikit gabungan warna hitam berdering membuat gadis itu tersentak terbangun. Mengusap kelopak matanya sembari berkata."Ck. Bising banget, jam berapa, sih. "

Dilihatnya jam alarm itu, yang mana sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Namun, dirinya tak terlalu terkejut. Karena memang ia diperbolehkan libur hari ini.

Gadis itu beranjak bangun dan merentangkan tangannya. Memakai kacamata dan melirik sebuah ponsel pintar yang tepat berada di sebelahnya. Dilihatnya notifikasi dari sebuah aplikasi berwana hijau itu.

Kak Ares
Halo? Nai?
Haii..
Lo udah block nomor gue?
Gue cuma mau nanya, kemarin lo kenapa?
Tangan lo luka, ya?
Itu tadi gue udah kirim makanan favorit lo, trus obat, sama beberapa boneka, biar lo gak bosen dirumah.
Maaf kalo sikap gue selama ini bikin lo risi. Itu cara gue ungkapin rasa suka gue ke lo. Diterima ya.. Kadonya.. Bye cantik.

Naila, gadis itu menepuk jidatnya sendiri. Dirinya lupa memblokir nomor itu. Mungkin terdengar kejam, namun memang begitulah seharusnya.

Usahakan jangan menyimpan kontak lawan jenis yang bukan mahram jika tak ada keperluan mendesak.

Catatt itu...

Belum sempat membalas pesan itu, dirinya tiba-tiba dikejutkan dengan suara ketukan pintu. "Assalamu'alaikum... Non, udah bangun? " terdengar suara seorang wanita paruh baya di luar sana.

"Waalaikumsalam. Iya, bentar bi. " Naila segera memasang hijab instan nya dan segera membukakan pintu.

"Ya, ada apa, bi? "

"Ini, non. Ada paket untuk non. " ujar wanita paruh baya itu dengan tersenyum manis. "Dari tadi sebenarnya bibi udah panggil non. Tapi kayaknya non masih tidur, bunda sama ayah udah berangkat kerja. Tuan Ali udah berangkat sekolah dan Aariz juga udah pergi ke pesantren buat gantiin ayah, non. Kalo non mau makan udah ada di meja itu. " jelas sang bibi.

Naila kemudian mengangguk. "Iya, makasih ya, bi. " gadis itu kemudian membuka kardus paket yang berukuran cukup besar itu. Ini pasti ulah Ares. Batinnya.

Sang bibi pun ikut mengintip isi paket itu. "Dari siapa itu, non? Banyak banget? " tanya bibi itu iseng.

Namanya adalah Alya. Bi Alya. Pembantu rumah tangga yang sudah bekerja sedari Naila masih bayi. Ya, bisa dibilang bi Alya dan Naila sudah kenal lama dan sangat akrab.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dia Arkhanza (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang