1. Sebuah Pertemuan

156 13 3
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
...Happy Reading...

Pagi hari yang cerah, dimana menampakkan seorang pemuda menggunakan baju gamis koko dengan peci dikepalanya mulai melangkah berjalan menuju sebuah motor berwarna hitam. Saat ingin menaiki motornya gagah itu, tiba-tiba terdengar suara seseorang memanggil namanya."Kha... Arkha... Tunggu.. "

Arkhanza Malik Al Qayyum.
Seorang pemuda tampan dengan tinggi 189cm. Cukup tinggi,bukan? Mempunyai kulit putih bersih, dengan warna mata nya termasuk golongan warna mata amber, yang menghasilkan kesan berkilau keemasan. Anak angkat seorang Kyai Habib, pemilik pondok pesantren Al Qayyum, dimana merupakan salah satu pondok pesantren favorit di Bandung. Mempunyai iq 146. Mantan ketua basket SMA Lentera Bangsa. Hebat dalam bidang akademik, terutama masalah matematika dan kimia. Sering mengikuti Olimpiade sains seperti OSN, dan sebagainya. Menjadi incaran para siswi dan sangat disegani. Tak ada yang berani macam macam dengannya, terlebih dia juga seorang yang pandai ilmu bela diri. Tak banyak bicara, dan selalu bersikap dingin terutama terhadap lawan jenis. Paham agama, ia juga diangkat menjadi salah satu pengurus pondok pesantren saat usianya menginjak 21 tahun.

Arkha menoleh ke belakang saat merasa ada yang memanggil namanya. "Ada apa Ilham? Saya buru buru. "

"Mau kemana? udah lupa, ya? Bukannya tadi kamu udah janji mau anterin saya ke pasar beli bahan makanan. Kok sekarang malah pergi? "Ilham bertanya dengan nafas yang sudah agak sesak akibat berlari mengejar Arkha tadi.

" oh iya, sepertinya saya hampir lupa. Ya sudah, ayo kita pergi ke pasar. "

Setibanya di pasar, Ilham langsung turun dari motor dan ketika ingin melangkah masuk kepasar ia terkejut mendapati Arkha yang dengan santainya masih duduk di motor dengan merapikan rambut dan pecinya di kaca spion motornya. Ilham yang merasa kesal dan dengan spontan langsung memukul lengan Arkha dengan keras.

"Arkha.. Kamu kenapa masih duduk disini. Cepat berdiri dan temani saya masuk mencari semua bahan makanan yang tertulis di kertas ini. " Ilham lalu menempelkan secarik kertas tepat di kening Arkha.

"Kan tadi katanya hanya mengantarkan. "Jawab Arkha dengan santainya tanpa melihat kearah Ilham sedikitpun. Ilham berdecak kesal sambil membatin dan mengelus dadanya." sabar Ilham.. Sabar.. Astagfirullahalazim.. "

"Ar, belanjaannya banyak. Saya tidak akan sanggup membawa semuanya sendiri. Lihatlah. "
Ilham kemudian membuka lipatan kertas belanjaan itu yang ternyata lebih panjang dari pada dugaan Arkha. Terbelalak kedua mata Arkha ketika melihat kertas itu. Bagaimana tidak? Kertas itu ternyata lebih panjang daripada tinggi motornya.

"Apa kita akan membeli semua ini? Tumben? Ada acara apa? "Tanya Arkha sekaligus menebak dengan raut wajah yang masih terkejut.

" Iya Ar, tadi kata Abi akan ada pertemuan antara pengurus pesantren kita dengan pengurus pesantren lain. Dan Abi ingin mengadakan acara makan bersama. Hm.. Saya sudah lupa nama pesantrennya. "Setelah Ilham selesai bicara, terjadi keheningan diantara mereka hingga akhirnya Arkha membuka suara.

" ya sudah, ayo beli semua bahan makanannya. "

"Nah.. Gitu doong.. Dari tadi, kek. "Ilham kemudian berjalan meninggalkan Arkha masuk ke dalam pasar.

Sementara itu...

"Na, kemana sih mereka? Kenapa lama banget? Padahal cuma disuruh beli bahan makanan doang lamanya kayak nunggu ayam jantan bertelur. Keburu siang nih. "Seorang gadis berparas cantik yang sudah memasang raut wajah kesal itu terus menerus berceloteh sendiri membuat saudaranya yang berdiri di sampingnya pun akhirnya buka suara.

"Sabar Put, sabar... Jangan marah marah terus.. Nanti cepet tua loh.. "Husna, gadisitu terus berusaha menenangkan saudaranya, Putri yang terus terusan berceloteh kesal kepada 2 orang pemuda, yang ia akui mengapa sangat lama?
Husna kemudian mengelus lembut punggung Putri sambil berucap. "Mungkin mereka lama karena pasar lagi ramai pembeli? "

Dia Arkhanza (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang