Chapter 2

496 37 6
                                    

Seungcheol tidak ke Jepang, pria itu membual membohongi istrinya mengatakan bahwa ia memiliki urusan disana. Kenyataannya pria itu justru kini tengah berdiri, menunggu seseorang membukakan pintu sebuah kamar hotel untuknya

Click

Pintu itu terbuka, menampilkan Jihoon yg hanya dibalut dengan bathrob hotel yg putih. Air bercucuran dari rambutnya yg basah , Jihoon tampak sangat segar dengan aroma manis yg menyeruak

Seungcheol segera masuk, membanting pintu dengan keras ia segera mendekati Jihoon dan memeluknya

Pria itu membungkuk, mencium Jihoon dengan sangat dalam menyalurkan rasa rindu yang sudah tidak dapat ia tahan

Dan Jihoon menyambut ciuman itu, ia juga tidak kalah merindukan Seungcheol yg beberapa hari ini sulit ia temui karena persiapan acara pesta tadi sore.

Keduanya sudah menjalani hubungan ini selama dua tahun, di tahun ketika Jeonghan baru saja memperkenalkan mereka di acara sebuah penghargaan musik

Dulu, ketika Jeonghan menikah Jihoon sama sekali tidak bisa datang karena kondisi ibunya yg berada di Jepang. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk menata karir dan hidup disana untuk waktu yg lama sehingga dua tahun kemarin baru bisa kembali dan menetap di Korea

Menjalin hubungan dengan milik orang lain bukanlah sesuatu yg mudah untuk dijalankan. Apalagi mengingat jika Seungcheol adalah suami dari sahabatnya sendiri, total membuat ia sangat berhati-hati karena takut ketahuan. Ia tau bagaimana Jeonghan sangat menyukai Seungcheol, mencintai pria di pelukannya meski Seungcheol tidak pernah meliriknya sama sekali

Ia adalah satu-satunya orang yg tau mengenai hubungan Seungcheol dan Jeonghan secara lengkap, mendengar cerita kehidupan keluarga manis itu dari dua sisi yg berbeda ia baru tau jika Seungcheol dan Jeonghan hanyalah sebuah kepura-puraan

Bertahun-tahun ia mengira bahwa Jeonghan sudah sangat bahagia, tapi ketika ia bertemu dengan Seungcheol semua kebahagiaan yg ia lihat itu ternyata hanya sebuah garis transparan. Garis tidak nyata yg selama ini ia anggap benar-benar ada

Jihoon menutup mata di sela ciuman mereka, bayangan Jeonghan yg kecewa tiba-tiba muncul setiap kali ia bersentuhan dengan suaminya. Rasa bersalah itu selalu ada, namun Jihoon ingin egois. Ia ingin memiliki Seungcheol seutuhnya meski sekarang harus tetap bertahan di posisi yg sangat menyakitkan. Toh Seungcheol tidak pernah menyukai Jeonghan. Pria itu tidak pernah menyukai Jeonghan sedikit pun. Maka dari itu, seharusnya ia mengenyahkan segala rasa bersalahnya terhadap Jeonghan seperti apa yg Seungcheol selalu katakan

Lengan kekar itu menggerayangi pahanya yg halus, membuat ia tidak sengaja melenguh dan membuat Seungcheol merasa semakin panas

Pria itu melepaskan ciuman mereka, menarik dasinya dengan kasar membuat beberapa kancing terjatuh begitu saja. Matanya menatap Jihoon dengan tajam, bibir bengkak yg tengah terengah-engah itu total membuat pikirannya semakin kacau dan merasa gila

"Kau harus bertanggung jawab"

Seungcheol mencium Jihoon kembali, menekan belakang kepala pria manis dalam pangkuannya ia menuntut sebuah ciuman panas yg liar

















Ketukan pintu itu terdengar dengan cepat, Jeonghan, yg merasa tidurnya tengah diusik itu semakin menelungkupkan wajahnya ke bantal, menggulung tubuhnya dengan selimut ia menghindari seseorang yg mencoba mengganggu tidurnya

"YOON JEONGHAN! KAU TIDAK AKAN BANGUN?!"

"Haish!!" Jeonghan terduduk, mengacak rambutnya frustasi ia menyibak selimutnya dengan kasar. Kaki jenjangnya menuruni kasur dengan marah, menghentak setiap langkah akibat terlalu kesal dengan putranya yg kurang ajar

HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang