Chapter 9

858 43 33
                                    

"Tolong satu lagi"

Jeonghan bersendawa, perutnya terasa kembung akibat minuman alkohol yg terus ia tenggak. Pandangannya kabur, Jeonghan menjatuhkan kepalanya di meja sembari terkekeh ringan. Pria manis itu menertawakan hidupnya. Hidupnya yg malang dan menyedihkan

Pertama, ia adalah pria bodoh yg memberikan kehidupannya kepada Seungcheol dengan cuma-cuma

Dan kedua, ia adalah pria sial yg bisa-bisanya dikhianati oleh dua orang kesayangannya sekaligus

Ketiga, kau sangat lemah Yoon Jeonghan. Seharusnya kau pergi dan membunuh dua orang itu secara brutal. Dimana harga dirimu? Kau yakin hanya akan berakhir dengan seperti ini? Menyedihkan

"Ya, aku memang menyedihkan"
"Jadi berhenti mengoceh ditelingaku"
Bertender itu kebingungan, Jeonghan sedari tadi berbicara tidak jelas di acara mabuknya. Seperti seorang yg baru pertama kali melihat orang mabuk, wanita berseragam itu selalu merasa tercengang dengan setiap umpatan yg Jeonghan keluarkan. Bukan apa-apa, hanya saja dilihat dari sisi mana pun, orang ini seharusnya tidak memiliki kesialan

Lihatlah? Meski dalam keadaan seperti ini, pria itu terlihat sangat cantik dan berkelas. Seharusnya orang seperti itu tidak memiliki kesulitan apa pun di hidupnya

Jeonghan dapat merasakan ponselnya yg bergetar, suara dering telpon itu mengganggu waktu mabuknya. Dengan setengah sadar ia merogoh saku jas, mengambil ponsel dan berusaha menekan ikon hijau di layar itu

"Oh-
Yeoboseyo"

"Han"
"Kau dimana?"
"Kenapa berisik sekali?!"
"Aku baru saja pulang dari kampus dan kau belum juga ada di rumah?"
"Kau baik-baik saja kan?"

Jeonghan berdecak, putranya terlalu banyak bicara

"Eum, Mingyu-ya"
"Aku tidak akan pulang"
"Aku menginap"

Mingyu diujung sana mengernyitkan dahinya, ia sudah menghubungi setiap teman dekat Jeonghan dan mereka sama sekali tidak mengetahui Jeonghan dimana. Lalu dimana kelinci nakal ini akan menginap? Di hotel? Bersama ayahnya? Sialan

Apa mereka sebegitu nya tidak ingin diganggu?!

Suara bising musik terdengar nyaring ditelinganya, Mingyu berdecak kesal ketika ia menyadari bagaimana suara ibunya yg serak seperti baru bangun tidur

"Kau di bar?!" Nada bicaranya meninggi, memikirkan bagaimana pria manis itu menjadi panas disana total membuat amarahnya menjadi naik. Ia takut, baik Seungcheol atau siapapun itu yg tengah bersamanya akan memanfaatkan kesempatan ini

"Hehehe, bocah pintar"
"Kau pintar Mingyu-ya"
"Kau pintar menebak"
"Nilaimu seratuuuus"

Mingyu memijit pelipisnya, sepertinya Jeonghan benar-benar mabuk hingga bertingkah tidak biasanya

"Black Sun?"

"Heem"



















"Wah, sudah berapa lama kita tidak kesini?"

Jihoon memegang pagar pembatas danau, menikmati indahnya warna danau yg biasa ia kunjungi dulu semasa SMA bersama teman-temannya. Tidak ada yg berubah, danau itu masih cantik di kelilingi pepohonan yg rimbun. Sangat asri, dan menyejukkan Lampu-lampu berwarna kuning pun turut menambah kecantikannya di sepanjang jalan, menyinari, menuntun setiap pengunjung yg datang di malam hari seperti ini. Indra penciumannya menghirup rakus oksigen disana, terasa menyegarkan dan melapangkan dadanya yg sesak akibat beberapa hal

Jisoo disisinya menatap Jihoon dengan pandangan yg sulit diartikan. Setan di dalam dirinya menyuruhnya untuk mendorong pria manis itu, tapi dengan segala kesadarannya, ia tetap harus pada batasan. Apa pun yg ia ketahui pada dasarnya bukanlah urusan yg bisa seenaknya ia campuri

HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang