🌼Happy Reading🌼
Andreas melakukan apa yang dikatakan Sofia, dia berdiri dengan ekspresi panik. Di hadapannya, Sofia mengeluarkan sebuah alat berbentuk pistol, namun bentuknya dimodifikasi seperti pistol mainan.
Sofia memastikan musuh tidak berpindah, begitu waktunya tepat, Sofia menarik Andreas agar berada di belakangnya, dia lupa memberi kode. Sofia lantas menaruh jari pada pelatuk pistolnya ketika sasaran sudah terkunci oleh siasatnya, sebuah peluru berukuran kecil diluncurkan.
Suaranya tidak begitu nyaring, Sofia bisa melihat pelurunya mengenai kaki sasaran, tetapi itu tidak membuat musuhnya melemah. Musuh berpakaian serba hitam itu berhasil lolos meskipun sudah dibuat terluka dengan peluru yang bersarang di bagian kakinya. "Sial!" umpat Sofia.
Andreas berada di belakang Sofia dengan posisi berjongkok, memegang kedua kaki Sofia tanpa dia sadari, Andreas merasa benar-benar berada dalam bahaya. Setelah mendengar umpatan Sofia, Andreas berdiri dari posisinya. Melihat ke segala arah untuk memastikan keadaan sudah aman. "Mana dia?"
Sofia menghela napas kasar, dia menghadap Andreas disertai ekspresi kecewa. "Saya berhasil melukai bagian kakinya, Tuan. Tapi sepertinya dia orang yang kuat, dia masih bisa melarikan diri, saya akan mengejarnya, sebaiknya Tuan kembali ke perkemahan."
Andreas sempat tertegun beberapa saat, karena mendengar kalimat panjang Sofia. Dia baru mendengar Sofia berbicara banyak dengannya. "Apa maksud lo gue disuruh ke tenda? Terus lo mau ngejar dia sendirian?"
Sofia mengangguk. "Akan lebih aman untuk Tuan jika berada dalam perkemahan," tuturnya.
Andreas tidak percaya Sofia berkata seperti itu. "Justru gue merasa lebih aman kalau sama lo!" tegasnya.
Sofia sedikit tersentak karena nada tinggi Andreas, tetapi dia lebih terkejut dengan isi perkataannya. Keduanya sama-sama terdiam, tidak ada yang memulai percakapan, benar-benar suasana canggung yang kuat.
Andreas merutuki dirinya yang mudah mengatakan kalimat memalukan tersebut, semoga saja Sofia tidak mempunyai pemikiran aneh tentangnya.
Sementara Sofia terlihat memikirkan sesuatu, benar juga, bahaya selalu ada bahkan jika dia meninggalkan Andreas di tenda, siapa sangka? Musuh bisa ada di mana saja tanpa bisa Sofia tebak. "Baiklah, Tuan. Saya akan mengantar Tuan menuju tenda, saya sendiri juga akan kembali ke tenda. Tuan tidak perlu khawatir, saya pasti akan menemukan orang misterius itu," papar Sofia, dia melihat jam tangan di pergelangannya, "ah! Sudah waktunya tidur, sebaiknya kita segera tiba di perkemahan."
Andreas menghela napas panjang, sepertinya Sofia benar-benar tidak mengerti maksud ucapannya, syukurlah, Andreas jadi tidak perlu merasa canggung terlalu lama. Dia mengangguk. "Oh iya, pistol lo, jangan sampai ketahuan sama guru, lo bisa di skors karena bawa senjata ke acara sekolah."
Sofia menunduk sejenak. "Baik, Tuan. Saya akan berhati-hati."
Keduanya berjalan melewati jalanan setapak di hadapan mereka, dibantu cahaya senter dari ponsel Andreas yang berjalan mendahului.
Sofia berhenti sejenak, menikmati pemandangan langit malam yang saat ini cukup terang karena cahaya bulan dan hiasan bintang-bintang. Ternyata seindah ini jika dilihat dari tempat yang tinggi.
Merasa Sofia berjalan tertinggal darinya membuat Andreas tersadar dan menghentikan langkahnya, dia melihat Sofia yang tertinggal beberapa langkah di belakangnya. "Sofia! Ayo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sofia's Mission
Teen Fiction(ON GOING) *Cerita yg asli hanya ada di WATTPAD* *** Sofia Irena mendapat misi menjadi bodyguard seorang Andreas Sanjaya. Lelaki tampan yang terkenal pembuat onar, Andreas terlahir dengan sendok emas di mulutnya. Karena status keluarganya, Andreas t...