BAB 21

11 1 0
                                    

🌼Happy Reading🌼

Acara hiking telah usai, semuanya lancar tanpa halangan, berbeda dengan perkiraan Sofia. Sebelumnya dia mengira akan ada sedikit kejadian ganjil ternyata tidak, bahkan Billa yang sempat membuatnya penasaran, dia tidak berulah sedikit pun.

Matahari mulai sedikit menyembunyikan diri di balik bukit, meninggalkan berkas cahaya oranye di langit. Para murid sedang menyiapkan acara untuk nanti malam, yaitu api unggun. Acara yang paling ditunggu dalam perkemahan.

"Hai, Sofia!" panggil Ervin, dia menghampiri Sofia yang tengah mencari kayu untuk api unggun nanti.

"Kenapa?"

"Pakai ini," ucap Ervin, menyodorkan sepasang sarung tangan.

"Ngga perlu kayaknya, buat lo aja," tolak Sofia.

Ervin mengembuskan napas pelan, dia meraih kedua tangan Sofia, membuat gadis itu melepaskan beberapa dahan kayu yang sudah dipungutnya, tanpa persetujuan gadis itu, Ervin langsung memakaikan sarung tangan di kedua tangan Sofia. "Ini buat keamanan, tangan lo bisa aja tergores kalau ngga pakai alas," paparnya dan Sofia tidak membalas, dia membiarkan Ervin melakukan hal remeh tersebut.

Di lain tempat, Andreas melihat semuanya, mengapa sangat tidak nyaman melihat interaksi Sofia dan Ervin yang sedekat itu. Andreas merasa kalah, Ervin selalu selangkah lebih jauh darinya untuk bersama Sofia.

"Andreas!" Lyra menghampiri Andreas yang terlihat tengah menahan kesal, "kamu lihat apa?" tanyanya.

Andreas terkesiap dan langsung menggeleng. "Ngga, ngga ada apa-apa," kilahnya.

"Kamu ngerasa ngga, sih? Akhir-akhir ini kamu banyak menghindar sama aku," ujar Lyra, dia meraih lengan Andreas yang berotot.

"Masa, sih? Perasaan biasa aja," ucap Andreas tanpa melihat Lyra, matanya fokus pada Ervin dan Sofia yang jauh di depannya.

Lyra menangkup wajah Andreas, membuat laki-laki itu menatapnya, diusapnya wajah mulus Andreas dan memperhatikan pahatan wajah sempurna itu. Sepertinya Tuhan menciptakan Andreas saat bahagia. "Apa kamu sadar? Kamu se-sempurna itu?" gumamnya.

Andreas mengedipkan kedua matanya beberapa kali, tidak paham maksud ucapan Lyra yang pelan itu. Andreas meraih tangan Lyra. "Kamu ngomong apa? Jangan kayak gini, nanti ada yang lihat," pintanya.

Lyra terkekeh geli. "Sejak kapan kamu peduli sama orang lain, Andreas?"

"Sejak ... sekarang," jawab Andreas.

Lyra tersenyum, dia mendekatkan wajah Andreas lalu berjinjit, detik berikutnya dia menempelkan bibirnya pada bibir Andreas, sembari menutup mata.

Andreas melebarkan matanya, tidak ada debaran yang biasa dia rasakan ketika melakukan kontak fisik dengan Lyra, begitupun ini, rasanya biasa saja. Apakah ini pertanda jika perasaannya kepada Lyra telah hilang? Andreas memegang kedua pundak Lyra, membuat gadis itu menjauh darinya.

Andreas tidak mungkin mengatakan secara terang-terangan jika perasaannya kini telah berubah, pasti akan menyakitkan bagi Lyra, tetapi dia tidak ingin membohongi dirinya sendiri. "Nanti ada yang lihat, Ra. Kita masih di pengawasan guru," ucapnya memperingati sekali lagi.

Lyra mendengus kesal. "Gue emang ngerasa ada yang berubah sama lo, Andreas. Lo biasanya ngelakuin physical touch, lo selalu kirim spam chat, lo selalu ngabarin gue apa pun kegiatan lo, tapi ke mana perginya itu semua?" cercanya, dia melihat Andreas yang hanya diam di hadapannya, membuatnya semakin frustasi, "apa lo udah mulai bosan sama gue?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sofia's MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang