Di awal sore itu, Melvin memang dihubungi oleh seseorang saat dirinya bersama dengan Jean. Untung saja waktunya tepat Dan Melvin tidak bisa berpikir jernih.
"Nanti aja tanya nya. Sekarang ayo kita ke salon aja" ucap Melvin
Ten atau yang biasa dipanggil Chitta, mengangguk saja Dan mengambil alih kemudi.
Keduanya duduk di sofa khusus ruang tunggu giliran untuk mendapatkan treatment di salon. Ten melirik ke arah Melvin, memandangnya penuh tanya lalu meminum secangkir teh yang telah disediakan oleh pegawai salon.
Melvin balik menatapnya, lalu menghela nafas.
"Tumben banget mau diajak ke salon" ucap Ten lalu meletakkan cangkir tersebut dengan pelan
"I can explain but" Melvin terdengar ragu
"I'm all ears sambil nunggu. Cerita aja" ucap Ten
Kemudian, Melvin menuturkan ceritanya pada Ten selama beberapa terakhir Ia memutuskan untuk memutus kontak dengan Jean namun bertemu kembali dengan Jean di rumah sakit.
"Gwaenchana, gapapa it's okay" ucap Ten menepuk bahu Melvin
"Lo tau, percintaan kek gini tuh menarik tau. Bahkan bisa lebih menarik lagi kalau lo bisa hadapin itu semua dengan kuat--
--halah gue ngomong apaan sih" gumam Ten
"Udah lah jangan main lagi sama tuh orang. Biar dia bertanya-tanya"
"Atas nama Chitta" ucap seorang pegawai salon menginterupsi keduanya
"Yuk lah kita treatment biar slay dan makin cantik" ucap Ten dan Melvin tertawa kecil.
Setelah hampir seminggu diopname, Jean kembali lagi berkuliah sementara Melvin sejak menerima telpon Dan meninggalkan Jean tanpa jawaban pasti. Wanita itu tidak terlihat lagi semenjak itu. Jean rasanya akan gila karena Ia tidak bisa menghubunginya. Semua akses pada Melvin seolah hilang tanpa jejak. Bahkan Ia yang biasa melihatnya di lapangan basket atau tempat nongkrong dengan teman-temannya, kini sudah tidak terlihat lagi. Bahkan akun media sosialnya tidak ada lagi di pencarian.
Jean berjalan mondar-mandir bak setrikaan. Ia mengusak rambutnya kasar. Beberapa kali Ia menghubungi Melvin tapi tidak bisa. Ia sungguh tidak bisa berkonsentrasi di kelas, hingga Ia melewatkan perkuliahan selanjutnya.
"Apa gue diblock ya" gumam Jean
"Mang pinjem hape nya boleh?" Tanya Jean pada tukang somay yang biasa mangkal di kantin kampus.
"Ntar saya ganti pulsa. Urgent Mang" ucap Jean dengan muka melasnya.
"Oh ya a silakan pake aja" ucapnya dengan ramah
"Ya makasih Mang"
Jean langsung memasukkan nomor ponsel Melvin lalu mendial telepon.
Jean menempelkan ponselnya di telinganya, "Halo?" Sahut suara seseorang yang selama ini dicari Jean.
"Halo, Mel" Jean melirik ke arah mamang tukang somay sambil mengacungkan jempolnya.
"Ini siapa?" Sahut si cantik Melvin
Jean menggigit bibir bawahnya menahan senyum, terbayang wajah bingung Melvin yang lucu.
"Masa gak kenal suara gue" ucap Jean dengan suara khasnya.
"Anjir--.gue kira tukang paket Nanya alamat"
"Oh apa gue harus jadi Kang paket supaya denger suara lu Mel"
Melvin di sisi lain memutar bola matanya malas.