Sembari menenteng tas kerja, Alexa melangkah menuju pintu rumah. Ia tidak menyangka akan tiba selarut ini. Sekujur tubuhnya lelah, matanya pun terasa berat. Tak ada lagi yang Alexa inginkan kecuali tergeletak dan terlelap di tempat tidur.
Setelah mengantar Darla ke apartemen, sebuah panggilan penting memaksa Alexa untuk menemui salah satu direktur stasiun televisi ternama. Ingin rasanya ia menolak, tapi mengingat setiap pertemuan adalah peluang baginya untuk membesarkan nama Cadence Records, akhirnya ia menerima ajakan tersebut. Meski hanya sekedar makan malam mewah dengan perbincangan ringan tentang proyek kerja sama yang akan terjalin di kemudian hari, kehadiran Alexa sangat berpengaruh penting bagi kemajuan perusahaannya.
Akibatnya, sekarang ia merasa seperti sedang menarik puluhan kilo beban di pergelangan kaki, sampai rasanya ia ingin duduk sejenak di barisan anak tangga. Namun, matanya sudah tidak bisa diajak kerja sama. Mau tidak mau, Alexa memaksa langkahnya seraya menguap. Dengan pundak merosot lelah, ia menghela lega setelah berhasil tiba di puncak tangga.
"Holla, Alexa."
Seketika, tubuh Alexa menegang saat mendengar sapaan hangat itu. Namun, hanya se per sekian detik sebelum akhirnya ia menoleh secepat kilat ke arah datangnya suara.
"Wade? Apa yang kamu lakukan malam-malam begini?"
Alexa langsung menegakkan bahunya, lalu mengganti raut lelah dengan kening mengerut sarat penolakan dan sorot curiga. Ia benar-benar butuh istirahat, dan yang ia tahu, Wade bukanlah orang yang dapat membuatnya tidur nyenyak dalam sekejap.
"Aku hanya ingin meminta berkas yang kemarin kuberikan padamu, Alexa." Dengan langkah tenang dan ringan, Wade menapaki anak tangga sambil menyunggingkan senyum kecil. Tatapan hangat yang tertuju padanya malah membuat Alexa semakin mengharapkan pria itu segera pergi dari hadapannya.
Mendengar alasan di balik kedatangan Wade, Alexa mendengus kesal, lalu bergegas membuka tas kerjanya dan mengeluarkan map berisi kontrak kerja sama itu.
"Ini." Alexa menyodorkan map ke hadapan Wade yang berhenti satu anak tangga di bawahnya.
"Terima kasih," ucap Wade santai yang langsung mengepit map di ketiak. "Sampai ketemu besok jam empat sore."
Alexa mengernyit bingung. "Besok?"
"Iya, besok. Aku berencana mengenalkanmu kepada pelatih yang akan mengajari Dave, jadi kalian berdua harus hadir karena kemungkinan besok latihannya sudah bisa dimulai."
Jawaban itu membuat mata Alexa yang sebelumnya mengantuk, langsung terbelalak lebar. Hilang sudah kantuknya. Sementara, Wade terlihat begitu tenang seolah informasi dadakan itu adalah hal biasa baginya.
"Hah? Apa aku tidak salah dengar? Bukannya kamu bilang kalau latihannya dimulai hari Jumat? Besok masih Rabu, Wade. Please, jangan bilang kalau kamu lupa sekarang hari apa," protes Alexa cepat, tapi Wade malah tersenyum geli dan menapaki anak tangga terakhir hingga jarak mereka cukup dekat.
"Itulah kenapa aku minta bertemu tadi siang, Alexa. Ada beberapa perubahan yang bisa berdampak ke jadwal syuting. Seharusnya kita mulai syuting tiga minggu lagi, tapi ternyata jadwal dimajukan jadi hari Jumat minggu depan." Sikap tenang Wade saat berbicara seolah menganggap perubahan jadwal itu tidak berdampak besar bagi pekerjaannya. Alexa kesal. Sangat-sangat kesal.
"Kenapa tidak meneleponku? Kenapa kamu malah memaksakan diri datang malam-malam begini? Apa kamu tidak tahu kalau perubahan jadwal seperti ini akan sangat mengganggu jadwal kerjaku dan Dave? Astaga! Kamu tidak boleh mengubah jadwal sesukamu, Wade!"
Alexa memuntahkan seluruh protes akibat keterkejutan yang luar biasa. Keningnya mengerut kesal hingga kedua alisnya yang terukir sempurna hampir menyatu. Sungguh, Alexa tidak mengerti dengan jalan pikiran Wade.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Of You (21+) - The "C" Series No. 1
RomanceWarning!! 21+ (Cerita ini mengandung unsur adegan dewasa, kekerasan, dan kata-kata yang tidak diperuntukkan untuk anak di bawah umur. Harap kebijakannya dalam membaca. Sadar diri, sadar umur.) ***** Semua orang mengira hidup seorang Alexa Neandro s...