"Ada apa?"
Pertanyaan itu meluncur tegas dari bibir Wade saat melangkah memasuki ruang kerja yang dulu pernah digunakan Tania. Becca—yang duduk di kursi kerja—langsung mengangkat pandangan dari beberapa lembar kertas di meja, menatapnya dengan tatapan memuja serta penuh kehangatan yang tak pernah ia harapkan.
Sesungguhnya, Wade enggan menginjakkan kaki ke ruangan ini. Terlalu banyak kenangan indah yang ia lalui bersama Tania di sini, dan hal itu menimbulkan perih yang begitu menyiksa di ulu hatinya.
Dulu, Wade dan Tania sering menghabiskan waktu berdua di ruangan ini untuk menyelesaikan beberapa masalah yang dialami perusahaan atau sekedar membahas berita terkini. Bahkan, mereka cukup sering bercinta di sofa cokelat yang berada di samping akuarium besar itu—posisinya masih sama seperti dulu. Ketika Wade mengetahui bahwa Becca dengan egois menggunakan ruang kerja ini demi menunjukkan posisinya, kebencian Wade pada Becca pun semakin menjadi-jadi. Wade tidak tahu apa yang Becca pikirkan, tapi setidaknya ia paham setiap niat busuk yang berusaha wanita itu lakukan agar dapat memiliki dirinya kembali.
"Silakan duduk, Wade."
Sikap tenang terkendali yang berusaha Becca tunjukkan malah membuat Wade mengerut curiga. Muak menerima kehangatan yang wanita itu pancarkan melalui senyum dan sorot yang tertuju ke arahnya, Wade tak segan mendengus sinis. "Jika ini benar-benar tentang Tania, cepat bicara!"
"Ini memang tentang Tania."
Senyum licik menghiasi wajah Becca ketika membuka laci meja kerja, dan mengeluarkan sebuah kotak merah. Wade berdiri di dekat salah satu kursi yang ada di depan meja kerja, sementara matanya memerhatikan kotak itu tanpa kecurigaan sedikit pun. Yang ia curigai hanyalah niat Becca terhadap dirinya kali ini.
"Silakan duduk, Wade," pinta Becca dengan suara mendayu lembut, sementara mata itu meneliti liar penampilan Wade.
Tak berniat membuang-buang waktu dengan melontarkan penolakan, Wade segera duduk di kursi seraya mendengus kesal tanpa berniat memperhalus dengusannya. Sebisa mungkin ia tidak menggubris senyum licik yang menghiasi wajah Becca. Namun, Wade tetap mempersiapkan diri menghadapi setiap rencana busuk yang ia yakini akan diterimanya dalam hitungan beberapa menit saja.
"Oh, iya. Bagaimana untuk pengganti Ethan? Apa kamu sudah mengurusnya? Soalnya, aku belum mendengar kabar sama sekali darimu, Wade." Pertanyaan sarat sindiran itu meluncur tenang dari bibir Becca ketika mengeluarkan secarik kertas dari kotak merah itu.
Seketika, pertanyaan itu mengalihkan pikiran Wade kepada Alexa dan niatnya untuk menemui wanita itu lagi. Kilasan akan panas dan dahsyatnya percintaan mereka semalam semakin menggoda Wade untuk segera angkat kaki dari tempat ini. Wade kemudian berdeham kecil, menekan gairah yang mulai memenuhi tenggorokan.
"Aku sudah mengurus semuanya. Kau tidak perlu khawatir. Kujamin kita tidak akan merugi kali ini. Jangan mengulur-ulur waktu, apa sebenarnya yang ingin kau bicarakan mengenai Tania?" tanya Wade sambil menghalau kesedihan yang muncul setiap kali mengucapkan nama mendiang istrinya.
"Boleh aku bertanya sesuatu padamu, Wade?" Dengan tenang seraya bersandar di kursi kerja, Becca memegang secarik kertas. Wade mengedikkan salah satu alis saat menangkap keangkuhan di balik senyum licik yang menghiasi wajah wanita itu.
"Apa?" Tak sedikit pun Wade merasa bersalah karena sudah bersikap dingin dan sinis pada Becca. Wanita itu berada dalam daftar 'orang yang paling dibenci', dan sudah pasti menempati peringkat nomor satu.
"Kenapa akhir-akhir ini kamu selalu menolak untuk bertemu denganku, Wade?" Nada bicara Becca berubah lembut dalam se per sekian detik. Wade menggeleng geli mendengar pertanyaan yang seharusnya tidak perlu dipertanyakan karena sesungguhnya wanita itu sudah tahu alasan di balik keputusan Wade menjaga jarak. Ia benar-benar muak menghadapi sikap manipulatif Becca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Of You (21+) - The "C" Series No. 1
RomanceWarning!! 21+ (Cerita ini mengandung unsur adegan dewasa, kekerasan, dan kata-kata yang tidak diperuntukkan untuk anak di bawah umur. Harap kebijakannya dalam membaca. Sadar diri, sadar umur.) ***** Semua orang mengira hidup seorang Alexa Neandro s...