🌱8

124 13 1
                                    

"Bagaimana keadaan istriku?" Tanya Arkhan pada Aston---sahabatnya yang merangkap menjadi dokter pribadi Arkhan.

Tadi pagi, Irene mengalami keram perut. Wanita itu bahkan sampai demam akibat ulah Arkhan yang menggempurnya semalaman sampai pingsan.

"Istri? Tch!!!" Sindir Aston seraya melepas stetoskopnya.

Bukankah sebutan istri terlalu jahat sementara Irene masih berstatus menjadi anak tirinya? Karena biar bagaimana pun, saat ini status Clara masih istri sahnya Arkhan. Terlebih lagi Arkhan belum menikahi Irene. Istri??? Tch!

"Aku kan sudah bilang, kurangi olahraganya sedikit. Ketika melakukan olahraga, pastikan istrimu dalam kondisi yang sehat. Lihat, istrimu sekarang demam dan begitu kurang nutrisi. Kalau bisa, sementara ini kau main solo dulu saja"

"Mana bisa begitu!"

Aston mendengkus lagi disela memasang infus zat besi untuk Irene karena hemoglobin wanita itu begitu rendah sehingga menyebabkan anemia. Maka dari itu, Irene sering merasakan kepalanya pusing.

"Ya sudah, kalau begitu kau main dengan yang satunya saja. Heran, jadi orang kok serakah banget. Nggak cukup sama emaknya, anaknya pun diembat juga"

"Kau iri?"

"Tch! Tidak sama sekali. Ini, aku sudah resepkan obat dan beberapa vitamin. Pastikan istrimu meminumnya secara rutin" jelas Aston kembali menekan kata 'istrimu' seraya memberikan resep kepada Arkhan.

"Kalau bisa jangan membuatnya stress, karena itu sangat tidak baik untuk kandungannya" tambah Aston.

"Bisakah kau katakan hal itu padanya juga? Karena kebanyakan malah dia yang membuatku stress" keluh Arkhan membuat Aston berdecih lalu mengemas perlengkapan medisnya.

"Aku sarankan jangan ajak dia olahraga sampai minggu depan jika kau masih menginginkan anakmu lahir dengan selamat" tutur Aston kemudian pergi.

Arkhan mengambil ponselnya dari dalam saku celananya. Menghubungi bawahannya untuk segera datang.

Arkhan menyuruh salah satu bawahannya untuk menebus obat dan beberapa vitamin yang Aston resepkan tadi.

Bertepatan dengan bawahannya pergi, ponsel Arkhan bergetar. Telepon dari sekretarisnya.

"Cancel semua jadwal hari ini!"

Setelah mengatakan itu, Arkhan mematikan ponselnya lalu meletakan di atas meja. Setelah itu menaiki ranjang dan berbaring di sebelah Irene.

Arkhan mengambil helaian rambut yang menutupi wajah cantik Irene, lalu menyelipkannya ke belakang telinga wanita itu.

Di pandanginya lamat wajah Irene yang selalu terlihat cantik di matanya, hingga tak sadar kedua sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman. Apalagi ketika mendengar erangan lembut keluar dari bibir Irene yang terlihat agak pucat, kemudian perlahan kedua mata indah wanita itu mulai terbuka.

"Kau sudah bangun, sayang?" Tanya Arkhan lalu melayangkan kecupan di bibir wanita itu.

"Boleh gue minta sesuatu?" Pinta Irene dengan suara lemah.

"Katakan. Aku akan mengabulkannya, asal jangan memintaku untuk melepaskanmu"

"Gue pingin makan ayam bakar"

Arkhan menaikan sebelah alisnya, bingung sebentar. Namun detik selanjutnya ia mengulas senyum. "Aku akan pesankan sekarang" pria itu hendak bangkit untuk mengambil ponselnya, namun gerakannya terhenti ketika mendengar kalimat Irene selanjutnya.

"Gue pingin makan di luar. Di tempatnya langsung. Boleh?"

"Tidak!"

"Lo mau bayinya ngiler?"

The Blue AsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang