🌱9

160 15 3
                                    

"Apaan tuh?" Tanya Yasa melirik ke arah tangan Jege yang membawa sesuatu.

"Buat Lino sama Janu. Sekalian pamitan"

"Tch! Harus banget ya?"

Jege mengangguk cepat membuat Yasa mengiyakan saja kemauan gadis itu.

"Kak Jege" teriakan Lino membuat gadis itu dan Yasa menoleh. Mendapati Lino yang berjalan ke arah mereka bersama Janu---yang berjalan menggunakan alat bantu (kruk).

"Kebetulan kalian ada di sini. Kakak mau pamitan nih. Hari ini Kakak udah boleh pulang" kata Jege seraya menggerakan tangannya, menggesturkan bahasa isyarat agar Janu juga mengerti apa yang ia katakan.

"Sama dong kayak Janu. Hari ini dia juga udah boleh pulang" jelas Lino dengan wajah yang kentara banget sedihnya.

Jege menepuk puncak kepala Lino. "Kalau Kakak ada waktu luang, Kakak sempatkan untuk jengukin Lino. Nanti Kakak bakal ajakin Janu juga" lalu menggerakkan tangannya sambil melihat ke arah Janu.

"Beneran yaaa!"

Jege dan Janu kompak mengangguk.

"Tapi jangan ajak Kak Yasa!"

Yasa mendelik. Kok jadi gue?

"Loh, kenapa?" Tanya Jege.

"Dia nyebelin"

"Anjir, padahal dari tadi gue diem"

Mendengar itu Jege terbahak. "Iya iya... dia nggak usah diajak nanti"

"Tch! Siapa juga yang mau"

"Oh ya, Janu udah dijemput belum?" Tanya Jege.

Janu menggeleng, lalu menggerakan tangannya.

"Boleh pinjam HP?"

Jege menoleh ke Yasa. "Sa, lo bawa HP kan?"

Tanpa menjawab, Yasa mengeluarkan ponselnya dari saku celananya, lalu memberikannya pada gadis itu.

"Buat apa?" Tanya Jege pada Janu.

"Bisa tolong hubungi nomor ini?" Janu menunjuk deretan angka yang tertulis pada notebook nya. "Bilang aja, Janu udah boleh pulang hari ini"

Jege mengangguk, lalu menghubungi nomor yang tertulis di buku milik Janu.

Cukup lama berdering, hingga...

"Halo"

"Oh iya, halo. Ini saya temannya Janu. Saya hanya mau memberi tahu kalau hari ini Janu sudah boleh pulang"

Kok tidak ada jawaban?

"Halo?" Jege bersuara lagi.

"Jeha?"

"Eh? Apa?" Jege bingung. Jeha? Jeha siapa?

"Sini biar gue yang ngomong" Yasa merebut ponselnya dari tangan Jege.

"Janu udah boleh pulang hari ini. Buruan jemput! Ditunggu di lantai 1 dekat meja administrasi RS. Dewantara. Sekarang!"

Setelah mengatakan itu, Yasa menutup teleponnya.

"Oke, beres!" Kata Yasa lalu memasukan kembali ponselnya ke saku celana.

"Oh iya, ini buat Lino. Kenang-kenangan dari Kakak" Jege memberikan sebuah gulungan hasil gambaran tangan kepada Lino.

"Wah, terimakasih Kak Jege"

Jege mengangguk seraya tersenyum, lalu memberikan gulungan satunya untuk Janu. Karena selama dua minggu di RS, hanya dua bocah itu yang dekat dengannya.

The Blue AsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang