🌱11

97 10 0
                                    

Sebenarnya Jihan masih belum terbiasa dengan suasana ini. Memiliki Ayah baru terasa asing untuk Jihan. Apalagi sekarang mereka duduk satu meja di sebuah restoran yang cukup terkenal di Hongkong.

"Setelah ini Jihan mau coba lihat sekolahannya dulu? Mumpung lokasinya dekat dari sini"

Jihan hanya menggeleng menanggapi pertanyaan Shawn Yue---Ayah tirinya.

Melihat istri dan anak tirinya sedih atas kepergian Jeha, Shawn berinisiatif membawa mereka pindah ke Hongkong. Shawn juga menawarkan Jihan untuk sekalian pindah sekolah.

Dua hari lagi liburan sekolah telah usai. Shawn berencana mendaftarkan Jihan di sekolah terbaik yang ada di Hongkong. Namun Jihan masih belum mengambil keputusan sampai sekarang.

Shawn paham, mungkin Jihan belum bisa menerimanya sebagai keluarga.

"Jihan mau jalan-jalan sebentar, boleh?" Tanya Jihan begitu sampai parkiran.

"Boleh. Jihan mau jalan-jalan kemana memangnya?" Tanya Relia sambil membuka pintu mobil. "Ocean Park? Disneyland? Atau---

"Jihan mau sendiri"

"Tapi---

Perkataan Relia terpotong saat mendapati usapan di pundaknya. Wanita itu menoleh ke suaminya yang menggesturkan dengan gelengan.

"Baiklah. Tapi sebentar aja ya"

Jihan hanya mengangguk.

"Terus kabarin Ibu"

Lagi-lagi Jihan hanya mengangguk, lalu berbalik pergi.

"Apa tidak apa-apa membiarkannya sendiri?"

Shawn menangkap kekhawatiran Relia.

"Siapa bilang membiarkannya sendiri?"

"Maksudnya? Kita akan mengikuti Jihan diam-diam?"

"Bukan kita. Tapi dia" kata Shawn sambil menunjuk ke arah laki-laki berjaket hitam yang mengenakan topi warna senada, terlihat berjalan mengikuti Jihan.

"Dia... siapa?"

"Ehm... mungkin calon menantu kita?"

"Eh?"

.

Jihan menghentikan langkahnya, memutuskan duduk di salah satu kursi yang ada di kawasan pejalan kaki tepi laut Wan Chai. Sapuan angin mengibarkan rambutnya yang panjang.

Jihan memandangi lautan di depannya yang nampak berkelip karena terkena pantulan sinar matahari.

"Gimana kalau ultah tahun ini nanti kita pergi ke pantai? Gue kepengen main pasir sambil makan seafood di pinggir pantai. Kayaknya asik deh. Gue juga penasaran, air laut masih asin, kan?"

"Hahaha, ya masih lah Jeha. Kalau mau manis ya air sirup"

"Kalau sirupnya rasa jeruk mah kecut"

"Iya, kayak keringat kamu"

"Emangnya lo udah pernah jilat keringet gue? Mau lagi? Nih!"

"Ih, Jeha jorok ah!"

"HAHAHA!"

Gadis itu menunduk. Lagi-lagi ia teringat dengan kembarannya, Jeha.

Padahal ulang tahun ke tujuh belas ini mereka sudah berencana akan pergi ke pantai bersama, menghabiskan waktu dengan bersenang-senang. Namun...

"Jihan?"

Padahal suara itu terdengar lembut, namun membuat Jihan terlonjak dan buru-buru menghapus air matanya.

"Gue boleh duduk?" Tanya pria berjaket hitam yang mengenakan topi warna senada itu.

The Blue AsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang