II

2 1 0
                                    

💮Mohon tandai jika ada kesalahan dalam penulisan kata-kata. Terima Kasih💮










































==========================================
Mobil sedan hitam milik keluarga Windsor telah sampai di depan pintu mansion kediaman Royal. Dengan langit-langit yang tinggi beserta beberapa pilar pada sisi kanan dan kirinya. Terdapat detail rumit yang memberi kesan keagungan dan kemegahan.



Para maid dan juga beberapa bodyguard telah berbaris rapi menyambut kedatangan calon Putra Mahkota mereka, yang telah lama menetap di luar negeri.




Pintu mobil di buka oleh salah seorang bodyguard untuk Adam. Serentak para maid dan bodyguard membungkuk hormat saat Adam mulai berjalan menuju pintu mansionnya, "Selamat datang kembali tuan muda Adam."






Memilih mengabaikan sambutan mereka, Adam pun berjalan untuk langsung memasuki mansion yang telah lama ia tinggalkan.




"Kalau begitu aku permisi. Selamat malam dan selamat beristirahat, tuanku" ucap Clovis yang tengah berdiri di samping mobilnya.






Adam berhenti sejenak, hanya melihat Clovis dengan ekor matanya saja. "Hmm" kemudian berdeham dan melanjutkan langkahnya untuk memasuki mansion megah tersebut.






Suara sepatu yang di kenakan Adam menggema di dalam loby mansion megahnya di tambah lantai itu terbuat dari marmer luas. Adam berhenti sejenak saat ia melihat sebuah lukisan besar yang di pajang pada dinding sebelah kanan.






Menatap lukisan tersebut dengan dingin hingga ia memilih untuk mengabaikannya, lagi. Setelah melewati loby, Adam kembali melewati ruang tamu yang cukup luas pada sisi kanannya. Melangkah masuk lebih dalam lagi hingga Adam sampai di ruanga keluarga yang terlihat sedikit luas.




Mata elang yang tajam milik Adam melihat seluruh keluarga besarnya tengah berkumpul menjadi satu. Adam berjalan ke arah mereka yang tengah menatapnya dengan pheromon yang menekan.





Adam bersmirk kecil, di mana smirk itu tidak terlihat oleh siapapun. Mata hitam pekat Adam berkilau bagaikan kegelapan yang bersinar dengan semburat merah darah dan garis keemasaan miliknya.





Pada pukul 05.57 pagi ini Bulan telah siap dengan seragam SMP yang melekat pada tubuhnya. Menaruh dua kotak bekal di meja makan kecil sederhananya kemudian menatap seseorang yang sudah anteng di kursi duduk meja makan.





"Mwehehehe" cengirnya bahagia sekali. Entah apa yang sedang tamunya itu pikirkan.




Bulan tersenyum maklum dengan menggelengkan kepala pasrah akan kehadiran Elio yang tetap anteng duduk di ruang makan sempit tempat kos barunya tanpa mengeluh.





Saat membuat sarapan dan bekal, pintu kosan Bulan di ketuk oleh seseorang. Bahkan jam masih menunjukkan pukul 05.07 pagi. Membuat Bulan sempat cemas, karena ia belum  begitu mengenal tetangga sekitar. Bahkan tetangga kosannya saja hanya beberapa yang ia kenal. Selain itu Bulan hanya mengenal tuan dan nyonya pemilik kos. Namun kecemasannya menjadi pupus saat ia membuka pintu dan melihat Elio di depannya bersama senyuman tanpa dosa itu.








Bulan meletakkan hidangan sederhana mereka di meja makan, setelah tadi menyiapkan bekal dan di bantu oleh Elio yang menyiapkan peralatan makan beserta minum milik mereka berdua.



Tempat kosan Bulan seperti halnya kosan lainnya, yaitu satu petak dengan seluruh ruangan yang terhubung langsung. Membuat Bulan dapat melihat pemandangan dari dalam ruangan.




Kemudian beralih melihat Elio yang tengah lahap dan asyik bersama dunia tamagoyaki miliknya. Bulan terkekeh melihat kelakuan temannya itu.




Tangan kanan Bulan meletakkan sendok di meja, lalu mengarahkan pada dada kirinya. Merasakan detak jantung yang berpacu sedikit cepat. "Ku harap semua akan baik-baik saja" do'a Bulan yang entah kenapa, semenjak dirinya kembali dari supermarket malam itu.




Bulan merasa sedikit khawatir memikirkan hal yang belum pasti terjadi. Hingga ia tersadar saat Elio menyentuh jari tangan kirinya, "Lan.." panggil Elio menatap manik hazel Bulan yang sangat jarang ditemukan, "Ada apa? Aku memanggilmu 3 kali" tanyanya menatap teman yang ada dihadapannya saat ini. Bulan mengedipkan matanya sejenak lalu mengambil sendok yang ia letakkan tadi, kemudian tersenyum. "Hanya berfikir bekal untuk besok"





Elio menganggukkan kepala mengerti, "Bagaimana dengan sandwich isi telur" saran Elio yang hampir meneteskan liurnya.



"Hahaha.. Baiklah sudah di putuskan" final Bulan. Elio tersenyum melihat Bulan tertawa bahagia tanpa merasa canggung satu sama lain.



Karena dunia tempat mereka lahir begitu berbeda.





















T. B. C












:::::

Jangan lupa VOTE, Komen dan jika berkenan silahkan follow Nana. Oh ya.. Silahkan cari Flashback nya sendiri. Beye beye

[BL] Bumi dan BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang