💮Mohon tandai jika ada kesalahan dalam penulisan ya reader semua.💮
=========================================
Suara air yang membasahi tanah bersama tanaman dan bunga lainnya adalah hal menenangkan bagi salah satu siswa SMP dalam menjalankan aktivitas pagi hari di sekolahnya.
Angin pagi yang masih terasa dingin berhembus membuat dedaunan pohon mangga besar di belakang sekolah menari-nari mengikuti arah angin.
Cahaya matahari pagi menambah kehangatan di pagi yang sedikit dingin.
Di tambah dengan kicauan burung -burung yang merdu, menambah kesan damai dan tentram baginya.
Rembulan namanya. Ya.. Hanya itu. Tanpa marga keluarga.
Yatim piatu bayi. Entah orang tuanya masih hidup atau sudah mati.
Pupil mata coklat madu yang indah dan rambut hitam kecoklatan saat terkena pantulan cahaya.
Tampan menjerumus cantik, namun tertutup dengan penampilan dirinya. Hanya sedikit orang beruntung untuk melihat penampilan Bulan sesungguhnya.
Bahkan sahabatnya sekalipun itu secara tidak sengaja melihat penampilan Bulan saat akan berganti pakaian olahraga atau bepapasan di jalan saat weekend.
Lemah terhadap orang lain dan masih banyak lagi.
"Hhhmmm.."
Alisnya berkerut tanda sedang berfikir.
"Bagaimana menurutmu? Apa anak-anak akan suka?" tanya Mira memandang teman sekelasnya, Bulan.
Mengalihkan atensi menyiram bunga. Lalu membalik setengah badannya saat Mira bertanya kepada Bulan.
"Ya, itu lebih bermanfaat serta berguna untuk kebutuhan mereka. Akan aku tanyakan ibu Lia nanti" kata Bulan masih bernada lembut dan senyuman hangat khas miliknya.
"Ada apa?" tanya Elio ingin tahu saat tidak sengaja mendengar pembicaraan mereka berdua. Ia baru kembali dari toilet btw.
"Kepo" sembur Mira sewot, membuat Elio memelototinya hendak membalas ucapan Mira.
Namun Bulan segera menyela, "Mira ingin datang ke panti dalam waktu dekat ini. Membagikan beberapa sumbangan untuk anak-anak di sana"
Bulan menjawab lembut di sela-sela ia membereskan peralatan berkebunnya dan memandang Elio sejenak sambil tersenyum hangat.
"Ooo~.. Aku ikut! Jika sudah di tetapkan tanggalnya katakan padaku. Nanti kita bisa pergi bersama, bagaimana?"
Usul Elio menatap kedua temannya sejenak dengan semangat kemudian mengambil tas di mana ia taruh di bangku bawah pohon mangga yang teduh.
"Tentu saja boleh. Mereka pasti senang sekali, kakak dan abang favorit mereka datang" jawab Bulan merasa bahagia.
Selesai membereskan peralatan berkebun, Bulan lalu berjalan menuju sebuah rumah kayu kecil yang digunakan sebagai tempat penyimpanan khusus ekstrakurikuler berkebun. Tidak jauh dari tempat itu terdapat lapangan basket.
Membuka pintu kemudian berjalan masuk ke arah kiri, lalu mulai menaruh peralatan berkebunnya pada pegboard atau penyimpanan peralatan berkebun gantung yang terbuat dari papan pasak.
Berbalik lalu berjalan berlawanan arah dari pegboard atau di seberangnya dimana terdapat lemari kaca dengan berbagai bibit bunga dan sayuran berada.
Lalu menyimpan beberapa pupuk kimia yang dipisahkan dari bibit pada lemari kayu kecil samping lemari kaca.
Masih dengan membawa selang air yang telah di gulung, dimana terdapat tempat untuk menggantung selang air atau garden hose berada.
Setelah selesai, Bulan menutup pintu dan mengkunci dengan gembok. Lalu kembali menuju pada kedua temannya berada.
Berjalan melewati beberapa ruangan karena setiap tingkatan di bagi menjadi beberapa kelas dengan halaman sekolah yang luas.
Suasana pagi ini, dilingkungan sekolah sedikit ramai. Walaupun sekarang masih terbilang cukup pagi, namun beberapa diantaranya telah banyak yang datang. Sebagaian menjalankan aktivitas ekstrakurikuler dan aktivitas lainnya.
Mereka bertiga berjalan bersama dengan membahas barang yang akan di donasikan pada yang tidak mampu.
Bahkan kedua teman Bulan akan mengumpulkan barang atau baju yang sekiranya tidak mereka gunakan lagi di mansion mereka.
Bulan sangat bersyukur mengenal Elio dan Mira, karena mereka mau berteman dengannya tanpa memandang perbedaan.
•••
Mira bersandar pada kursinya dengan kaki kanan di atas kaki kiri. Tangannya bersedekap di dada.
Rambut bergaya loose cignon yang sederhana dan praktis dengan beberapa helai rambut terjuntai, sejujurnya Mira ini kepanasan.
Sungguh putri dari keluarga Hilmar tampak elegan dan cantik, jika diam dan bertutur kata lembut.
"Betah sekali si Tuan Muda di kelilingi oleh semut-semut nan cantik dan tampan itu"
Ejek Mira yang berwajah jelek karena mulai jengah menunggu Elio di kelilingi para siswa/siswi berbagai kelas dan tingkatan berbeda.
Saat itu.. Bulan, Elio dan Mira akan keluar kelas menuju kantin. Namun belum sempat ketiganya berada di ujung pintu, mereka telah di sambut beberapa siswa/siswi yang membawa snack, minuman dan kotak bekal untuk Elio.
Hingga 10 menit sekarang berlalu hanya demi menunggu Elio menyelesaikan urusannya.
"Hehe.. Maaf menunggu lama" cengiran Elio berikan pada sahabatnya.
Mira mendengus mendengar suara bahagia Elio yang mengungkapkan ketidak bersalahannya.
"Sudah biasa!" Sungut Mira kesal.
"Sudah.. Sudah, lebih baik kita segera ke kantin. Jam istirahat akan segera habis" lerai Bulan dengan sabar dan lembut.
"Kurasa itu tidak perlu, Lan" seringai mengerikan tercetak jelas di wajah cantik nan anggun Mira.
Membuat kedua pemuda cantik dan manis itu bahkan bergidik ngeri melihat wanita di hadapan mereka saat ini.
"Ada apa dengannya?" batin keduanya saling tatap.
'Aku punya firasat buruk'
CHAPTER 3 END
°°°
Hhhmmm.. Banyak banget wordnya
Btw, bener-bener ngebut ini ku revisinya. Jm 5 td langsung garcep.
:::::
Jangan lupa Vote, komentar dan kalau berkenan follow juga boleh.
Terima kasih banyak.❤❤❤

KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Bumi dan Bulan
Romance⚠️Cerita ini berkisah tentang DUA PRIA yang saling mencintai. Harap bijak dalam memilih sebuah cerita dan perhatikan judul cerita terlebih dahulu⚠️ Sinopsis Berkisah antara dua pria yang terlahir di takdirkan untuk bersama. Namun bisakah keduanya b...