Ivana diam terpaku di depan ruang kerja yang menjadi tempatnya berjibaku dua bulan ini. Ada alasan besar mengapa gadis ini tak melanjutkan langkahnya seperti biasa, padahal Ivana dikenal sebagai pribadi yang percaya diri dan berani. Tapi hari ini ia kehilangan semangat untuk menampakkan wajah di hadapan teman kerjanya. Mereka semua asik membicarakan desas-desus hubungan spesial antara Rio dan bos mereka, Ken. Gosip memang cepat tersebar apalagi di lingkungan kerja.
Andai saja topiknya lebih menarik dan tidak mengusik perasaannya, maka ia akan bergabung dengan sukarela. Namun topik yang dibahas kali ini adalah hal yang paling ia benci. Ada orang yang menjodohkan seseorang yang kita sukai secara terang-terangan, tentu bukan hal menyenangkan.
Ivana tertarik dengan Ken, mantan kekasih Helma yang setengah tahun lalu meninggal dunia. Kematian gadis itu disutradarai olehnya dan seorang pemuda yang dahulu ia sukai, Eric. Dahulu ada hasrat besar untuk menyingkirkan Helma, motifnya rasa iri dan menjalar menjadi racun. Lalu sekarang Ivana ingin hal lebih, rupanya mendapatkan Eric tak cukup membuat hatinya puas.
Kali ini Rio menjadi target. Pemuda polos ini seperti anak catur yang dibawa kesana-kemari, diatur dan dipaksa. Tak ada kebebasan yang sempurna bagi Rio, selalu saja ada hal sial yang mengusiknya. Belum selesai dengan Ken, kali ini namanya menjadi target bagi Ivana. Seorang gadis yang Rio pikir baik tak ubahnya seperti ular berwajah dua.
Ambisi Ivana yang besar membawanya pada rencana gila yang tak masuk akal. Gadis ini memang mempunyai kapasitas luar biasa untuk merencanakan sesuatu. Harusnya ia bekerja sebagai manajer tapi karirnya hanya sebatas penulis naskah iklan. Ivana kesulitan mencari lompatan karir, hidupnya hanya mencari peruntungan di sana-sini.
Kali ini rencana gilanya membawa Ivana ke sebuah tempat yang tampak tak begitu dinikmati orang-orang kota. Ada sebuah rumah di hadapannya yang berdiri sendiri tanpa tetangga di samping kanan dan kiri. Bangunannya masih tradisional, mirip rumah kerajaan di drama-drama, tapi kali ini ukurannya lebih kecil, paling bisa menampung tiga sampai lima orang saja.
Langkah kaki yang dibalut keraguan dan penasaran itu akhirnya membawa Ivana bertemu dengan seorang wanita tua penghuni rumah yang dideskripsikannya sebagai bangunan kuno tadi. Mereka berhadap-hadapan dengan Ivana yang duduk anggun di lantai kayu seperti kebiasaan orang zaman dahulu. Ia menunduk sebentar lalu menyerahkan sebuah kendi yang di dalamnya ada manisan, buah kesemek, ubi-ubian, arang kayu, dan uang logam.
Wanita tua itu menerima kendi pemberian Ivana tanpa melihat isinya lebih jauh. Kendi itu terbuat dari tanah liat dan harus dibeli di toko kerajinan tradisional, tidak boleh di toko furniture modern meksipun bentuk dan bahannya sama. Aturannya begitu, isi dalam kendi juga sudah diatur, dan pakaian Ivana kali ini juga mengikuti aturan wanita itu.
Ivana menggunakan pakaian tradisional, tanpa riasan, tanpa aksesoris, dan pakaian dalamnya juga mengikuti kebudayaan orang dahulu. Ia juga tidak dibolehkan membawa ponsel saat memasuki rumah ini. Biasanya para tamu yang datang akan mengganti pakaian mereka di bilik khusus yang terletak di bagian depan rumah. Tamu-tamu harus mencuci wajah, kaki, dan tangan mereka di saluran air yang masih menggunakan bambu sebagai media alir.
Orang-orang yang datang ke sini selalu membawa tujuan tertentu, termasuk Ivana. Ia diminta mengambil dadu kayu lalu si wanita tua memintanya melempar dadu tersebut pada nampan kayu di hadapan mereka. Dadu itu menunjukkan angka empat, Ivana hanya menatap bingung sementara wanita tua di depannya justru mendengus tak suka.
Katanya, "peruntunganmu tidak bagus. Taruhannya nyawa, salah satu dari kalian pasti mati. Antara kau dan dia, angka empat.... angka kematian."
Wajah Ivana ikut keruh, ia masih memperhatikan angka di dadu kayu tersebut dengan bibir gemetar. Wanita tua yang dijuluki sebagai orang pintar itu membuka suara lagi, "bergeraklah cepat nak."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE EXECUTION | TAEKOOK - COMPLETED
FanfictionRio tak menyangka bahwa dirinya menjadi tersangka utama dari kematian sahabatnya. Gadis bernama Helma itu membunuh dirinya sendiri akibat kekacauan besar yang mereka sebut sebagai 'kesalahan Rio'. Keadaan yang kemudian membawa hidup Rio pada banyak...