Di malam yang gelap, salah seorang pasangan pengantin itu terduduk di ujung kasur dengan mulut terkunci. Tatapannya mengunci pada sosok pemuda yang sama-sama berstatus sebagai pengantin, keduanya adalah pengantin, mereka baru diresmikan hari ini lewat upacara singkat di salah satu gereja dilanjutkan dengan resepsi sebuah hotel mewah. Acara mereka bahkan belum selesai digelar, tetapi kedua mempelai meminta izin meninggalkan aula pesta.
Salah satu dari dua pemuda itu tiba-tiba jatuh pingsan, beberapa saat setelah hubungan mereka resmi. Insiden yang sempat membuat ricuh tamu di sana, untungnya para penanggung jawab acara lekas bergerak cepat. Insiden dapat diatasi, acara selanjutnya dilanjutkan tanpa pengantin.
Rombongan pengantin langsung berangkat ke rumah sakit, meminta penanganan darurat untuk pemuda yang masih terkulai tak sadarkan diri. Dia dibawa ke UGD untuk mendapatkan penanganan darurat. Pemuda itu mendapat serangan lagi di kepalanya, kata dokter efek kelelahan. Penjelasan yang membuat sosok pengantin lain mendengus kesal.
Ken memaki dalam hati, sudah berkali-kali dirinya melarang Rio terlibat dalam urusan pernikahan terus menerus. Pemuda itu keras kepala, ingin melakukan segalanya padahal mereka sudah menggunakan jasa wedding organizer. Keadaan Rio tak sama seperti dulu, sekarang hidupnya dihadapkan dengan banyak batasan dan larangan. Dan Ken adalah pihak yang banyak mengekang pemuda itu.
Ken itu posesif, keras, dan tak mau mengalah. Selama mereka kembali hidup bersama hingga hari pernikahan ini, tak pernah sekalipun Ken meminta Rio melakukan pekerjaan rumah atau sekedar membersihkan kamar mereka. Tapi pemuda itu sepertinya sering mencuri kesempatan saat Ken sibuk bekerja. Ternyata Ken kecolongan lagi.
Kini keduanya saling bertatapan, yang lebih tua menatap lurus ke arah yang lebih muda. Seolah menyadari arti dari tatapan itu, Rio segera menundukkan kepalanya. Ia mengaku salah, bdirinya ikut ke sana kemari mengurus persiapan pernikahan mereka tanpa sepengetahuan Ken.
"Maaf," ujarnya pelan. "Aku minta maaf, Ken."
Ken membuang wajahnya ke arah lain, ada emosi di matanya tapi tak cukup tega melemparkan kekesalan itu kepada Rio. Ia menarik napas pelan lalu balik menatap Rio. "Acara ini bukan menyangkut dirimu dan aku saja, kita mengundang banyak orang Rio."
Ya, Rio mengerti. Insiden ini pasti mengganggu kenyamanan tamu-tamu mereka. Ditambah wajah kusut Ken yang tak bersahabat, pasti pria itu benar-benar kesal. Ken terbiasa bekerja sesuai aturan dan konsep, pria itu tak terbiasa dengan kekacauan seperti ini.
"Kata dokter, lambungmu kosong. Ada apa Rio? Kenapa seperti ini?" Nada suara Ken semakin berat, pria itu perlahan-lahan mulai mengeluarkan keluh-kesahnya.
"Maaf, aku gugup. Aku tidak bisa makan apapun kalau gugup."
"Setidaknya bisa makan buah, salad, atau jus. Acaranya berjam-jam, Rio."
Rio semakin merendahkan pandangannya, menatap punggung tangan yang tertancap jarum infus. Ia tak marah dengan kalimat tegas Ken, dirinya berhak mendapatkan itu semua. Suaminya itu orang sibuk, lalu dirinya membuat masalah di hari bahagia mereka.
Pria yang menikahinya hari ini tetap pria dengan karakter sama yang pernah menjebaknya dalam pernikahan palsu. Meskipun Ken sangat mencintainya, tapi pria itu tetap teguh pada prinsip hidup. Jika Rio salah, ia tetap marah dan tak pernah membenarkan kesalahan Rio. Akhirnya Rio mengerti kenapa semua pekerja di rumah mereka sangat patuh dan tunduk pada tuan muda, sebab mereka semua memahami karakter tegas Ken yang anti dengan pemberontakan.
Keheningan di antara mereka akhirnya terpecahkan saat Ken lagi-lagi membuka suara. "Nanti makan bersama suster. Maaf aku tak bisa menyuapi orang makan."
Fakta baru, bahwa Ken sangat payah menunjukkan sikap romantisnya sebagai seorang pria dewasa. Beberapa kali saat Rio jatuh sakit, pria itu tak pernah mengupas buah-buahan untuknya, atau menyuapi makan, sesuatu yang Ken biasa hanya membantu minum saja. Selebihnya dia menyerahkan semua itu ke pelayan di rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE EXECUTION | TAEKOOK - COMPLETED
FanfictionRio tak menyangka bahwa dirinya menjadi tersangka utama dari kematian sahabatnya. Gadis bernama Helma itu membunuh dirinya sendiri akibat kekacauan besar yang mereka sebut sebagai 'kesalahan Rio'. Keadaan yang kemudian membawa hidup Rio pada banyak...