Duka Rio

254 24 13
                                    

"Kau serius mau resign?"

Itu suara Eric, ia tampak terkejut saat mendengar penuturan dari gadis yang belakangan menjadi teman tidurnya; Ivana. Gadis itu jelas tertarik dengan Eric, meskipun telah berhasil menyingkirkan penghalang terbesar, cintanya tak juga kunjung terbalas. Eric tidak menyukai hubungan romantis yang mengekang, pria itu suka kebebasan. Prinsip mereka berbeda jauh.

Sosok Ivana sangat lekat dengan perhitungan dan analisis matang. Ia pemikir handal dan ahli merencanakan sesuatu. Pertemuan beberapa hari lalu dengan Rio telah memantik keinginannya untuk melakukan sesuatu hal lagi yang lebih menguntungkan. Sebab hidup bersama Eric pun tak begitu menguntungkan, sosok Eric yang anti romantis dan egois tak layak diperjuangkan lagi.

Saat ini Ivana yang baru selesai mengerjakan laporan harian langsung menutup laptopnya kemudian menatap Eric sambil tersenyum simpul. "Iya," Ivana mengangguk "aku sudah dapat email balasan dari mereka. Besok aku pergi wawancara."

Berbeda dengan Ivana yang tersenyum bahagia, Eric justru tak menunjukkan ketertarikannya terhadap ucapan gadis itu. Terlebih apa yang dilakukan ini sama saja dengan mencelupkan kaki di lubang buaya. Mereka tau siapa Ken, pria muda yang sama-sama mereka hindari. Susah payah mereka berlari menjauhi Ken, tapi Ivana justru mendatangi pria itu.

"Gajimu kurang cukup?"

"Di sana lebih tinggi 5%" Ivana langsung menimpali. Ekspresi wajahnya tak berbuah, tetap santai sambil tersenyum tipis, seolah sesuatu yang ia ucapkan bukanlah masalah.

Ekspresi itu membuat Eric kesal. Ia langsung berdiri dan meletakkan birnya sejenak di atas meja untuk lebih mendekat dengan Ivana. "Are you crazy? Kau tau siapa Ken, kita mati-matian lari tapi kau datang sendiri ke sana."

Eric sendiri paling anti berurusan dengan Ken. Selain kisah masa lalunya dengan Helma yang runyam itu, ia secara personal juga enggan berurusan dengan orang kaya terlebih mereka- mereka yang memiliki jabatan. Jadi apa yang ada di kepalanya berbanding terbalik dengan isi kepala Ivana yang sulit ditebak.

Ivana yang berusaha mempertahankan permainan santainya berbulan-bulan ini merasa jenuh untuk beradu argumen dengan Eric.  Mereka sudah tinggal berdua sejak tiga bulan lalu, lagaknya seperti kekasih, tapi sebenarnya mereka sering beradu mulut. Ivana pikir sosok Eric ini akan nyambung dengan dirinya, ternyata tidak. Eric cenderung mengejar kebebasan, tak berani maju untuk mementingkan perasaan orang lain.

Sedangkan Ivana, gadis ini haus pujian dan perhatian. Ia selalu ingin berada di puncak di antara orang sekitarnya. Begitupun dahulu saat mereka akrab, antara Rio, Helma, Ivana, dan Eric. Ia berharap menjadi center yang dikenal dengan pusatnya perhatian, tetapi ternyata sosok Helma yang mendapatkan status itu. Dan Ivana tak menyukainya.

"Eric... Sudah berapa kali aku bilang, aku menyukaimu. Tapi aku dapat apa? Shame of you!"

"Jadi alasannya itu? Hei dengar..." Eric menyentuh kedua bahu Ivana yang jauh lebih kecil dari miliknya. Dengan kedua bola mata yang beradu tatap, Eric mencoba rileks dengan menarik napasnya pelan. "Ivana... Kau tau aku bagaimana. I don't interest on romantic things, so i am sorry."

"Yeah, I don't fuckin' care anymore, do what you like and let me be what i like. Impas?"

Eric berdecak, tampaknya mulai kesal dengan respon Ivana yang bengal. "Tapi jangan mendatangi Ken. Astaga Ivana, bagaimana aku harus mengatakannya?"

"I think I like him, so?"

"Sialan! Kau memang gila."

Ivana akhirnya melepaskan cekalan Eric di bahunya, "ya, crazy is my middle name. Ini urusanku Eric, kenapa kau yang berisik?"

THE EXECUTION | TAEKOOK - COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang