Tersangka

615 26 5
                                    

Malam kembali datang menyapu langit dengan kegelapan; terdapat setitik dua titik cahaya bintang, tampaknya malam ini awan gelap lebih maruk menguasai langit. Cuaca yang kurang bersahabat ini ikut membawa kegundahan di hati empat orang sekawan yang baru menyelesaikan proyek mereka.

Mereka; ada Dario yang biasa dipanggil dengan Rio. Lalu ada Helma, ada Ivana, dan Eric. Keempat pemuda ini bertemu di tempat kerja yang sama dan sekarang sedang mengajarkan sebuah proyek dengan imbalan prospek pekerjaan yang lebih bagus.

Mereka melakukan riset pasar untuk observasi antusiasme peluncuran brand kosmetik yang akan dikeluarkan oleh perusahaan tempat mereka bekerja. Rio yang ahli fotografi banyak menuangkan ide untuk proyek ini. Sedang Eric yang ahli dalam marketing berhasil mengelompokkan target pasar mereka. Lalu Helma yang mahir bergaya di depan kamera juga banyak menuangkan pikirannya. Tak lupa ada Ivanna yang ahli dalam story telling dan pencetus banyak ide cerita melalui produk yang akan mereka luncurkan.

Mereka merupakan perpaduan yang pas, kompeten dan termasuk tim unggulan. Hanya saja dalam proyek ini, kinerja mereka tidak dilihat melalui tim tetapi progres antar individu. Setiap hari akan ada monitoring dari perusahaan untuk meninjau kemajuan setiap karyawan yang bekerja dalam proyek ini.

"Sepertinya mau hujan, kita cukupkan saja hari ini. Bagaimana?" Ivana yang memberi saran. Ia habis meninjau kembali langit yang mulai gelap, padahal masih pukul sembilan malam.

Sang tuan apartemen kali ini, Eric, juga membenarkan. Biasanya mereka mengerjakan proyek secara bergantian di kediaman masing-masing. Dan kali ini giliran Eric. Pemuda tampan itu mulai menatap temannya satu per satu. "Rio dan Ivana, kalian berdua satu arah. Cuma Helma yang harus putar arah. Bagaimana kalau aku yang antar Helma?" Eric memberikan ide.

Helma menatap sambil berpikir, "nanti kamu pulangnya bagaimana Ric? Kan putar arah juga."

"Gampang itu, sekalian ada yang mau aku beli nanti. Yang lain bagaimana? Rio? Ivana? Setuju?"

Ivana tampak tak setuju, raut wajahnya tak sumringah. "Sekalian aja Ric bersama kami. Nanti pulangnya Rio yang stir."

Memang di antara mereka yang terbiasa mengendarai kendaraan roda empat hanya Eric dan Ivana. Sedangkan Rio lebih sering menaiki transportasi umum, pemuda itu juga agak payah menyetir sebenernya. Lalu Helma sering diantar jemput oleh Eric. Gadis itu juga tak dibebaskan menyetir oleh kakak laki-lakinya.

"Oke begini saja, kita tanya maunya Helma. Jadi kamu maunya bagaimana Hel?" Eric menatap lembut Helma, tampak gadis itu mengerutkan keningnya berpikir. Sedang di sebrang sana Ivana menatap tak senang.

"Kalau aku setuju dengan ajakan Eric," jawabnya. Wajah Eric langsung ceria sementara Ivana sudah tak bisa menahan ketidaksenangannya. Ia langsung berdiri dan mengajak Rio untuk bersiap-siap pulang.

Sepeninggalan Ivana dan Rio, dua sejoli yang masih diam di ruang tengah itu saling melempar tatap. "Ivana lagi datang bulan?" tanya Eric.

"Kenapa? Hubungannya apa?"

"Wajahnya sewot. Tapi dia memang suka cemberut sih." Lalu Eric tertawa, ia kemudian berdiri menuju dapur untuk mengambil sebotol bir dari dalam kulkas. Ia memberikannya ke Helma, "teman kita yang dua itu polos sekali ya," kekehnya, dan Helma juga ikut tertawa.

Dua sejoli itu tak benar-benar meninggalkan apartemen Eric; seperti apa yang mereka katakan di depan Rio dan Ivana. Mereka berdua berdusta, sengaja mengusir dua rekannya dengan cara halus untuk menikmati waktu berdua saja. Cuaca mendung dan rintik hujan menjadi perpaduan apik untuk menemani keintiman mereka.

Helma seakan melupakan status yang notabenenya sudah memiliki kekasih. Ada seorang pria tampan yang telah menjadi tambatan hatinya. Pemuda berusia 28 tahun yang bekerja mengelola usaha keluarga. Pekerjaan yang sibuk dan jauhnya jarak tinggal mereka membuat Helma berani bermain gila.

THE EXECUTION | TAEKOOK - COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang