"Tentang pertemuan yang semoga saja tidak diakhiri dengan perpisahan"
✧˚ ʚɞ˚ ༘✿ ♡ ⋆。˚
"Permisi. Anu, lagi cari teman kontrakan ya. Saya boleh gabung gak? Kebetulan saya lagi cari kontrakan"
Eh? Siapa yang berbicara itu? Mulutku? Lagi pula pertanyaan apa itu?
Aduh, bodohnya sekali.
Tapi mau bagaimana lagi, nasi telah menjadi bubur. Mau beringsut mundurpun tidak ada gunanya. Salahkan mulutku yang tidak bisa aku kontrol. Menyebalkan sekali.
Aku hanya tersenyum bodoh menatapa keduanya.
Tadinya aku hanya ingin membeli mie ayam, dibungkus dan dibawa pulang. Tapi mendengar dua orang asing ini berbicara tentang teman kontrakan, telingaku bekerja dua kali lebih hebat. Maafkan aku jika ini termasuk menguping, toh pembicaraan mereka juga bukan masalah personal. Harusnya tidak apa-apa.
Sudah lama aku di kota ini untuk kuliah. Hanya saja aku belum punya tempat tinggal yang bisa aku sebut dengan rumah. Aku tinggal di masjid, pindah kesana kemari. Bukannya tidak betah tinggal di rumah suci itu, hanya saja aku butuh tempat tinggal yang benar-benar bisa menjadi ruang privasiku.
Meski tidak muda-muda amat, aku juga ingin bermain game, berkumpul dengan teman sambil bernyanyi bersama, aku ingin bebas. Meski introvert tidak tau benar atau tidak tapi rasanya begitu, aku juga butuh satu dua kali keramaian.
Dan tidak mungkin aku melakukan semua itu di masjid. Temanku kebanyakan bapak-bapak kepala 4 dan 5 atau ada yang masih kepala 3 tapi bisa di hitung dengan jari. Tidak buruk bergaul dengan mereka, tapi terkadang obrolan dan gurauan mereka tidak nyambung denganku. Itu sebabnya aku memutuskan untuk mencari kontrakan.
Kedua pemuda itu menatap cengengesanku yang tidak manis sama sekali. Mungkin lebih ke arah menjijikkan. Aku ketahuan menguping.
"Eh maaf", ucapku langsung sebelum keduanya murka dan mengacak-acak wajah tampanku. ehm
Untungnya penjual mie ayam mendatangiku untuk memberikan pesanan. Aku selamat.
"Saya permisi Mas", aku mengangguk kepada pemuda yang memiliki mata bambi lalu mengangguk kepada yang satunya lagi. Kakiku hampir melangkah, hingga satu yang menurutku lebih tua memanggil.
"Eh sebentar Mas. Tadi katanya cari kontrakan. Kebetulan kami lagi cari teman. Sini duduk dulu, kita ngobrol"
Huft!!!
Aku membuang napas perlahan. Ternyata Mas-Mas ini baik juga.
"Nama aku Juan dan ini Arya"
"Aku Sabian", kami berkenalan lebih baik. Akan menyenangkan mengobrol jika sudah tau nama satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
what if?
FanfictionIni hanya potongan-potongan kisah mengenai perjalanan mereka yang tengah berjuang untuk ikhlas merelakan dan berdamai dengan diri. Tentang mereka yang tidak punya pilihan selain mengalah kepada semesta yang semena-mena memaksa untuk menelan pahitnya...