Happy Reading
✧˚ ʚɞ˚ ༘✿ ♡ ⋆。˚
Hari itu aku baru pulang dari kampung halaman setelah menjenguk Mama yang keadaannya semakin lama semakin memburuk. Adik perempuanku yang menelpon, memintaku untuk pulang.
Setelah hampir setengah bulan aku menemani, akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke kota. Sudah setengah bulan pula aku izin tidak masuk. Mama juga sudah lebih baik walaupun sedikit.
Berangkat dari rumah saat adzan ashar sudah berkumandang. Belum lagi macet saat diperjalanan. Bus juga beberapa kali berhenti, memanggil-manggil orang untuk ikut masuk ke bus. Tidak peduli mereka beneran ingin ikut atau hanya sekedar berdiri di samping jalanan.
Aku tidak banyak bawa barang, hanya tas ransel yang berisi beberapa pasang pakaian rumahan dan sepasang seragam sekolah. Kemarin,aku pulang ke kampung halaman langsung sepulang sekolah Jadi tidak sempat berganti pakaian. Sengaja tidak membawa banyak barang, sebab ku pulang untuk membantu merawat Mama, bukan liburan.
Sudah lama sekali Mama sakit, namun keadaannya memburuk sejak 4 tahun yang lalu. Mama sering teriak-teriak, tiba-tiba marah, memanggil sembarang laki-laki yang lewat di depannya dengan nama Papa, atau yang paling parah memukuli Vivy.
Adik perempuanku yang satu itu kuat sekali. Aku belum pernah mendengarnya mengeluh atas apa yang terjadi dengan dirinya.
Pernah sekali tangannya lebam akibat pukulan Mama menggunakan gagang sapu. Mama kira, Vivy adalah Loretta, istri baru Papa. Saat itu aku bertanya "Gak sakit? Kamu gak marah kan sama Mama?"
Vivy hanya tersenyum, manis sekali. Aku tau ada luka di sana. "Enggak kak, ngapain marah? Lagian cuma kena sedikit, besok udah sembuh". Sejauh ini belum aku temukan wanita sebaik dan selembut adik perempuanku. Betapa beruntung orang yang memiliki di masa depan.
Kembali ke memoriku yang kembali ke kota paska libur menjaga Mama.
Aku sampai di kota tujuan pukul setengah sepuluh malam. Sudah sangat larut jika aku kembali lagi ke kosan. Ku lihat, ada sebuah masjid yang masih buka tidak jauh dari tempat pemberhentian bus. Sepertinya tidak masalah jika aku menginap di sana semalaman.
Masjid itu tidak terlalu besar, namun terlihat bersih. "Masjid Al-Ikhlas", nama itu yang ku lihat di gerbang. Kamar mandi laki-laki ada di sebelah kanan sedangkan kamar mandi perempuan ada di bagian belakang masjid.
Di dalamnya masih ada beberapa bapak-bapak di dalamnya. Mungkin mereka tengah membicarakan satu dua hal.
Aku melangkah masuk, mengucapkan salam dengan sopan. Bapak-bapak itu menjawab salamku dengan sangat baik.
"Maaf Pak, kalau mau nginep di sini izinnya ke siapa ya?", tanyaku setelah mensalim mereka semua lantas duduk dengan sopan.
"Nak ini dari mana?", bukannya menjawab pertanyaanku, Bapak berkumis tebal dan memakai cincin dengan batu menonjol di jari jempolnya bertanya kepadaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
what if?
FanfictionIni hanya potongan-potongan kisah mengenai perjalanan mereka yang tengah berjuang untuk ikhlas merelakan dan berdamai dengan diri. Tentang mereka yang tidak punya pilihan selain mengalah kepada semesta yang semena-mena memaksa untuk menelan pahitnya...