Happy Reading
✧˚ ʚɞ˚ ༘✿ ♡ ⋆。˚
Jam sudah menunjukkan pukul 00.26 tapi mataku tak kunjung mengantuk. Kamarku juga sepi, Arya sudah tidur sejak satu jam yang lalu. Sedangkan kamar sebelah masih terdengar suara bisik-bisik. Penghuninya belum tidur. Emn, sebenarnya tidak bisik-bisik juga, sesekali Mas Juan memekik tertahan sedang Nathan tertawa lumba-lumba sesekali. Tidak tau apa yang sedang mereka kerjakan, padahal besok Nathan harus sekolah.
Pikiranku melalangbuana kesana kemari, aduan Ibu tadi pagi berputar-putar di kepalaku. Aku tau, berhemat saja tidak cukup membantu, aku harus mencari kerja. Apapun, asal bisa menghasilkan uang yang pastinya halal. Kan tidak mungkin aku mendadak jadi bandar narkoba yang berakhir dikejar-kejar polisi hanya untuk mencari uang. Itu sih bukan meringankan beban Ibu, melainkan makin menambah beban.
Tidak tahu sejak menit keberapa pikiran itu perlahan kabur, lantas hilang. Aku tertidur.
✧˚ ʚɞ˚ ༘✿ ♡ ⋆。˚
"Aaaa Mas Juan!!! Aku telat jadinya". Udah ku duga hal ini akan terjadi. Pagi hari yang cerah sudah dirusak oleh teriakan panik Nathan. Dia sampai berlari-lari untuk mengejar waktu. Salah sendiri yang tidur larut malam padahal besoknya harus sekolah. Lagian Mas Bian tumben-tumbenan tidak marah, kecuali dia sendiri yang mengajak Nathan untuk bergadang.
Arya yang duduk di sofa hanya menyaksikan kepanikan Nathan. Tidak ada yang bisa dibantunya atau dia memang tidak ingin membantu. Jika diperhatikan, lucu juga melihat Nathan yang panik. Matanya hampir berair kartu ingin menangis sangking paniknya.
"Makanya jangan tidur kemaleman. Giliran bangun siang aja paniknya ngajak-ngajak", tidak ada yang berubah dari posisi duduk Arya, hanya mulutnya yang terbuka mengeluarkan satu kalimat yang berhasil memancing kepanikan dalam diri Nathan. Kasihan sekali, sudah panik tambah panik.
Mas Juan juga, sepertinya dia merasa bersalah. Tangannya sibuk menggosok seragam Nathan. Padahal biasanya dia yang marah-marah meminta Nathan untuk mempersiapkan keperluan sekolah di malam harinya. Aku jadi penasaran apa yang mereka lakukan tadi malam.
"Mas sih, ngajakin ngegame, ga mau udahan", tangannya sibuk memasukkan buku ke dalam tas, namun mulutnya masih menggerutu.
"Kan kamunya juga seneng. Jadi kita salah berdua ini", Mas Juan memberikan pembelaan.
"Mas kalau salah gak ngaruh apa-apa juga. Lah aku? Telat masuk ini. Mana angkot kalo pagi macet"
Mereka berdua saling tuduh menuduh. Aku sih santai-santai saja. Bahkan tanganku sudah memegang piring, bersiap untuk sarapan. Mas Juan memang belum memasak, tapikan aku tidak bodoh-bodoh amat dalam urusan dapur. Aku masih bisa kok menggoreng telur. Dengan mencampurkan bawang dan cabai, aku yakin telur dadarku akan mengalahkan rendang daging Mas Juan.
KAMU SEDANG MEMBACA
what if?
FanficIni hanya potongan-potongan kisah mengenai perjalanan mereka yang tengah berjuang untuk ikhlas merelakan dan berdamai dengan diri. Tentang mereka yang tidak punya pilihan selain mengalah kepada semesta yang semena-mena memaksa untuk menelan pahitnya...