"Terkadang kita memang butuh waktu untuk menyampaikan satu dua perihal yang tidak ingin kita sampaikan secara gamblang. Kita butuh berdamai dengan keadaan supaya kuat untuk menceritakannya dengan sukarela, bukan dipaksa"
✧˚ ʚɞ˚ ༘✿ ♡ ⋆。˚
Malam ini kami berkumpul di ruang tamu. Bercerita banyak hal, lebih tepatnya mereka yang berbicara, aku hanya mendengarkan. Banyak hal baru yang harus aku pelajari di sini. Tidak mungkin aku sembarangan ketika hidup dengan orang yang baru aku kenal. Tentunya aku akan menciptakan first impression yang bagus.
Sudah lebih dari satu jam mereka memperkenalkan diri. Bergurau ini itu, terkadang menimpali ucapan satu sama lain. Emn itu, bahkan juga saling pukul karena tidak terima dikata-katain.
Aku sekamar dengan Mas Juan. Sebenarnya masih ada satu kamar kosong, tapi Mas Juan memaksa untuk satu kamar dengannya. Toh aku juga tidak keberatan. Aku suka banyak teman.
Setelah memutuskan bahwa aku sekamar dengan Mas Juan, Mas Arya dan Mas Bian membuang napasnya kasar. Kenapa? Aku sedikit bertanya-tanya. Tidak ada yang salah kan?
"Mas, sebenarnya aku bukan tinggal di masjid", aku mulai berbicara setelah sekian menit hanya menjadi pihak yang mendengarkan. Tadinya, mereka bercerita bahwa Pak Tono, bapak pemilik kontrakan yang tadinya ku panggil dengan bapak pendek menceritakan tentang dirinya kepada mereka bahwa ia tinggal di masjid. Aku merasa harus meluruskan kesalahpahaman ini.
"Loh? Kok Bapak cerita kamu tinggal di masjid?", Mas Bian bertanya heran. Aku sudah menduga hal ini pasti akan terjadi.
Akhirnya aku menceritakan semua kejadian yang aku alami kepada mereka. Sedetail-detailnya, tidak ada bagian yang tertinggal. Ditambah dengan penjelasan bahwa aku akan tetap bayar kontrakan, ikut patungan. Tidak ingin gratis.
Habis sudah semua cerita ku sampaikan, aku menarik napas. Lelah juga bercerita panjang lebar. Belum lagi menanggapi pertanyaan dari mereka. Seperti "Kamu gak capek ngobrol sama bapak-bapak di masjid?" atau "kamar mandi perempuan kamu bersihin juga". Dan yang paling parah pertanyaan Mas Juan "Ada hantu gak sih? Soalnya belakang masjid ada bambu-bambu"
Mana ada hantu di Masjid. Bambu? Bambu apa? Bukannya di belakang masjid bahan bangunan ya? Yang ku lihat begitu, sepertinya, masjid itu akan diperbesar.
Aku menjawab pertanyaan itu satu-satu. Termasuk tentang bambu di belakang masjid.
Nyaman sekali bercerita dengan mereka. Yang bercerita akan sangat merasa didengarkan karena mereka benar-benar menyimak. Memperhatikan yang berbicara.
Namun ada satu hal lagi yang membuatku kagum kepada mereka yaitu mereka tidak bertanya tentang permasalahan personal. Jelas-jelas aku bercerita tentang Mama yang sakit dan dirawat oleh Vivy, tapi mereka tidak bertanya secara detail tentang itu. Mereka membiarkan aku menceritakan apa yang ingin aku ceritakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
what if?
FanfictionIni hanya potongan-potongan kisah mengenai perjalanan mereka yang tengah berjuang untuk ikhlas merelakan dan berdamai dengan diri. Tentang mereka yang tidak punya pilihan selain mengalah kepada semesta yang semena-mena memaksa untuk menelan pahitnya...