00. Prolog

434 23 2
                                    

Aroma kopi menguar ketika kakinya memasuki coffee shop tempat pelaksanaan reuni kampus hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aroma kopi menguar ketika kakinya memasuki coffee shop tempat pelaksanaan reuni kampus hari ini. Azizi menghela napas sejenak, sebelum memasang wajah ceria seperti saat ia kuliah dulu. Masa-masa paling membahagiakan begitu cepat berlalu. Kini, yang ada hanya memori pahit yang tertinggal di benaknya.

“Zi, baru sampai? Naik apa?”

Azizi tersenyum melihat Tanya, sahabatnya yang kini terlihat lebih fresh dengan potongan rambut pendek sebahu.

“Assalamualaikum,” ucap Azizi, dia duduk di sebelah Tanya yang kosong. Mungkin, memang sengaja dikosongkan untuknya. Mengenal mereka selalu bersama semasa kuliah.

“Aku naik taksi, Nya. Kamu udah lama?” tanya Azizi.

“Lumayan lah, udah ngabisin segelas kopi. Lo mau pesan apa? Biar sekalian,” ujar Tanya. Wanita itu mulai menanyai pesanan anak-anak lainnya. Sambil bersendau gurau. Azizi juga ikut menyapa mereka. Yang sampai saat ini masih teringat nama dan wajahnya.

“Zi, kamu dapat undangan dari Yola, nggak?” tanya Karen. Rambut ikalnya yang nampak lucu, kini bergaya lurus dengan warna merah gelap.

“Eh, Yola? Belum, tuh. Yola nikah sama Daffa?”

Setahu Azizi, mereka berpacaran dari zaman sekolah, berlanjut hingga kuliah. Bahkan, saat wisuda kabarnya Daffa melamar Yola. Namun, Azizi terkejut ketika Karen menggeleng.

“Nggak, mereka putus nggak lama setelah wisuda. Yola ketahuan selingkuh. Nggak nyangka deh, padahal kelihatannya dia cewek baik-baik. Semoga Daffa cepat dapat penggantinya deh,” katanya, kemudian menyeruput jus alpukat yang tersisa setengah.

Azizi mengangguk, dia hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk Yola yang akan segera menikah, juga Daffa agar segera dipertemukan dengan jodohnya.

“Ziii, lo datang? Gue kira enggak, soalnya Arsen juga mau datang—”

“Rud!!!” pekik Zaki, disusul yang lainnya. Mereka mendelik pada Rudy yang kelepasan itu. Padahal, sudah diperingati agar tidak ada yang boleh membicarakan Arsen yang akan datang. Toh, Arsen kabarnya masih di luar negeri.

“Zi, omongan Rudy nggak usah di dengerin!” Tanya memeluk Azizi dengan tulus. Dia tahu, bagaimana hubungan Arsen dan Azizi. Keduanya berencana menikah, namun Arsen tiba-tiba membatalkannya secara sepihak. Ia tidak memberikan alasan apapun pada Azizi. Kemudian, pergi begitu saja. Tanpa jejak.

Ini adalah acara reuni kampus. Tentunya, tidak masalah Arsen datang. Azizi tidak pernah membayangkan mereka akan dipertemukan kembali. Azizi tidak tahu, bagaimana ia akan bersikap jika bertemu dengan mantan calon suaminya itu. Seseorang yang sudah meninggalkannya dan memberikan luka padanya.

“Bohong si Rudy mah, tukang ngibul!” sambar Fero, dia tersenyum canggung pada Azizi.

“Iya, Zi. Lo mau makan apa? Gue pesenin, ah gue traktir deh!” sahut Ical, mereka adalah teman-temannya Arsen.

“Nggak usah, Cal. Aku udah kenyang, kok,” jawab Azizi.

Azizi meminum lemon tea pesanannya.

Di tengah-tengah keramaian itu, seseorang membuka pintu kafe hingga menimbulkan kesunyian. Sepatu pantofelnya terdengar keras di telinga. Semua pandangan tertuju padanya. Pada lelaki yang kini sudah di cap pecundang karena berani meninggalkan calon istrinya ketika tanggal pernikahan sudah di depan mata.

Arsen benar-benar datang.

Tanya langsung menoleh pada Azizi di sebelahnya. Kecemasan itu berubah menjadi kebencian ketika melihat Azizi diam-diam menghapus air matanya.

Azizi terhenyak. Dia buru-buru menetralisir air matanya agar tidak kembali turun ketika pria tinggi semampai itu berjalan mendekati tempatnya duduk.

Arsen duduk di sebelah Alfred yang sejak tadi diam bermain game. Pandangannya tertuju pada wanita berkerudung hitam yang sejak tadi diam menundukkan kepalanya.

“Hai, Zize.”

--- oOo ---

HI!
Welcome di cerita baru ini.
Gatau, kepikiran aja waktu lagi gendong anak.
Semoga bisa selesai, aamiin.

Bantu share ke teman-teman yuk.

Gimana menurut kalian prolognya?

Sekian,
AR.

Ketika Kita Dipertemukan KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang