Tuhan memberikan luka agar kita bisa belajar.
Tentang bagaimana luka itu ada, bagaimana luka itu sembuh, dan bagaimana luka itu kembali membuatmu terjatuh.***
Azizi pernah berpikir bahwa Arsen adalah dunianya. Azizi mengira hubungan mereka akan sampai ke pelaminan, menjadi keluarga yang harmonis, memiliki anak sebagai pelengkap kebahagiaan keluarga kecil mereka. Hingga, Arsen membuatnya terluka dengan pengkhianatan yang dia lakukan.
Ketika Arsen menghancurkan harapannya, kini Daffa hadir seolah menawarkannya harapan kembali. Daffa ingin mencoba membuka hatinya untuk Azizi. Dua orang yang sama-sama dikhianati mencoba untuk saling memahami.
Bisakah?
“Gimana, Zi? Bingung, ya?”
Lamunan Azizi buyar tatkala Daffa bersuara. Pria itu menatap langit malam yang dipenuhi bintang. “Yah, wajar sih kalau bingung. Semuanya kan, emang butuh waktu. Apalagi lo sama Arsen juga lama, kan.”
“Nggak selama kamu sama Yola, sih,” balas Azizi.
Benar, hubungan Daffa dan Yola sudah berjalan hampir tujuh tahun. Banyak kenangan bersama. Suka duka saat bersama. Yang selalu di doakan agar berakhir di kursi pelaminan. Namun, sepertinya Allah tidak memberikan izin dan membuat hubunga mereka kandas dengan menyakiti salah satunya.
“Hubungan lama nyatanya nggak menjamin perasaan pasangan kita, Zi.”
Azizi membenarkan dalam hatinya.
“Anggap aja kita berteman dulu. Nanti kalau udah siap, lo boleh kasih tahu gue mau nyoba lanjut atau enggak. Kalau iya, gue akan langsung minta taaruf sama Om Syarif dan Tante Azizah.”
Lagi, Azizi terkejut mendengar ucapan Daffa.
“Taaruf? Secepat itu?”
“Iya. Umur kita udah cukup dewasa. Pacaran bukan jalan yang benar kalau gue benar-benar mau buktiin keseriusan gue sama lo.”
Azizi tidak menyangka bahwa Daffa akan mengambil langkah seberani itu. Padahal, bisa di bilang mereka jarang sekali mengobrol. Jika iya, hanya membahas tentang tugas kuliah jika kebetulan mereka di kelompok yang sama. Mungkin, baru hari ini mereka mengobrol berdua seperti ini.
“Kamu berani banget, ya. Lebih ke nggak masuk akal. Kita kan, nggak sedekat itu. Taaruf? Jangan becanda.”
Azizi kesal, bukannya dia tidak menghargai niat baik Daffa yang mengajaknya taaruf. Yang menandakan bahwa Daffa serius padanya. Azizi merasa, ini semua terlalu cepat. Untuk mereka yang sama-sama terluka. Azizi takut, jika Daffa hanya butuh pelampiasan. Dan Azizi lebih takut, bahwa dia mengambil keputusan yang salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Kita Dipertemukan Kembali
SpiritualArsen membatalkan pernikahannya dengan Azizi tanpa alasan yang jelas. Meninggalkan luka tersendiri bagi Azizi yang kala itu menaruh harapan penuh pada calon suaminya. Tiga tahun berlalu, mereka kembali dipertemukan saat acara reuni kampus. Untuk per...