15-Dia kembali

9 0 0
                                    

°Didalam rumah

Reyyen membawaku kedalam rumah, dengan keadaan baju yang basah karena terguyur hujan, dengan tergesah gesah, reyyen meniduriku di sofa, dengan keadaan yang sangat panik melihat aku yang sudah pucat seperti layaknya mayat.

"hei, kamu kenapa?" reyyen memegang tangan ku sembari mengusap usap tanganku "bibi!" teriakannya menggelegar, kemudian bi minah pun datang dari arah dapur.

"ada apa den? astaghfirullah non ara" bibi terkejut. "kenapa ini den?" bibi lanjut bertanya dengan nada bicara yang bergemetar

"aku gatau bi, sayang bangun" laki laki itu mulai meneteskan air matanya, diikuti bibi yang mulai ikut menangis.

aku mulai tersadar, betapa terkejutnya melihat reyyen yang sedang nangis terisak dengan bibi.

"sayang" reyyen memelukku erat, "alhamdulilah" ucap bibi.

kepalaku pusing benar benar pusing, jantungku berdetak sangat kencang, bahkan aku tidak bisa mengeluarkan kata kata sedikitpun.

reyyen terus menangis, aku pun mulai memeluknya sambil mengusap usap punggung kekarnya.

"st-tt jangan nangis... kalah sama badan" aku mengejeknya berusaha menghiburnya.

"aku gamau kehilangan kamu, please hidup lebih lama" kata katanya membuat air mataku jatuh

"aku gaakan ninggalin kamu rey, tapi aku ga janji, dengan keadaanku yang begini, aku gabisa janji sama kamu, selama aku hidup aku bakal selalu sama kamu" reyyen tetap menangis, aku baru pertama kalinya melihat orang ini nangis terisak isak, sangat lucu.

"udah ya, kamu gausa nangis, aku baik baik aja" lanjutku meyakininya, mengusap air matanya.

"maafin aku"

seketika aku terdiam, kata maafnya mengingatkan ku kejadian siang tadi, tapi aku tidak mau memikirkan kejadian itu lagi, anggap saja itu hanya mimpi burukku.

"its oke" aku memeluknya.

"non mau bibi ambilkan obat?"

"gausah bi, aku udah mendingan, makasih bi" aku tersenyum, bibi menghampiriku, dan memelukku.

"non.. non harus kuat yaa, bibi yakin non bisa sembuh yaa" tangis bibi terisak isak, membuat aku lanjut menangis.

"bibi mah, aku gamau nangis lagi" aku dan bibi berpelukan "bi aku mohon jangan bilang papa sama bang babay ya, aku mohon"

"iya non, bibi gaakan kasih tau papa ama mas gibran, kalau gitu bibi lanjut masak dulu ya, sebelum tuan pulang, non juga ganti bajunya ya, mau bibi ambilkan?"

"gausa bi nanti aku kekamar"

"baik non kalau begitu, bibi lanjut dulu ya" menoleh ke reyyen "den jagain non ara ya"

"baik bi, itu pasti" bibi kembali ke dapur.

"ayo mau ganti baju?" tanya reyyen.

aku menganggukkan kepalaku, kemudian reyyen menggendongku, dan membawaku ke kamar. Sampai di kamar reyyen menurunkanku, aku mencari baju, untuk aku dan juga untuk reyyen.

Love destinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang