7

180 20 0
                                    

[ Ren POV ]

Di-dia terbangun?!

Dengan panik, aku pun menarik kepalaku kembali dengan wajah yang memerah.

Aku menjadi canggung disini.

Lalu, Aru pun duduk. Wajahnya sama sekali tidak memperlihatkan minat. Ia seperti telah pasrah.

Aru menatap belati yang masih tertancap di pahanya.

"Kaki ku sudah mati rasa."cetus Aru.

lalu, Aru melihat padaku.

"..." Aku tidak bisa berbuat apa-apa mengenai itu.

"Untuk sekarang minumlah air di sungai itu, kebetulan sungainya bisa diminum, aku sudah mencobanya." Kataku.

Lalu, aku menuntun Aru untuk mendekat ke aliran sungai. Dan Aru meminum itu.

Melihatnya yang terlihat lemah seperti ini membuatku merasa sakit. Aku sangat tidak tega.

"Aru..."

Aku menawarkan kembali punggungku pada Aru.

Aru hanya menatapku dengan mata yang suntuk. Aru tidak banyak bicara, dan hanya memperlihatkan ekspresi lelah.

Itu tampak menyedihkan.

Lalu, aku kembali mengangkat tubuh Aru dengan hati-hati dan menggendongnya di pangkuanku lagi.

"Kemana kita akan pergi sekarang? Kau yang menentukannya, Aru." Kataku.

"Coba ikuti aliran sungai." Lirih Aru.

Aku mengangguk.

"Siap!"

Setelah itu, aku berjalan menyusuri hilir sungai dengan Aru yang merangkul leherku dengan erat. Tubuhnya benar-benar panas. Aku bisa merasakan demamnya sudah sangat tinggi.

Akankah kami bisa mengatasi ini?

Aku tidak mau jika Aru harus mati seperti ini...

Aku tidak ingin.

[ Aru POV ]

Setelah terbangun dari pingsanku, aku melihat Ren mendekatkan bibirnya. Aku tahu ia tidak bermaksud apapun, ia hanya mencoba membantuku menelan air itu.

Sayang sekali Ren, aku malah sadar.

...

Aku melihat sekitar, semuanya buram. Kelihatannya kondisiku sudah sangat buruk. Terlebih lagi aku tidak dapat merasakan kaki kananku, benar-benar mati rasa. Akankah aku bisa selamat? Entahlah...

Aku terus merepotkan Ren. Dia selalu membawaku seperti ini... Dapat kuakui, dia ini sangat kuandalkan...

...






Ren terus menggendongku, berjalan menuju arah aliran sungai, melewati pohon-pohon.

Situasi ini terlalu tenang...

...

Malam tadi dipenuhi oleh suara monster, tetapi hari ini tidak terlihat satu pun monster. Ini terlalu aneh...

"Aru... Aku melihat sesuatu di depan, coba kau tengok.", cetus Ren.

"Itu..."

Aku menyipitkan penglihatan ku. Aku melihat cahaya silau di depan, sebuah pertanda baik.

"Itu tempat terbuka..."

Tempat yang tidak ada pohon, dengan kata lain, di depan sana sepertinya merupakan akhir dari hutan ini.

Ren membuat jalannya semakin cepat.

Semakin dekat semakin jelas, di depan sana ...

Langit?

Dan kami akhirnya sampai. Kami keluar dari area pepohonan. Tetapi ini bukanlah lahan terbuka yang kami harapkan...

Kami memang keluar dari hutan, tetapi ini berada di sisi tebing yang curam dan di bawahnya masih hutan.

"Semuanya penuh hutan... Yang benar saja!" Ren terlihat kesal.

Aku hanya tersenyum masam.

Sepanjang mata memandang, di bawah tebing itu terdapat hutan, danau, dan juga pegunungan. Tidak ada tanda-tanda peradaban...

Tidak ada petunjuk apapun...

Transmigrasi ke Isekai hardcoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang