10

178 17 1
                                    

Singkat cerita, Loris telah kembali dengan membawa seorang ahli penyembuh, atau disebut healer.

Tetapi mereka menciduk seorang Ren yang sedang meremas dada Aru.

"Maaf tapi ini waktunya penyembuhan.", Cetus Loris tiba-tiba yang kemudian mengagetkan Ren.

"Kenapa tidak ketuk pintu dulu?!", Teriak Ren dengan wajah memerah. Tidak bisa menyangkal bahwa dia telah melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dia lakukan.

(Aku hanya meremasnya sedikit karena penasaran)

Healer yang melihat situasi aneh ini hanya tersenyum canggung.

Ren kemudian mundur dari tempat tidur dan membiarkan Healer duduk di posisi dia sebelumnya. Healer memperhatikan luka dan kondisi tubuh Aru.

"Syaraf kakinya sepertinya sudah tidak berfungsi... Kurasa gadis ini akan lumpuh setelah ini.", ucap Healer.

"Dia kritis, tetapi masih bisa tertolong."

"Kau, kemarilah."

Healer memanggil Ren, dan Ren menghampirinya.

"Aku akan mencabut belati ini dari pahanya, lalu cobalah untuk menahan pendarahan nya.", ucap Healer.

Ekspresinya sangat serius, itu berarti Ren harus benar-benar fokus karena ini menyangkut nasib Aru.

"Pastikan darah yang keluar setelah ini tidak terlalu banyak. " , ucap Healer.

Ren mengangguk.

Healer itu pun memulai pekerjaannya. Pertama, dia mengeluarkan potion berwarna hijau. Lalu menuangkan potion itu pada area yang terluka.

"Apa fungsinya itu?", tanya Ren.

"Untuk membantu meringankan infeksinya.", tutur Healer.

"..."

Setelah Healer itu menuangkan potion, Healer itu pun mulai meraba belati yang tertusuk di paha Aru.

"Bersiaplah aku akan mencabutnya."

Ren menyiapkan tekad untuk itu.

Lalu secara perlahan, belati itu ditarik dari pahanya. Darah mulai merembes keluar disaat yang sama saat belati itu mulai dicabut.

"Sekarang!"

Belati itu telah terlepas sepenuhnya dari paha Aru. Lalu dengan segera, Ren menutup bekas luka dengan tangannya, mengelap nya berulang kali, berusaha agar darah tidak terus merembes.

Disisi lain, Healer mulai merapalkan mantra yang dipusatkan pada luka Aru. Beberapa detik perapalan, keluar sebuah cahaya dari ujung tangan Healer, diarahkan pada luka Aru.

Cahaya itu merupakan sihir penyembuh, yang perlahan menyembuhkan luka Aru.

Pendarahan nya akhirnya berhasil dihentikan setelah beberapa menit, Ren merasa lega. Lalu Healer memasangkan perban melilit paha Aru.

..

"Apa sudah selesai?", tanya Ren yang berkeringat.

Dia merasa tegang sepanjang operasi berlangsung.

"Tugasku selesai, selanjutnya pergilah kepada Priest Healer agar luka nya sembuh sepenuhnya."

"Apa Aru tidak akan berjalan?", tanya Ren dengan wajah khawatir.

"Ya, penanganan nya sudah terlanjur terlambat, karena itu mungkin gadis ini akan lumpuh.", jawab Healer dengan berat.

Itu membuat Ren terkejut dan memasang ekspresi kecewa.

"Apakah permanen?" , tanya nya dengan dilanda ketakutan.

"Jika tidak segera diatasi, maka akan menjadi permanen.", tutur Healer.

Healer itu pun mulai berkemas kembali.

"Lalu, ada priest di kota Contaburg, kamu bisa membawanya kesana untuk penyembuhan sepenuhnya.", tambah Healer.

Healer sedikit menoleh pada Aru, memperhatikan jari jemarinya yang bergerak, disusul oleh erangan kecil dari nya.

"Ngomong-ngomong dia akan segera sadar." Tutur Healer dengan tersenyum.

"Kalau begitu saya pamit dulu ya, Tuan Loris dan tuan Ren, senang berbisnis dengan kalian~"

Setelah itu, Healer pergi dari ruangan kamar.

"Setelah ini temui saya di ruang sebelah, saya akan menyiapkan sesuatu untuk kalian konsumsi.", kata Loris.

Lalu dia juga pergi untuk memasak sesuatu.

Menyisakan Ren dan Aru di kamar itu.

Aru perlahan membuka matanya kembali. Menatap atap yang terlihat sepenuh nya berbeda dari yang ia perkirakan.

Lalu kemudian, muncul wajah yang menghalangi pandangannya.

"Kau sudah bangun Aru!", seru Ren yang senang atas sadarnya Aru.

"Kukira aku sudah beda alam."

"Bagaimana perasaanmu sekarang?", tanya Ren.

"Tidak ada yang berbeda." Ucap Aru dengan datar.

Aru membuat posisi nya terduduk dari yang sebelumnya tertidur melentang.

"Oh? Kau yang mengobati luka ini?", Aru baru menyadari bahwa luka nya telah sepenuhnya diperban. Tidak ada lagi belati yang menusuk di sana.

"Itu berkat seorang Healer dan orang asing yang bernama Loris.", ucap Ren.

"Apakah kau bisa merasakan kaki kananmu, Aru?", tanya Ren dengan wajah khawatir.

Aru menggeleng.

"Tidak sama sekali... Sepertinya sudah lumpuh."

Wajah Aru terlihat masam.

"Begitu ya... Tapi tenang saja, Healer itu bilang seorang Priest bisa menyembuhkan mu secara penuh. Kita harus ke Priest itu secepatnya.", ucap Ren yang menenangkan situasi.

"Masih ada harapan untuk kaki kananmu, Aru."

Aru pun tersenyum.

"Itu terdengar melegakan...

"Tapi Ren, apa kau tidak lapar?"

Pertanyaan itu dijawab oleh perut Ren yang tiba-tiba bersuara.

"Itu pertanyaan yang bodoh."

Mereka belum makan apapun sejak transmigrasi ke dunia itu.

****



Transmigrasi ke Isekai hardcoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang