[ 3rd POV ]
Malam yang berisik.
Sepanjang malam, suara raungan monster terdengar setiap saat.
Hutan ini penuh dengan monster.
Ren tidak bisa tertidur, dia selalu terjaga. Mulut Gua dangkal itu telah dia tutupi dengan dedaunan dan ranting, membuat mereka terhalang dari cahaya bulan.
Ren atau pun Aru, mereka tidak bisa melihat apapun karena gelap gulita.
Jika Ren tidak bisa tertidur karena bising, maka Aru pun sama. Aru lebih menderita daripada Ren, selain karena kebisingan, luka parah nya juga menjadi penyebab ia tersadar setiap saat. Aru berkeringat luar biasa dan mulai merasakan rasa tidak enak diseluruh tubuhnya. Belati yang masih tertancap sudah terlalu lama berada disana membuat Aru kian semakin memburuk.
"Ren ...", panggil Aru dengan nada lemah.
Ren tahu jika Aru berada dalam kondisi buruk. Dia benar-benar cemas dan khawatir.
Ren mengusap kepala Aru yang memanas.
"Kau terkena demam." Tukas Ren.
(Sial, sekarang aku harus apa?) , Ren panik.
Situasi mereka sekarang tidak bisa berbuat apa-apa karena mencari sesuatu yang tidak pasti di hutan pada malam hari sama saja dengan bunuh diri.
"Ren.", lirih Aru.
"Aduh kenapa kau malah kehilangan semangat begini sih Aru?!", cetus Ren yang tidak tahan melihat kondisi ini.
Dia benar-benar dilanda kekhawatiran pada Aru.
"Mau bagaimana lagi... Aku akan segera mati sialan...", lirih Aru.
"Kau hanya demam!", Sangkal Ren.
(Kenapa orang ini menjadi pesimis begini sih?)
"tunggulah sampai besok, Aru.", ucap Ren.
[ Aru POV ]
Hah ...
Akankah semua ini berakhir? Aku benar-benar dalam kondisi yang buruk, sialan...
Aku harap jika aku mati, aku dapat menyaksikan sahabatku ini berpetualang di suatu tempat.
...
Meskipun aku tidak dapat melihat wajahnya karena situasi yang gelap ini. Tapi aku bisa merasakan kekhawatiran dari nya...
Kalau begini, kami akan terus terjaga sepanjang malam.
Setidaknya Ren harus tertidur untuk besok.
Aku harus melakukan sesuatu...
Aku mencari letak kepala Ren.
Oh ini dia. Aku menarik nya.
"A-apa yang kau lakukan Aru???"
Dia terkejut karena mendadak di tarik.
Aku membuatkannya bantalan hangat dari kedua dadaku. Kubuat Ren bersandar di tengah tengah tubuhku, kepalanya menekan dadaku.
"A-aru ini... Empuk.", ucap Ren.
"Sudahlah, setidaknya kau harus tidur." Kataku.
"Ini terlalu nyaman. Jika begini aku bisa tertidur Aru!", cetus Ren.
Dia mencoba berontak dan melawan kenyamanan, lalu aku menarik kepalanya lagi, lalu aku merangkul nya dari belakang ini. Kini gerakannya terkunci dan dia mulai melemas.
"Aku tidak bisa melakukan apapun untuk ini...", ucap Ren.
"Nyaman bukan?", kataku, dengan agak menggoda.
"Surga dunia.", balas Ren.
Aku terus memeluk Ren dengan erat agar dia menjadi merasa nyaman.
Aneh, aku tidak membenci ini.
"Kau tidak terangsang kan?", tanyaku menggodanya.
"Jangan bertanya seperti itu, meskipun aku tidak dapat melihatmu, aku masih bisa merasakanmu.", tanggap Ren.
"Tapi daripada terangsang, aku lebih merasa damai...", sambungnya.
"Syukurlah kalau begitu."
Akhirnya, aku membuat Ren tertidur di pangkuan ku.
Aku mengemis vot dan komen kalian tuan tuan
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi ke Isekai hardcore
FantasiCerita gabut saja. Dua pemuda membuat karakter di game, dan mereka memasuki tubuh karakter yang mereka buat. Selain itu, mereka harus berada disana (Isekai) tanpa memiliki kemampuan cheat, di dunia yang sangat berbahaya . Mengandung konten fetis dan...