13 - POV Aru

151 14 4
                                    

Malam ini dingin... Sangat dingin. Angin pun menerpa kulitku dengan menggelitik.

Ah... Aku tidak bisa bergerak. Aku benar-benar dalam keadaan yang aneh.

Goblin itu di depan mataku. Dia membuatku bertekuk lutut hingga tertunduk . Dia seperti sosok monster yang paling menakutkan di dunia ini. Padahal tubuhnya jauh lebih kecil...

Aku tidak bisa bergerak, seluruh tubuhku membeku oleh keadaan ini.

Aku memegang tongkat sihir dengan tidak pasti. Benar-benar gemetar hebat.

Aku merasa dingin pada tanganku dan sekujur tubuhku, padahal keringat saat ini telah membanjiri.

Aku harus segera menghindar. Namun aku tidak cukup tenang. Dan justru malah air mata yang lebih dulu keluar dari kelopak mataku. Aku benar-benar menyedihkan, sungguh.

"ARU!!!"

Aku dapat mendengar Ren, berteriak... Dia pasti sangat cemas. Kelihatannya, aku memang selalu membebani dirinya. Aku tidak bisa menyangkal hal itu.

Pikiranku mulai aneh...

Aku berusaha mencoba untuk menatap si Goblin yang sedang menyeringai. Cepat, dia menikam padaku menggunakan belati yang bilahnya tidak begitu bagus. Beberapa saat belati itu hendak menusuk bagian terempuk di dada, tanganku bergerak sendiri untuk menghalau tusukan Goblin tersebut hingga melukai jari jemariku.

Pisau itu tertahan disana dengan diriku yang gemetar susah payah menahannya. "Ren cepatlah!" Cetus diriku yang mati-matian menahan tenaga bajingan kecil ini.

"!", Ren seolah melihat celah, dia langsung berusaha untuk menebas Goblin itu saat mahkluk itu sibuk denganku.

Namun naasnya itu gagal dan meleset karena Goblin langsung menghindarinya dengan mundur ke sisi lain.

Tapi itu adalah kesempatan untuk kemenangan kami.

"Kau tidak apa Aru?", Ren mengkhawatirkan ku. Lalu kemudian membelai tanganku yang terluka seolah bukan apa-apa baginya.

Apa dia tidak sadar? Perilakunya yang peduli benar-benar natural.

Aku tidak bisa menolak untuk sisi Ren yang seperti ini. Jujur saja aku merasa tenang dan senang ketika Ren begitu perhatian.

"Jangan khawatir Ren, yang terpenting, kita harus segera mengatasinya."

Kita harus fokus terhadap Goblin dulu.

Ren mengangguk setuju.

Sekarang, situasi kami membalik. Aku memiliki ruang untuk merapalkan sihir yang baru ku pelajari, yaitu sihir gravitasi.

Sementara Ren akan melindungiku dari sini. Kami sekarang paham karakteristik seekor Goblin, mereka dengan spontan akan menyerang seseorang yang merapalkan mantra terlebih dahulu karena mungkin serangan sihir lebih membahayakan bagi mereka. Mereka cerdas.

"Lindungi aku Ren, aku akan merapalkan mantra sihir sekali lagi."

Aku menyiapkan tongkat mage ku dengan kedua tangan, memegang nya dengan erat-erat supaya tidak terlepas dari tanganku yang gemetaran ini.

Ren memperhatikanku dengan khawatir dan terima kasih untuk itu, tapi aku baik-baik saja sekarang.

Aku bisa mengatasinya.

Lalu aku mulai merapalkan mantra sihirnya...

" Di bawah langit yang luas, aku memanggil kehadiranmu, Harmoni penjaga kekuatan yang tak terlihat. Dengan tulus, aku memohon agar engkau mengubah aliran kekuatanmu sesuai kehendakku...."

"Gravitum!"

Aku mengarahkan tongkat sihir ku pada Goblin yang sedang waspada. Dan beberapa saat kemudian–Goblin tiba-tiba terhentak.

Tanah menjadi retak dan Goblin seolah ditekan oleh benda tak kasat mata yang turun dari langit. Goblin dibuat terjepit dan dipaksa untuk merangkak di tanah.

"Sekarang Ren!" Aba - aba ku.

Ren segera berlari menuju Goblin, menyiapkan pedang yang akan menebas mahkluk hijau itu.

Disaat yang sama, sihir gravitasi perlahan menghilang, Goblin mulai berusaha untuk bangun dari tekanan nya. Tetapi terlambat, Ren sudah disana untuk membunuhnya.

*TEBASSS

Akhirnya Ren berhasil merobek tubuh Goblin itu dari ujung sampai ke ujung yang menghasilkan pemandangan sadis yang cukup mengerikan. Ren kini berlumuran darah Goblin.

"Kita berhasil!", seru Ren.

Aku hanya tersenyum masam melihat Ren yang tampak senang disaat wajahnya dipenuhi oleh darah Goblin. Dia terlihat seperti sikopat yang hobi membunuh.

Tapi yah, ini tidak buruk. Melihatnya senang begitu, aku juga ikut senang.

Aku sudah berhasil mengatasi rasa takut dan trauma ku pada Goblin, meskipun tidak sepenuh nya.

Namun, ini bisa menjadi awal yang baik....

*BRUK*

tiba-tiba, aku terjatuh ke tanah dan kesadaran ku menghilang...

Sepertinya karena aku telah kehabisan tenaga akibat sihir gravitasi...

Dalam keadaan penglihatan yang samar, aku melihat Ren berlari ke arahku...

Dan setelah itu, semuanya menjadi gelap.

Tapi–

Ini menjadi hangat dan nyaman...





Transmigrasi ke Isekai hardcoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang