Bab 3

1K 143 48
                                    

Setibanya Rhea di sekolah, ia langsung menuju ruang guru. Napasnya tersengal-sengal ketika sampai di sana.

"Kakak, Adek?" Rhea menyapa kedua anaknya yang duduk diluar ruangan.

"Ibuunn/ibun ..." seru keduanya yang langsung menghambur kepelukan Rhea.

"Kalian nggak kenapa-kenapa kan?" Tanya Rhea sambil menatap dengan teliti kedua anaknya.

Mahesa dan Noah mengangguk. Rhea sedikit lega melihatnya, kedua anaknya baik-baik saja. Hanya saja seragam sekolah mereka tidak baik.

"Yaudah, Ibun ke dalam dulu yah. Kakak sama Adek tunggu di sini."

Lagi, kedua anaknya itu mengangguk patuh.

"Selamat siang, Bu." Rhea masuk ke dalam menyapa wali kelasnya si kembar.

"Siang, terima kasih Ibu sudah hadir. Silakan duduk."

Rhea mengangguk lalu duduk di hadapan wali kelas anak-anaknya.

"Begini Ibu, saya baru kali ini melihat Mahesa lepas kendali. Dia memukul wajah Rio sampai wajahnya memar,"

Waduh, memar? Mahesa pasti memukul dengan kekuatan penuh. Perasaan yang mengikuti taekwondo itu Noah tapi kenapa Mahesa yang mempraktekannya.

"Seperti yang Ibu katakan, Mahesa anak yang kalem. Dia pasti memiliki alasan kuat sehingga memukul temannya."

"Benar, Bu. Namun, meskipun begitu tetap saja itu tidak dibenarkan."

Rhea menghela napasnya, dia tahu sih wali kelasnya itu ingin memberi hukuman pada Mahesa. Namun, penjelasannya bertele-tele dan dia tidak menyukainya.

"Langsung saja, Bu. Mahesa di skors berapa hari?"

Wali kelas si kembar tersentak kaget mendengarnya.

"Maaf, Bu---"

"Tidak apa-apa, Bu saya mengerti." Tak lupa Rhea menampilkan senyum profesionalnya.

"Satu Minggu, maaf Noah juga. Karena awal mula masalah ini dengan Noah."

Rhea mengangguk saja, tak ingin membuang-buang waktunya lagi.

"Kalau begitu, saya permisi!" Rhea bangkit dari duduknya kemudian pergi setelah menyalami wali kelas si kembar.

Namun, sebelum Rhea membuka pintu ruangan guru tersebut, wali kelas Mahesa dan Noah bersuara.

"Maaf, Bu sedikit saran. Tolong diberitahu ayahnya juga, karena peran ayahnya juga di sini penting. Kecuali kalau tidak ada ayahnya, saya maklum."

Kedua tangan Rhea mengepal kuat, kemudian ia membuka pintu lalu keluar. Mahesa dan Noah masih menunggu dengan wajah bosan.

"Ayo boys, kita pulang. Ibun mau bicara sama kalian."

Si kembar tak seiras itu mengangguk patuh, mereka berjalan di depan Rhea. Perasaan si kembar jelas saja tidak karuan, ia takut pada ibunya itu. Sudah pasti mereka akan di omeli habis-habisan.

"Jadi, siapa yang mau jelasin ke Ibun, alasan kalian berantem?" Rhea menatap kedua anaknya lewat kaca mobil di dalam.

Kali ini noah duduk di depan, sedangkan Mahesa di belakang. Mahesa tidak berani duduk di samping ibunya, karena dia merasa bersalah.

"Ini gara-gara Rio, Adek gak mau main sama dia Ibunnn ... tapi Rio maksa terus." Mulai Noah.

"Habis itu Rio tiba-tiba ngatain Adek banci." Dumelnya dengan bibir yang ia majukan ke dalam. Sangat lucu sekali.

"Kurang ajar ngatain Adek banci!" Rupanya Rhea ikut-kutan panas.

Sedangkan Mahesa diam saja, dia masih merasa bersalah pada sang ibu. Jadi dia hanya mendengarkan saja.

Suami Sempurna Untuk Wanita LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang