Bab 11

863 128 21
                                    

Ponsel Rhea yang berada di atas meja bergetar, dia melihatnya selewat dan seketika itu juga degup jantungnya berdebar tidak karuan.

Mas Jerry

Sial pria panas itu mengirimkannya pesan, seharusnya dia biasa saja kan? Mengingat dirinya sudah beberapa kali berkirim pesan dengan Jerry. Tapi, tetap saja degup jantungnya selalu berdebar tidak karuan, ck seperti remaja puber saja. Batinnya.

Ia lalu mengambil ponselnya dan segera membalas pesan Jerry.

Ia lalu mengambil ponselnya dan segera membalas pesan Jerry

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Boys, papa tanya. Kalau besok papa jemput, kalian mau?"

Mahesa seketika menggeleng, berbeda dengan Noah yang menganggukkan kepalanya.

"Kak Mahesa kenapa gak mau ish! Adek udah kangen, papa tauuu ..."

"Yaudah Adek aja kalau gitu, Kakak mau pulang sama Ibun aja."

"Ish gak mau! Aku mau sama Kakak!"

"Yaudah Adek gak usah ikut juga!"

"Ih Kakak! Kak Mahesa kenapa gak mau! Kan, kan kita nanti bisa main lagi sama papa."

"Nggak mau,"

Mahesa keukeuh pada pendiriannya. Dia tidak mau bertemu dengan ayahnya itu, dia masih ingat wajah istri ayahnya itu yang tidak menyukai mereka.

"Kak Mahesa nyebelin, Adek gak suka Kakak!"

Noah lantas beranjak dari kursinya dan memilih keluar dari ruangan sang ibu, meninggalkan Mahesa dan Rhea.

"Kenapa Kakak?"

"Nggak mau Ibun, Kakak mau sama Ibun aja."

Mahesa masih mempertahankan jawabannya, dia tidak mau ibunya mengetahui alasan tidak mau bertemu dengan sang ayah.

"Yaudah kalau gitu, Ibun kasih tau dulu papa yah."

Anggukan dari Mahesa menjadi jawaban pada Jerry. Jika anak mereka menolaknya.

Itu kali pertama Mahesa menolak Jerry

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Itu kali pertama Mahesa menolak Jerry. Rupanya bukan hari pertama saja, melainkan ada hari-hari berikutnya. Jerry pada awalnya masih bisa terima, tapi ketika memasuki 2 Minggu dia mulai tidak tenang. Apalagi kedua anaknya pun tidak mau bertelepon dengannya, itu membuatnya semakin was-was.

Suami Sempurna Untuk Wanita LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang