Bab 18: Trickster

13 3 0
                                    

"Beneran kamu mau pulang sekarang?" Lea mengamati gadis berkemeja kotak-kotak merah dan celana kain cokelat polos itu berjalan di sebelahnya menyusuri pekarangan rumah.

Michel sedang mengetik pesan dan menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari layar gawainya. Dia sedang membalas pesan Adella. "Iya, masa aku lama-lama singgah di rumah cowok? Apalagi orang tuamu bakalan pulang, kan? Mereka pasti kaget kalau tau anaknya bawa cewek ke rumah."

Lea terdiam sejenak dan melanjutkan, "Kalau masalah itu, akan aku yakinkan mereka supaya kamu bisa tinggal di sini," katanya sembari membuang wajah.

"Maksudnya?"

Lea salah tingkah dan mendecak lidahnya. "Lupakan ... mau kuantar?"

Michel menghentikan langkahnya dan berbalik. "Tidak perlu. Tenang saja, ada jalan tembus sampai ke kosku. Ingatkan tanah lapang dekat sawah di belakang kos? Di sana ada jalan setapak yang tembus ke sini. Aku tinggal pergi ke blok H juga bakal sampai."

"Pulang jalan sendirian, kamu berani. Tapi kalau diantar sama aku, malah banyak mikir. Sudah pernah aku bilang, kan? Kalau kamu merasa butuh bantuan orang lain, bilang saja. Tidak ada yang dirugikan selama itu hanya hal kecil."

"Iya, aku tau. Tapi ... sekarang aku butuh waktu sendiri, Lea. Terima kasih untuk bantuannya. Semoga pelaku yang membuat Everlasting Maker segera terlacak dengan laptop itu. Coba dulu aku lebih mempercayaimu, mungkin semua ini tidak akan serumit ini."

"Jangan salahkan dirimu sendiri. Kalaupun laptop itu ada denganku, kemungkinan besar pelaku akan merencanakan cara lain untuk menculikmu. Yang penting, kita harus menjaga agar dirimu tetap aman. Setelah urusanmu selesai di kos, cepat telepon Adella untuk menjemputmu. Nanti malam aku akan mengawasimu dari jauh."

"Terima kasih. Kalau begitu aku pulang dulu."

"Tunggu, bawa ini bersamamu." Lea memberikan Michel sebuah jepitan rambut besar berbentuk kelinci. "A-anggap itu tanda terima kasih sudah mengajakku ke festival," lanjutnya dengan wajah tersipu.

Michel tertawa kecil dan membalas, "Seleramu juga kayak anak kecil. Tidak akan ada yang bisa membayangkan, pria berumur tiga puluh tahun pergi ke toko aksesoris dan membeli jepitan rambut seimut ini."

"Be-berisik! Aku belinya secara online, kok. Jadi tidak akan ada yang sadar kalau aku yang memesan."

"Ah, benar juga. Namamu sangat feminim, Lea." Michel kembali tertawa dan Lea terpaksa ikut tertawa.

"Ya, aku sering disangka perempuan. Ini gara-gara bapakku pengen sekali anak perempuan malah dapat cowok lagi. Dasar ... masa enggak ada lagi nama yang lebih maskulin gitu."

"Tapi ... lama-lama aku suka dengan namamu, kok."

"Masa? Kenapa bisa?"

"Karena aku seperti menemukan separuh dari diriku yang lain."

Lea tertegun dengan pernyataan Michel yang berani itu. Gadis itu awalnya tidak paham dengan perubahan sikap itu dan baru menyadarinya setelah dia pikirkan ulang.

"Ja-jangan berpikir yang tidak-tidak! Kan kamu sendiri yang pernah bilang, kalau kita kayak saudara kembar gitu. Lia dan Lea."

"Hmmm ... iya. Bakalan bagus kalau nama kita terukir di atas undangan, ya."

"Ish! Jangan berpikir kejauhan. Dahlah, aku mau pulang."

Michel lari terbirit-birit dan berbelok ke tikungan yang ada. Sedangkan Lea tersenyum dengan puas.

--- --- ---

Awan mendung dan kilatan dari petir tanpa guntur tampak di langit gelap yang belum pada waktunya. Angin yang kencang meniup pasir dan debu jalanan, membuat Michel sempat terbatuk-batuk akibat partikel kecil yang tidak sengaja masuk ke hidungnya. Gadis berambut panjang itu merogoh jepitan pemberian Lea dan mengenakannya, mencegah rambut terurainya tertiup angin dan mengganggu pandangan.

Everlasting Maker ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang