Bab 19: The Maker

17 2 0
                                    

Michel ....

Seseorang memanggil namanya.

Sayangnya, Michel tidak bisa mengeluarkan suara. Bibirnya kaku. Kelu.

Dia mencoba untuk bangkit, tapi tubuhnya tidak dapat digerakan.

"Michel ... waktunya bangun, Sayang." Suara ibu Michel yang terdengar dari sisi kanannya mencoba membangunkan gadis itu.

IBU!

Kesadaran Michel perlahan kembali, tetapi dia mendapati dirinya tidak berada di rumah maupun kamarnya. Dia malah berada di balik jeruji besi, atau lebih tepatnya di dalam kandang besar.

Besi dingin di lantai kandang yang dingin telah menempel lama di kulitnya hingga memberikan bekas kemerahan. Michel mencoba untuk duduk dan menyadari ada rantai yang mengait kakinya ke salah satu tiang kayu di dalam ruangan besar itu.

Bau apek tercium di sana, samar-samar dia dapat mencium bau besi berkarat yang sangat pekat. Di sana tidak ada jendela. Tehel putih yang sedikit menguning menempel di seluruh bagian dinding. Empat lampu neon di langit-langit adalah sumber cahaya di sana. Michel mendengar suara mesin ventilasi udara yang menyala keras, lalu ada tangga naik yang berada di sudut ruangan.

"Halo, Sayang."

Michel bergetar ketakutan ketika mendengar suara pria yang sangat dia hormati malah memanggilnya seperti itu. Pelan-pelan Michel menoleh ke belakang, melihat Endro duduk di kursi putar, mengenakan celemek dan baju serba putih.

Dari sepatu, celana, hingga baju; dia seolah berperan sebagai dokter jagal yang bersiap mencabut nyawanya.

"Kasihan sekali ... pasti kamu menderita selama ini. Apalagi dengan penyakit dan keluargamu yang toxic."

"A-apa maksud, Kakak?"

"Kamu tahu ... setelah pertemuan pertama kita, aku langsung jatuh hati denganmu. Apalagi, mengetahui bahwa kamu sudah berusaha keras untuk sembuh. Oh ... aku terharu sekali!" Endro berdiri dan berjalan ke arah Michel seperti seorang ballerino (1) yang menari penuh suka cita.

"Tapi sayang, penyakit seperti itu tidak akan mudah hilang, Michel. Dan aku tidak mau kecantikanmu rusak akibat itu." Endro berjongkok dan meraih rambut Michel dengan lembut.

"He-hentikan!" pekik Michel, mencoba menjauh dari Endro.

Sontak rambut Michel ditarik keras. Ekspresi Endro berubah drastis. Dia marah.

"Diam! Aku paling tidak suka dengan gadis pembohong dan tidak menurut. Kalau kamu mengulanginya lagi, aku bisa menghukummu sekarang juga."

Endro mengeluarkan sebuah tang besar. Dia cengkram tangan gadis itu dan menempelkan kuku jari Michel ke dua besi yang menganga itu.

Michel seketika menahan teriakannya. Dia gigit bibirnya keras hingga berdarah. Satu kali saja ditekan kedua tuas yang ada, maka tang tersebut bisa menjepit dan menarik kukunya hingga lepas.

"Kau tahu, aku suka mengoleksi kuku gadis nakal sepertimu. Jadi, jangan berbuat bodoh, paham?"

Michel mengangguk pelan. Dia menangis dalam diam.

"Oh ya, aku sudah membuang ponselmu di jalan. Kita sudah tidak membutuhkannya lagi untuk melacak keberadaanmu. Sesuai dugaanku, kamu memasukkan lagu pemberianku ke dalam sana padahal aku sudah menanam malware untuk melihat aktivitasmu dari ponsel. Kamu manis sekali, Sayang." Endro berseringai mengerikan.

Senyuman malaikat yang sering dia perlihatkan kepada mahasiswanya ternyata hanya sebuah akting. Michel tidak pernah mengira, Endro bisa berubah menjadi binatang paling buas dibanding singa dan beruang terganas di dunia.

Everlasting Maker ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang