Sepanjang malam Michel tidak bisa menutup mata. Kode morse yang dia temukan telah berhasil membuatnya semakin cemas. Siapa yang tidak resah dengan pesan misterius macam itu.
Apakah dia akan baik-baik saja setelah membacanya? Itu bukan pesan kematian seseorang, kan? Atau laptop itu adalah benda terkutuk seperti di film-film horor kebanyakan, siapa saja yang mengambilnya akan tertimpa malapetaka?
Bukannya mendapatkan kedamain, Michel malah semakin terpuruk.
Kepalanya serasa melepuh, setiap sel otak seakan meleleh saking dipaksakan untuk bekerja. Matanya masih nyalang dalam kegelapan, menatap langit-langit kamar seolah akan ada sesuatu yang muncul jika dia mengedipkan mata sebentar saja. Setiap kali Michel mencoba untuk tidur, daun telinganya malah semakin sensitif. Begitu waspada hingga bunyi rambut yang jatuh dapat membuat gadis itu menoleh.
Cicak yang menempel di dinding pun berdecak-decak melihat tingkah laku Michel yang setiap kali mendengar suara gaduh di luar kamar. Ketika ada seseorang berbicara di depan kamar--dia akan mengintip di sela pintu. Ketika ada motor yang diparkir di belakang kamar--dia akan intip di sela gorden jendela.
Setelah jam empat dini hari, Michel baru bisa tertidur pulas. Padahal enam pagi nanti dia harus bersiap untuk pergi ke kampus.
Di bawah langit biru tanpa awan, Michel berjalan dengan penampilan bak mayat hidup. Untung saja dia sudah meminum obat antidepresan yang diresepkan untuk dirinya. Sakit kepala yang dirasakan sedikit demi sedikit mereda. Walaupun begitu, kejadian tadi malam tidak membuat penampilan gadis itu lebih membaik dari pada sebelumnya. Kalau dia sampai lupa untuk menelan kapsul itu, bisa dipastikan matanya akan terbakar habis akibat sinar matahari yang begitu menyilaukan sepanjang hari.
Awalnya Michel tidak ingin kuliah, tetapi bersama dengan laptop terkutuk itu di dalam ruang tertutup akan semakin membuatnya kehilangan akal. Tidak akan ada yang selesai jika dia mengurung diri dalam kamar.
Sesampai di dalam kelas, Michel disambut kerumunan teman sekelasnya yang tampak ketar-ketir. Sikap mereka tidak biasa.
Seketika mereka semua terkesiap saat melihat sosok Michel di depan kelas. Mata panda dan rambut hitam terurai, bagaikan Susana dalam penampilannya di film Sundel Bolong lawas yang datang menghantui fakultas di pagi hari. Menciutkan niat mereka untuk berbicara dengannya.
Apa yang ingin mereka katakan padaku? Michel bertanya-tanya kepada dirinya sendiri.
Perasaan tidak nyaman mulai menyelimutinya. Dia menundukkan kepala, menarik tas selempangnya ke depan dada. Menjauhi tatapan menusuk dari teman-temannya sembari mendatangi Adella yang duduk di bangku pojok dekat loker. Warna rambutnya minggu ini adalah perak.
"Del, apa yang terjadi?" tanya Michel yang duduk di bangku kosong tepat di sebelah gadis berambut keabu-abuan itu.
Adella yang tadi sibuk merapikan rambutnya, meletakkan sisir di atas meja, dan berkata, "Kamu tahu Fala?" Nada suaranya terdengar serius.
"Ya. Dia teman sekelas kita, yang biasa duduk di barisan paling depan, kan?"
"Yup. Dan kamu tahu kenapa dia tidak masuk kuliah selama tiga minggu? Dia ternyata menghilang!"
"Menghilang? Maksudnya seperti kabur dari rumah?"
"Mungkin ... aku juga sempat berpikir seperti itu. Nah, tadi Bu Lia memberitahu seisi kelas perihal Fala. Dia belum pulang-pulang ke rumah sampai sekarang. Katanya sih, selama ini dia enggak punya masalah sama siapa pun, sejenis anak baik-baiklah. Cuman ... kenapa bisa dia menghilang tanpa ada kabar maupun jejak, seperti ditelan bumi saja."
"Apa sudah dilapor ke polisi?"
"Sudah. Makanya, orang tua Fala memberikan klarifikasi yang jelas ke fakultas atas perintah dari pihak berwajib."
KAMU SEDANG MEMBACA
Everlasting Maker ✓
Mystery / Thriller[TAMAT, Reupload] Dunia yang kita lihat sekarang hanyalah sebuah ilusi untuk menyembunyikan kegilaan yang terdapat pada setiap insan. Tinggal sepandai apa kamu menyamarkannya--menunjukan seolah dirimu waras--dari mata yang tertuju kepadamu. Michel y...