16

303 25 4
                                    

Pagi hari pun tiba, Hendra bangun dari tidurnya saat mendengar alarm yang berbunyi. Keadaan Hendra pada pagi ini sangat jauh dari kata baik, rambut yang acak-acakan, kantung mata yang menghitam. Sebenarnya ia males melakukan apapun hari ini, perasaannya masih terasa sakit perihal semalam. Tetapi, ini hari pertama Hendra bekerja mau tidak mau ia harus melakukannya ini adalah kesempatan baginya untuk memperbaiki perekonomian keluarga.

Hendra bangun dari tempat tidurnya dengan malas, ia mengambil handuk yang ada dibelakang pintu lalu pergi mandi. Setelah siap dengan segera ia mengambil kunci motor dan mengantarkan sang adik untuk pergi sekolah dan langsung menuju tempat kerja barunya.

Dalam perjalanan nya Hendra membatin, "Jane namung masalah tresno tapi kok yo loro." Ia tertawa kecil teringat lirik lagu itu persis seperti yang dia rasakan saat ini.

Lalu dia bersenandung ringan "Biyen tak kiro gampang ngelalekke sliramu neng njero pikiran ku, jebul tekan saiki neng njero atiku iseh ono kenangan mu." Galau sedikit bukan masalah kan.

"Sebenernya wajah asli lebih menarik tapi kenapa harus gini ketemu nya." Hendra menyesali takdir pertemuannya dengan Janu, dia menyukai Janu sekalipun dia laki-laki yang menjadi masalah adalah mengapa harus dare? sejak kapan perasaan bisa dimainkan? Hendra ingin menonjok orang yang menyuruh Janu melakukan dare sialan itu.

Saat tiba di tempat kerja, Hendra bergegas ke ruang ganti untuk berganti pakaian kerja. Pikiran dan jiwanya tidak sinkron, tapi Hendra berusaha untuk fokus bekerja.

Hari semakin siang, Hendra melayani banyak pembeli tadi. Ia mengecek ponselnya, jam menunjukkan pukul 12:02 sudah masuk jam makan siang. Akan tetapi, Hendra sedang tidak ingin memakan apapun untuk saat ini. Saat sedang melamun, bos nya datang menghampiri nya.

"Ngelamun saja" ucap Ilham. Hendra sedikit kaget mendengar bos nya tiba-tiba datang ntah dari mana.

"Hahaha, ga ngelamun ini bos" elak Hendra

"Halah keliatan gitu masih ngelak saja" ucap Ilham

"Mikirin apa?" tanya si Ilham.

"Bukan apa-apa bos, biasa remaja" ucap Hendra sambil tertawa di akhir katanya. Ilham hanya tersenyum kecil.

"Anak muda masalah cinta dibikin sengsara, sudah makan belum?" Tanya Ilham, memang tipikal bos yang mengayomi karyawan

"Belum bos, nanti saja" jelas Hendra

"Cepet makan, keburu habis jam istirahat nya" tutur Ilham, sambil menepuk bahu Hendra

"Siap bos" ucap Hendra sambil memberikan postur hormat. Sang bos hanya tertawa ringan.

Pada saat makan di warteg tiba-tiba teman sepermainan nya datang,

"Cok malah kesini, ga kerja lu?" Tanya Hendra heran.

"Shift malam bos" Jawab Nanda.

Hendra hanya mengangguk dan menawarkan makan siang kepada Nanda, dengan santainya ia malah mencomot lauk milik Hendra

"Mata lu Nda, pesen sendiri kebiasaan anaknya pak RT ini" Hendra memukul pelan tangan Nanda sambil melototinya. Nanda hanya memberi cengiran khas nya.

"Kenapa?" Nanda bertanya sambil menyendok makanannya.

"Makan, ga liat?" Jawab Hendra ketus.

"Cok galak amat, pms?" Tanya Nanda semakin memancing emosi Hendra

"Posisi manuk salah? ga udah bener" Nanda tertawa mendengar jawaban Hendra.

"Lu ga kaya biasanya, ada apa? sini cerita jam masuk lu masih lama" Tawar Nanda, ia paling paham tingkah sahabatnya itu jika sedang dalam masalah.

Hendra menghela nafas,
"Lu inget gue di chat cewe di aplikasi dating itu?" Tanya Hendra, Nanda menganggukan kepala nya.

"Gue beneran deket sampai waktu kita ngopi kemarin dia jujur kalo aslinya cowo" Nanda membulatkan matanya.

"Anjing kok bisa gimana ceritanya?" Nanda menuntutnya bercerita dengan jelas.

"Waktu gue angkat telpon, dia jelasin kalo tujuannya cuma ngejalanin dare dari temennya, hati gua sakit asu terlanjur dalam malah ditipu" Hendra meletakan sendoknya, tak _mood_ lagi untuk makan.

"Hahahahah Hendra bisa galau ternyata, tapi kan lu suka cowo kenapa ga lanjut saja?" Pertanyaan Nanda terkesan seperti usulan buat Hendra.

Memang ada benarnya tapi hati siapa yang tak sakit jika ditipu oleh orang yang dicintai?

"Gue sebenernya masih suka dia tapi gimana cara ngatasin rasa kecewanya?" Hendra pasrah, kemudian Nanda menepuk bahu Hendra isyarat menguatkan.

"Saran gue, perjuangin Ndra, ga peduli cowo kalo perasaan lu masih sama ya lanjut saja, keburu keduluan orang lain". Hendra terdiam.

"Sudah waktunya masuk, gue kerja dulu". Pamit Hendra sambil membayar makanan nya, Nanda hanya mengangguk.

Setelah bicara begitu, Hendra langsung pergi dari sana menuju tempat kerjanya. Ia kepikiran tentang omongan Nanda, apa ia harus memaafkan Janu dan mengesampingkan rasa kecewanya? Entahlah Hendra akan memikirkan hal itu nanti.

Aplikasi Dating Berujung Pusing || [Hyuckno] (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang