17

84 13 0
                                    

Malam setelah kegiatan PTS itu, badan Janu terasa sangat lelah tetapi ketukan pintu kamar itu mengganggunya dengan malas ia membuka pintu. "Nongkrong dulu ayo sama anak-anak." Ajak Jidan, itu merupakan aktivitas yang sering dilakukan oleh mereka. Tidak salah lagi Jidan adalah cowo populer di kampusnya wajar jika temannya banyak. "Gue ga dulu, skip." Tolak Janu dengan cepat, saat ingin menutup pintu kembali, "Tumben, ada masalah apa Nu? cerita sini." Cakra bertanya dengan wajah khawatir, tak biasanya Janu seperti ini.

"Bukan apa-apa, lu kalo mau nongkrong ya sana" setelah berbicara, Janu menutup kembali pintu nya, tidak lupa juga menguncinya.

Janu kembali ke kasur nya, ia tidak bersemangat untuk melakukan kegiatan apapun. Ia membuka kembali roomchat nya bersama Hendra, Janu membaca semuanya kembali. Tanpa sadar, air matanya menetes. Walaupun Janu seorang laki-laki tidak menutup kemungkinan juga ia akan menangis. Janu jarang menangis atau bahkan tidak pernah menangis semenjak ia dewasa.

Ia beranjak dari tidurnya dan duduk di tepi kasur, setelah itu ia mengambil bungkus rokok dan korek api yang ada diatas meja. Sudah lama Janu tidak menyentuh barang itu lagi, semenjak masuk universitas dan semenjak menjadi anak yang ambis Janu sudah meninggalkan kebiasaan merokoknya. Malam ini biarkan ia menyentuh barang itu kembali, sakit hati yang ia rasakan saat ini membuat hidupnya hancur lebur.

Kacau, Janu tidak menyangka permainan yang ia mainkan bersama temannya membuat kisah cinta nya ini menjadi sangat rumit. Janu tidak menyalahkan teman-temannya, ia hanya kecewa kepada dirinya sendiri karena telah menerima dare yang Janu tau itu bisa membuat hati seseorang sakit.

Disisi lain Jidan dan Cakra yang di 'kacangin' oleh Janu pun heran. Jidan mengernyit, "Janu kenapa yang?" Tanya nya kepada sang pacar. "gue ga tau, ayo dibahas di tongkrongan saja anak-anak udah nungguin" Jawab sang pacar.
Mereka berdua pun berangkat dengan beribu pertanyaan di otak.

Sesampainya di tongkrongan mereka bersalaman ala anak zaman sekarang. "Widihh dateng juga nih pak bos." Sambut sang kawan. Jidan dan Cakra pun duduk. "Lah Janu ga ikut?" tanya kawan lainnya. "katanya skip dulu dia, dari minggu kemarin agak beda anak itu" Jawab Cakra.

Semua nya heran, Janu jarang sekali menunjukkan perasaannya secara langsung, biasanya dia akan bersikap baik-baik saja. "Takut digigit Jidan paling" Cetus temennya untuk mencairkan suasana. "Ini keras bro, mau nyoba?" Tawar Jidan sambil melepas sepatunya. Semua tertawa kecuali Cakra.

"Bentar, apa gegara dare itu ya?" Ucap Cakra dengan raut berpikir. "Dare yang mana sayang?" Jawab Jidan. "Jancok sayang, yang pacaran di kontrol dulu bahasanya banyak jomblo di sini" Sungut salah satu kawan tongkrongan. Jidan pun menutup mulut temannya yang protes, "Hustt diem, lanjut YANG" Jawab Jidan sambil menekan kata akhirnya. Cakra hanya menggelengkan kepalanya.

"Dare yang waktu gue suruh buat nyamar jadi cewe di apk dating, kan kata dia lancar sampai waktu itu kita ngasih saran biar dia ngaku kalo sebenernya dia itu cowo. Sajak insiden itu langsung beda sikapnya." Ucap Cakra panjang lebar.

Semuanya terdiam, "Kalo masalah gitu ya susah Cak" respon sang kawan. "Masalahnya berat ini bro" Saut kawannya yang lain serta berbagai kalimat menyerah lainnya. "Gue punya rencana" Celetuk Jidan. Semua mata tertuju padanya dengan tatapan ingin tau.

Aplikasi Dating Berujung Pusing || [Hyuckno] (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang