Bab 7 - Tamu VVIP

472 7 0
                                    

Laura benar-benar terkejut saat mengetahui tamu VVIP yang menyewanya malam ini adalah pria yang beberapa hari lalu memberikannya tumpangan.

Ingatan Laura yang sangat tajam tentu saja masih mengingat siapa nama pria tampan yang sedang duduk di sofa panjang berwarna abu-abu di hadapannya saat ini.

"Tuan Nicholas Leister? Benar?"

John mendorong punggungnya ke belakang sembari menatap lurus ke arah Laura yang sudah berdiri tepat di hadapannya.

Mengenakan pakaian yang seksi sama seperti malam itu, saat dia menyewa Laura untuk yang pertama kalinya.

"Aku tidak menyangka kau memiliki daya ingat yang begitu tinggi, Nona Laura."

"Panggil nama saja, tidak perlu pakai embel-embel nona segala." sahut Laura menunjukkan rasa ketidaksukaan dengan panggilan tersebut.

"Apa itu menganggumu?"

Laura hanya membalas tatapan dari John dan enggan untuk menatapnya lebih lama. Dia memilih untuk menuju ke tiang yang ada di ruangan tersebut untuk mempersembahkan tarian erotis pada pria yang sudah menyewanya tersebut.

"Tunggu!" cegah John pada saat Laura baru saja menyentuh tiang mengkilap itu. "Aku menyewamu malam ini bukan untuk melakukan tarian."

Kening Laura berkerut dalam saat John berkata demikian. Orang-orang menyewanya untuk melihat tarian erotisnya. Lalu selain itu, untuk apa dia disewa?

"Apa maksudmu? Bukankah kau menyewaku lagi karena ingin menikmati tarianku kan? Orang-orang seperti kalian memang suka sekali memanjakan mata dengan tarian erotis."

John mengabaikan ucapan Laura dan justru menunjuk ke arah sofa lain yang berada di seberangnya. "Duduklah, aku hanya butuh teman mengobrol."

Kini, giliran sebelah alis Laura naik saat mendengar ucapan pria itu. Laura masih berpikir jika dia salah mendengar saat ini. Karena itulah, dia menyelipkan rambutnya ke belakang telinga dan berjalan mendekat ke arah John.

"Apa yang kau bilang tadi? Teman mengobrol? Apa aku salah dengar?"

"Tidak, aku memang menyewamu untuk menemaniku minum dan mengobrol."

Laura tertawa malas dan menyahut, "Tuan, jangan bercanda. Aku tidak suka dengan orang yang bercanda dan berujung berbohong padaku. Mana mungkin kau membayar mahal hanya untuk ditemani minum dan mengobrol?"

"Duduklah, Nona Laura." ujar John.

Suara John yang terdengar cukup menekan setiap katanya, mampu membuat Laura langsung mengatupkan bibir dan diam. Bahkan Laura langsung menurut dengan duduk di sofa yang sebelumnya John tunjuk tanpa melayangkan protes sama sekali.

Laura memperhatikan gerak tangan John yang sedang menuangkan red wine pada dua gelas kosong. Lalu satu gelas didorong pelan ke arahnya. Tentu saja Laura tau jika gelas tersebut untuknya.

"Bersulang?" seru John sembari mengangkat gelas ke arahnya.

Seperkian detik Laura mengamati John, lalu dengan cepat meraih gelas miliknya untuk bersulang dengan pria itu.

"Bersulang!" sahut Laura dan dia yang lebih dulu meneguk minumannya.

John tersenyum miring dibalik gelas kaca yang ada di depan bibirnya. Setelah Laura menjauhkan gelas dari bibir, John baru meneguk minumannya hingga tandas.

Pria itu memiliki toleransi alkohol yang sangat tinggi. Jadi, mau minum sebanyak apa pun, sama sekali tidak mempengaruhi John. Jika sedikit pusing itu wajar, tapi John sama sekali tidak pernah sampai mabuk yang menyusahkan.

RANJANG PANAS MAFIA KEJAM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang