Bab 8 - Jebakan

476 6 0
                                    

John melempar botol wine yang masih terisi penuh ke arah Griffin yang saat ini berada tepat di hadapannya. Tapi tangan kanannya itu dengan cepat menghindar, dan botol tersebut terlempar mengenai tembok hingga pecah berhamburan.

Sekali lagi, John paling tidak suka diganggu dengan alasan apa pun. Apalagi hanya mengenai masalah kecil yang sebenarnya bisa langsung Griffin atasi sendiri tanpa perlu memberitahunya.

John sangat marah, sebab waktunya bersama Laura menjadi berantakan. Bahkan sekarang, Laura sudah meninggalkan ruangan tersebut lima menit yang lalu.

"Semakin dibiarkan kau semakin berani saja melanggar perintahku? Bukankah di awal aku sudah mengatakan untuk tidak mengangguku selama berada di dalam bersama wanita itu? Kenapa kau melanggarnya?! Bahkan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu! Apa hukuman cambuk dariku yang semalam kau anggap sepele?"

Griffin menurunkan pandangannya dengan kedua tangan di depan. "Maaf, Tuan John. Saya benar-benar minta maaf. Tapi saya harus memberitahukan pada anda masalah tersebut. Karena ini pertama kalinya pengiriman senjata mengalami masalah."

"Kau bisa mengatasinya tanpa perlu memberitahuku terlebih dahulu. Tapi jika memang mendesak dan kau berpikir harus memberitahuku, harusnya kau bisa berpikir dan bersikap lebih sopan! Kau bawahanku! Harusnya ketuk pintu dahulu! Kau tau? Aku lama-lama muak juga dengan tingkahmu. Atau kau sebenarnya memang sengaja ingin mengangguku mendekati wanita itu? Karena kau berpikir jika aku menganggapnya sebagai Sofia, begitu? Lalu kau sengaja menggunakan masalah ini sebagai alasan agar bisa mengangguku? Licik sekali."

Griffin lantas memilih untuk diam dan mendengarkan segala ocehan dan amukan dari John.

Salahnya juga yang terlalu terburu masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Griffin memang tidak mempunyai pikiran buruk yang mana berniat untuk menganggu tuannya bersama Laura. Sama sekali tidak pernah terbesit di dalam pikirannya.

Tapi tidak masalah, dia memilih menerima segala tuduhan buruk yang John ucapkan. Karena setelah itu, amarah John pasti akan mereda seperti biasanya.

Griffin sesekali melirik John yang masih dengan pedasnya melempar kalimat buruk padanya sembari memasang kancing kemeja kembali.

"Sekali lagi kau bertindak cereboh, jangan harap kau bisa lepas dari hukuman yang ku berikan." ancam John.

Pria itu bangkit dari duduknya. Tatapannya yang sangat tajam dan menusuk benar-benar tertuju pada Griffin yang terus memandang ke bawah. Tak berani mengangkat wajahnya, karena memang dia merasa bersalah atas kelakuannya sendiri.

Ketika John melangkah keluar lebih dulu, barulah Griffin terburu mengikuti langkah lebar pria itu yang ada di depannya.

Sekilas Griffin melihat seseorang yang memperhatikan sang tuan yang sedang berjalan menuruni tangga. Karena tidak ingin menambah tingkat kekesalan sang tuan, Griffin mengabaikan itu dan menganggap jika orang tersebut pastilah hanya orang awam yang menganggap bahwa tuannya adalah orang biasa yang terlihat begitu tampan.

Biasanya memang sang tuan sering kali menjadi pusat perhatian karena pesona yang ditunjukkan. Meskipun ekspresi wajahnya nampak garang, tetap saja banyak yang memuji ketampanan dan kegagahannya.

Griffin dengan cepat membukakan pintu untuk John. Lalu buru-buru masuk setelah John duduk manis di kursi belakang.

Griffin mengemudi dengan kecepatan tinggi menuju ke pelabuhan. Sebab kapal yang hendak menjadi sarana pengiriman senjata mendadak mendapatkan masalah.

Tak berselang lama, Griffin mendengar suara ponsel John berdering. Dia melirik melalui kaca tengah mobil dan mendapati John mengangkat ponselnya.

Dia memperhatikan perubahan ekspresi yang ditampilkan John, tepat ketika John meremat ponselnya yang masih berada di telinga.

RANJANG PANAS MAFIA KEJAM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang