Bab 17 - Cemburu?

306 5 0
                                    

Jika saja John rela rugi besar, mungkin malam ini dia tidak akan pergi bersama Kim Naen. Dia tidak perlu repot-repot pergi berdua dengan wanita yang jelas-jelas mampu membuatnya pusing dan naik darah. Dan jujur saja, John malas sekali. Waktunya yang berharga harus dia gunakan untuk menemani wanita keturunan asli dari negeri ginseng itu. Tapi perjanjian tetaplah perjanjian yang harus dia lakukan.

Kim Naen memberikan syarat agar mau membantunya membujuk sang ayah agar tidak membatalkan pesanan yang sudah dibuat. Namun, syarat yang wanita itu ajukan terdapat tiga syarat. Syarat pertama ialah, menemaninya berkunjung ke sebuah club yang sudah menjadi targetnya. Target Kim Naen untuk mengajak owner club tersebut bekerjasama. Karena memang, Kim Naen adalah pemasok minum-minuman keras. Tentu, dia ingin melebarkan bisnisnya juga di kota tersebut.

"Kau sering datang kemari?" tanya Kim Naen, namun John sama sekali tidak menoleh.

Tatapan pria itu terkunci pada satu sosok yang lumayan jauh dari hadapannya.

"Kenapa memangnya?"

Kim Naen mendecih pelan dengan balasan John barusan. Alih-alih menjawab pertanyaannya, pria itu justru balik mengajukan pertanyaan. Bahkan tidak menoleh sama sekali.

"Hampir seluruh bartender mengenalmu. Bahkan jalang-jalang haus belaian itu juga terus menyapamu." sahut Kim Naen. Matanya melirik ke salah satu meja yang terdapat beberapa wanita berpakaian seksi tengah memperhatikan John. Wanita-wanita yang sebelumnya menyapa John. Bahkan terang-terangan ada yang mengajak pria itu ke hotel.

Sungguh, Kim Naen terkejut bukan main. Hanya saja dia penasaran, apa yang akan terjadi jika para wanita genit itu tau bahwa John adalah seorang mafia?

"Apa mereka masih berani merayumu jika tau siapa identitasmu sebenarnya?"

Pertanyaan tersebut sukses membuat John yang duduk di samping Naen langsung menoleh.

"Kenapa? Apa perlu aku ulangi pertanyaanku?"

Wajah John benar-benar datar. Enggan menanggapi, namun dia sadar betul jika wanita itu akan terus berisik jika dia terus mengabaikannya.

Wanita macam Kim Naen ini hanya pandai bicara dengan penuh percaya diri. Karena beranggapan memiliki kekuasaan dan juga kekuatan. Padahal aslinya nol besar. Tidak ada apa-apanya bagi John.

"Aku rasa, merayu adalah keahlian mereka. Yang mereka pentingkan hanyalah uang. Tidak peduli dengan identitas pelanggannya." sahut John. Ini yang dia tangkap setiap kali dia memakai jalang yang terakhir kali. Yang benar-benar mengetahui identitasnya sebagai seorang mafia.

"Kau pernah menyewa salah satu dari mereka?" tanyanya penasaran. "Aku lihat-lihat, mereka semakin berani menunjukkan ketertarikan padamu, Tuan John."

"Aku tidak peduli." balas John singkat.

Matanya kini kembali tertuju pada seorang wanita berambut panjang, yang entah sejak kapan sudah berada dilantai dansa. Menari dengan seorang pria, bahkan juga tertawa seolah tanpa beban.

Lama kelamaan rahang John mengetat saat pria itu melingkarkan pinggangnya pada sang wanita yang terus asyik menari mengikuti musik yang sedang dimainkan.

Sementara itu, Kim Naen terlihat kesal karena John kembali mengabaikannya. Dia mengikuti ke mana arah pandang John saat ini. Ya, di lantai dansa. Entah apa yang menarik dari perkumpulan orang-orang yang sedang asyik menari di sana.

"Aku ke toilet sebentar." ujar Kim Naen berpamitan, namun tetap saja diabaikan oleh John.

Sepeninggal Naen, John ternyata juga turut bangkit dari duduknya dan meninggalkan tempat tersebut.

RANJANG PANAS MAFIA KEJAM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang