Bab 18

266 6 0
                                    

Pagi Laura diawali dengan pemandangan yang tidak biasa. Sebuah tangan melingkar diperutnya cukup posesif. Lalu matanya menatap datar ke arah pria yang ada di sampingnya. Yang tidak lain adalah John.

Laura memang terlihat biasa saja saat mengetahui bahwa John bertelanjang dada. Menampilkan lengan kanannya yang dipenuhi dengan tato sampai ke pangkal. Badannya begitu kekar dan otot-ototnya terbentuk begitu apik.

Wajahnya terlihat begitu damai jika sedang tidur seperti ini. Ketampanannya sama sekali tidak pernah membuat siapa pun menjadi bosan.

Orang-orang luar pasti tidak akan percaya jika wajahnya yang terlihat polos itu ternyata adalah seorang mafia kejam yang haus darah.

Entah sudah berapa korbannya sekarang. Sungguh, Laura tidak peduli juga akan hal itu. Dia hanya ingin balas dendam untuk saudaranya. Itulah mengapa dia memilih keluar dari pekerjaannya dahulu sebagai seorang detektif. Karena sebelumnya, Laura selalu berada di pihak kebenaran.

Dia keluar karena tujuannya sangat buruk, yaitu balas dendam. Mengakhiri nyawa seseorang. Dia merasa tak pantas jika masih bekerja sebagai seorang detektif.

Pikiran dan tujuannya sangat kotor. Tidak pantas mendapatkan tempat yang terbaik, bahkan pekerjaan yang baik. Seandainya nanti dia tertangkap, setidaknya itu tidak akan berpengaruh pada status pekerjaannya. Laura tidak mau mengotori pekerjaan seorang detektif.

Laura masih terpaku pada paras tampan John saat ini. Tangannya terangkat, bergerak hendak menyentuh wajah John. Namun, saat menyentuh pipinya, tiba-tiba saja suara pria itu terdengar mengagetkannya.

"Aku memang sangat tampan,"

Laura sedikit berjengit saat tiba-tiba John bersuara. Pasalnya, sedari tadi dia pikir John masih tertidur pulas. Bahkan tidak ada tanda-tanda akan bangun.

Wanita itu segera menarik tangannya kembali dan sedikit menjauhkan diri karena refleks. Benar-benar tidak menyangka jika John akan bangun secepat itu.

"Berapa lama?"

"Hah?"

John semakin menarik tubuh Laura ke arahnya, meskipun matanya masih mencoba untuk terbuka lebih lebar lagi. Mengerjap untuk menyamankan pandangannya.

"Berapa lama kau menatapku seperti itu?"

Laura mengerjap beberapa kali tanpa menjawab pertanyaan yang dilayangkan langsung oleh John.

Dia benar-benar terkejut dan sulit mencerna posisinya saat ini. Terlalu intim? Ah, tidak. Ada yang lebih intim dari sekedar berpelukan di atas ranjang. Dan Laura sudah pernah merasakannya saat bersama John. Dan sialnya, dua-duanya dilakukan di apartemennya. Di dalam kamarnya. Yang mana terkadang membuat Laura tidak fokus karena terus terbayang di setiap sudut mereka bercinta.

"Aku baru mengetahui satu hal..."

Laura mengerutkan keningnya. Sebab John kembali bersuara. Dan yang lebih menyebalkannya adalah, pria itu sengaja menggantung ucapannya.

"Mengetahui apa?" tanya Laura pada akhirnya.

"Aku baru tau jika pagi-pagi begini kau memang sangat lemot ya?"

"HAH?! APA KAU BILANG TADI?!" pekik Laura saat tiba-tiba tidak ada angin, tidak ada hujan, langsung mengatainya lemot.

Memangnya siapa yang mau dikatai lemot? Tentu saja Laura langsung marah dan kesal. Tidak terima dengan ucapan John barusan.

"Kau—"

Cup! 

Satu kecupan mendarat dibibir Laura sebelum wanita itu berhasil melanjutkan perkataannya. John memang sengaja mencegah Laura agar tidak mengomel hanya karena ucapannya.

RANJANG PANAS MAFIA KEJAM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang