glue

387 38 16
                                    

Thanks for vote ygy
Ini lanjutannya.

Enjoy~~
























Keesokan harinya
Seperti biasa Dara baru saja datang ke kelas dan duduk dibangkunya.
Tak selang lama kemudian Rafael pun memasuki kelas dan juga duduk dibangkunya.
"Itu mata abis nonton drakor?" Tanyanya tanpa membalikkan badannya menghadap Dara yang duduk dibelakangnya

Dara menyadari jika Rafael menotice mata bengkaknya yang habis nangis semalam.
"Iya drakor thailand"balasnya kemudian menutupi wajahnya dengan pura pura membaca buku pelajaran.

"Tch.. drakor thailand." Gumam Rafael.

Dara berniat untuk mencuci wajahnya, untuk menyegarkan dari kesembabpan matanya itu.
Namun ketika ia hendak bangkit dari bangku nya, ia sama sekali tidak bisa.
Sepertinya ada sesuatu yang menempel pada bangku nya itu
Ia mencoba berulang kali, namun tetap saja tidak bisa.
"Raf.. Rafa. Tolong aku"ucapnya.

Rafael menolehkan kepalanya pada Dara
"Apa?" Tanyanya.

"Aku ngga bisa bangun dari tempat dudukku" balas Dara cemas.

Rafael mengernyitkan dahinya. Ia mengira Dara sedang bercanda dengannya.

"Serius ini ngga bisa bangun aku"ucap Dara lagi.

Melihat raut wajah Dara yang cemas. Rafael bangkit dari posisinya dan menghampiri meja Dara.
"Ada yang ngisengi kamu kayaknya" ucapnya.

"Siapa?" Tanya Dara.

Rafael menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"Kamu pakai daleman?" Tanyanya .

"Ya pakelah! Kamu jangan mesum gitu dong pertanyaannya" balas Dara.

"Maksudku, daleman celana pendek. Bukan daleman yang di dalem celana pendek" jelas Rafael.

Mendengar penjelasan Rafael agar tidak terjadi keambigu an, seketika Dara terdiam

"Ngerti sekarang? Aku ngga semesum itu kali." Ucap Rafael.

"Iya iya maaf" balas Dara.

"Yauda sekarang lepas celana kamu" ucap Rafael.

"Heh Rafael. Lama lama tak keprok ya cangkem mu itu" balas Dara.

"Gini lho sayang. Dengerin ya pelan pelan biar kamu ngga salah nangkep lagi maksudku. Kan kamu pakai celana panjang nih, terus kamu tadi bilang pakai daleman celana pendek kan? Nah itu yang celana panjangnya dilepas dulu, kan masih ada daleman celana pendek kan? Nanti kamu pakai celana training olahragaku aja dulu. Ini aku balik badan deh, biar ngga ngeliat dah." Jelas Rafael.

"Ohhh" ucap Dara mengerti

"Ohhh.(Rafael mengikuti nada bicara Dara) lola" ucap Rafael.

"Ya maaf. Lagian kamu nanyanya gitu banget. Kan aku jadi takut. Mana dikelas sekarang cuma ada kita berdua lagi" balas Dara.

"Uda nih buru dipakai, keburu yang lain pada datang" Rafael mengeluarkan celana training miliknya dari dalam tas dan kemudian menyerahkannya pada Dara.

Dara yang menurut kemudian menerima celana training itu.
"Balik badan gih buru"ucapnya

Rafael menghela napasnya dan membalikkan badannya menghadap arah jendela.
Dengan cepat Dara melepas celana panjangnya dan menggantinya dengan celana training Rafael.
Pinggangnya sih pas, tapi bawahnya panjang banget.

"Uda nih" ucap Dara.

Rafael kembali membalikkan badannya. Dan terkekeh melihat celana miliknya dipakai Dara.

"Kegedean Rafa" ucap Dara.

"Ngga apa apa. Dari pada kamu nempel terus kayak tokek gitu di bangku" balas Rafael, kemudian berposisi jongkok untuk melipat masing masing ujung celana yang Dara kenakan agar terlihat pas.

"Makasih, maaf merepotkan anda Rafael William Struick" ucap Dara.

Rafael bangkit dari posisinya dan menopang tangannya dipinggang.
"Tau dari mana nama lengkapku? Ngga semua tau kepanjangan dari nama belakangku"ucapnya.

"Ini ada di celanamu astaga. Tadi aku liat sebelum ku pakai" balas Dara.

"Oh. Okay" setelah mengatakan itu Rafael kembali duduk dibangku nya.

Dan tak berselang kemudian, satu persatu mahasiswa/i pada berdatangan memasuki kelas.
Beruntung Dara sudah selesai dengan problemnya itu. Dan bersyukur juga Rafael ada disaat yang tepat.













..














Sepulang kuliah
Dara langsung mampir kerumah Ivar dan membawa beraneka ragam buah buahan. Mulai dari strawberry, blueberry, melon dan jeruk.
Ia sengaja membawa semua jenis buah buahan itu untuk Ivar. Karena ia tahu buah buahan itu cocok untuk penyakit jantung.
"Wajib dihabiskan ya Ivar"ucapnya

Ivar menatap heran melihat meja ruang tamunya yang penuh dengan aneka buah buahan.

"Ini bagus buat kesehatan jantung kamu. Jadi dimakan ya" ucap Dara.

"Ini jadinya aku ngerepotin kamu Dara" balas Ivar

"Ah ngga. Ngerepotin dari mana sih? Ini cuma buah buahan doang kok."ucap Dara.

"Makasih ya" Ivar tersenyum

"Nanti kalau kamu butuh apa apa. Bilang aja ya Var. Inget kamu jangan sampai terlalu capek."ucap Dara

"Kamu lebih cerewet dari dokter pribadiku. Gimana kalau kamu aja yang jadi dokter pribadiku? Mau?" Tanya Ivar

"Boleh" balas Dara bersemangat lalu bangkit dari posisinya ia berniat untuk pamit pulang

"Kamu pakai celana siapa? Kegedean gitu haha" tanya Ivar

"Oh ini? Punya temenku ini. Tadi ada insiden dikampus, jadi ya untung ada dia yang minjemin celananya buat aku"jelas Dara

"Insiden apa?" Tanya Ivar serius.

"Ada yang isengin aku. Bangku aku ditaro lem gitu Var" ucap Dara

"Ha?? Seriusan. Kukira cuma anak sd aja yang suka iseng gitu. Bahkan anak kuliahan juga? "Tanya Ivar seraya mengamatin celana yang Dara kenakan.

"Tapi ini kayaknya panjang banget deh. Temen kamu tinggi banget ya?" Lanjut Ivar.

"Ini punya temen cowo dikelas. Iya dia tinggi banget orangnya. Makanya ini sampai dilipat berapa kali sama dia tadi pagi" jelas Dara.

"Temen cowo?" Tanya Ivar yang mulai penasaran dengan siapa yang dimaksud Dara. Apakah itu adalah laki laki yang sama yang mengantar Dara pulang semalam? Begitulah pikirnya.

"Iya Var" balas Dara.

"Yauda aku pamit pulang dulu ya, aku titip salam buat Mama kamu ya dibelakang. Nanti aku dateng lagi ko" setelah mengatakan itu, Dara melambaikan tangannya pada Ivar dan berjalan keluar menuju pintu rumah Ivar.

"Iya makasih yaa" balas Ivar.

Namun tiba tiba saja Ivar terduduk di sofanya. Ia memegangi dadanya yang kembali terasa sakit.
Ivar berusaha untuk mengatur tempo pernapasannya dan mengambil beberapa obat dari laci meja ruang tamu nya itu. Dan setelahnya ia meminumnya.

Perlahan rasa nyeri di dadanya berangsur angsur menghilang.

Ivar menghela napasnya dan bersandar pada sofa.
Ia mendongakan kepalanya dan menatap langit langit rumahnya.
"Apa bisa aku sembuh?" Gumamnya.

Jujur saja, tidak ada orang di dunia ini ingin merasakan sakit seperti apa yang di rasakan oleh Ivar.
Namun mau bagaimana lagi.
Ia harus menerima dan menjalani pengobatannya secara teratur, agar dapat mengurangi rasa sakitnya.

Dapatkah Ivar bertahan hingga akhir?













I'll be back soon
Yang baru join, welkam guys 😂🖐
Boleh banget follow akunku 🫶

Ivar Jenner - Letting GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang