Air hujan perlahan menyentuh siapa saja yang berada dibawahnya. Langit gelap semakin menyeramkan oleh kilatan petir-petir yang menyambar kesana-kemari. Vita masih berusaha menelepon seseorang dari balik ponsel, sesekali menengok ke kiri dan ke kanan, masih berusaha menelepon kembali di bawah naungan atap halte angkutan umum dengan penuh harap.
'Nomor yang anda tuju tidak menjawab'
Lagi
Entah berapa kali gadis itu menelepon kekasihnya yang sudah dua tahun lima bulan ini berbagi kisah bersama. Vita masih berusaha menekan digit-digit angka pada layar ponsel, hingga
DUUUAAARRRRR
"astaghfirullahal'adzim.."
Gelegar petir menghentikan jarinya. Ia urungkan kembali niat untuk menelepon kekasihnya itu.
Vita merapalkan doa-doa. Sesekali ia menengok kembali ke berbagai arah dengan harapan ada angkutan umum atau orang yang dikenalnya untuk sekadar menumpang pulang.
Vita mulai takut saat hujan dan angin mengenai tubuhnya. Beberapa ranting pohon disekitarnya pun turut beterbangan, menambah kesan horror yang membuat gadis itu hampir menangis.
"Nanti ada angkutan umum kok, Vit. Tenang aja" ucapnya berusaha menyemangati diri sendiri.
Seketika ia menyesal karena menolak ajakan Syahreva dan Syahqila untuk pulang bersama. Vita khawatir jika mobil yang dikendarai Syahreva akan terjebak macet. Disamping itu, ia merasa sungkan karena jarak rumah mereka terlampau jauh dengan arah yang berbeda. Kalau tahu cuaca akan seburuk ini, sepertinya ia lebih memilih untuk tega terhadap keduanya.
Sementara dari sudut lain, Malvin yang hendak pulang menuju rumahnya, mulai memelankan laju mobil pribadi yang ia kendarai sendiri di tengah hujan yang sudah menyerupai badai. Ia menepikan mobilnya di dekat ruko kosong yang tak jauh dari halte angkutan umum, memastikan penglihatannya jika yang dilihat memanglah orang yang ia kenal.
Vita basah kuyup diguyur hujan. Tubuhnya menggigil, sesekali ia menggosok kedua tangan lalu meniupkan udara pada kedua tangannya untuk ditempelkan pada pipinya yang hampir membeku.
Malvin tampak menimang, apakah ia harus menghampiri atau membiarkan gadis itu menunggu ditengah cuaca seperti ini.
Ia memutuskan untuk mengamati dari jauh, mungkin saja kekasih gadis itu akan datang menjemputnya.
Hampir setengah jam berlalu, Vita mulai menangis ketakutan. Tubuhnya bergetar, ia memeluk dirinya sendiri seraya berjongkok dengan menutupi wajahnya yang takut akan pemandangan kilat. Malvin yang masih setia mengamati dari jauh, langsung menghidupkan kembali mobilnya begitu mendapati Vita terlihat lemas dan hampir pingsan.
Vita mendongak ketika sebuah handuk tebal menutupi kepalanya. Ia masih meneteskan air mata dengan wajah kemerahan, sedikit terkejut ketika tubuh Malvin menghampirinya dengan seragam dinas yang rapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Police and I - Lee Minhyuk
HumorWARNING! 21++ ⚠️⚠️ Bapak emang polisi, tapi gak tiap bulan juga kan nilangin saya?! Sebenernya mau bapak apa sih? - Jovita Bagaskara Karena kamu salah, makanya saya tilang. Tuh, liat gebetan kamu, gapake sarung tangan sama sepatu. Ban motornya juga...