1 : Ditilang Lagi

83 14 2
                                    

"VITAAAAAA!!! UDAH JAM BERAPA INI? KAMU MAU KULIAH ENGGAK"

Gadis itu terbangun kemudian melihat jam dinding yang menunjukkan pukul tujuh tepat. Ia semakin tergesa-gesa karena kelasnya akan dimulai pukul delapan pagi.

Vita buru-buru mencuci muka, menggosok gigi, kemudian mengambil kaus dan celana bahan yang akan dikenakannya tanpa mandi terlebih dahulu. Ia segera berlari menuju garasi setelah mengambil kunci motor yang tergantung di antara dua pintu kamar. Jangankan untuk sekedar sarapan, panggilan ibunya pun tidak ia hiraukan lagi. Vita terlampau panik karena harus mengikuti kuis pagi dari dosen killer yang sering memberi nilai C kepada para mahasiswanya, bahkan tak jarang ada pula yang terusir.

Gadis itu melajukan motornya dengan kecepatan ekstra, tidak mempedulikan kondisi perut yang menggerutu atau tenggorokannya yang terasa panas akibat lupa sarapan.

"Aahhhh pake acara macet lagi."

Vita menyenderkan kepalanya pada stang motor. Ia memejamkan mata, menetralisir rasa kantuk akibat tugas analisa dan persiapan kuis semalam.

"Woyy neng, bangun! Jalannya udah di buka tuh."

Vita buru-buru melihat ke depan. Ia menancap gas dengan kecepatan penuh karena jam di tangan kirinya menunjukkan pukul tujuh tiga puluh pagi. Gadis itu bersikap layaknya seorang racer di arena sirkuit. Untungnya, ia berhasil sampai di parkiran kampus sebelum jam delapan tepat.

"Vitaaa!"

Gadis itu menoleh setelah selesai memarkirkan motornya. Ia menghampiri Shahreva dan Syahqila, si kembar yang sedang berdiri di gerbang koridor dengan tumpukan buku di tangan.

"Pak Ghani gak masuk hari ini. Dia cuma ngasih tugas buat di kumpulin nanti malem." Ujar Shahreva.

"Terus Pak Yahya juga gak masuk, Vit. Istrinya mau melahirkan, udah pembukaan keempat katanya" Timpal Syahqila dengan raut kesal.

Bak tersambar petir di antara hujan, Jovita Bagaskara mengepalkan kedua tangan sembari tersenyum. Sia-sia usahanya untuk tidak tidur semalaman. Jika tidak ingat kedua dosennya hari ini adalah manusia yang sangat sulit untuk di ajak berkompromi, mungkin Vita akan mengabaikan semua tugas yang mereka berikan. Perlu kalian ketahui, belajar adalah kegiatan yang paling membosankan bagi seorang Vita. Kalaupun bisa memilih, ia akan tidur seharian daripada harus melihat deretan huruf beserta angka yang menempel di lembaran kertas. Membuat matanya sakit saja.

"Lo berdua udah nyarap belum?"

Kedua gadis kembar itu mengangguk "udah kok" ucap mereka bersamaan.

Vita mengangguk "yaudah deh. Kebetulan, gue juga lagi gak ada duit buat neraktir kalian. Gue mau langsung pulang aja dah. Bye."

"Sejak kapan lo punya duit?" Ejek Shahreva

Syahqila melambaikan tangan "gak usah di denger, Vit. hati-hati di jalan."

"Yo!"





🍑🍑🍑🍑





Sebenarnya, pagi ini sangat membosankan bagi Vita.

Tubuh gadis itu terlentang di atas rerumputan kota yang terawat dan bersih. Di bawah pohon rindang dengan matahari yang tidak seberapa terik, ia menghabiskan waktu istirahat berharganya disana. Kedua telinganya terganjal oleh sepasang benda mungil yang mengeluarkan suara musik. Sembari menikmati sentuhan angin, Vita terlihat begitu tenang.

Hari ini ia tidak memiliki kegiatan. Sebagai mahasiswi kupu-kupu (kuliah pulang - kuliah pulang), ia hanya bisa menghabiskan waktunya dengan kegiatan ringan seperti ini. Tidur misalnya, selain sebuah kebutuhan, sepertinya kegiatan ini adalah yang terfavorit bagi Vita.

Krucukkk...

"Haish.. Pake acara laper lagi."

Vita menyentuh perutnya. Alih-alih bangun untuk mencari makanan, ia malah melanjutkan tidurnya dengan merubah posisi menjadi ke samping. Lama mengabaikan, akhirnya pertahanan itu runtuh juga.

Vita memutuskan untuk pergi ke pusat jajanan kota. Disana banyak penjaja makanan kaki lima yang enak-enak dan sangat ramah di kantong. Bagi gadis irit dan terkesan pelit sepertinya, akan sangat menguntungkan jika ia mengisi perut di tempat seperti itu. Baginya, menikmati makanan di pusat perbelanjaan kota sangatlah repot. Selain mahal, cita rasa yang diberikan pun tidak terlalu cocok bagi lidah Vita yang kampungan. Yah, anggap saja ia norak. Paling tidak harga dirinya jauh lebih tinggi dari orang-orang yang suka mengaku kaya dan hobby berbelanja menggunakan hasil utangan. Apalagi jika uang itu hasil menipu orang. Upss..

"Bang, makasih ya." Ujar Vita setelah memberi selembar dua ribu kepada petugas parkir.

"Sama-sama neng."

Gadis itu menghidupkan motornya kemudian pergi ke tempat yang ingin ia kunjungi. Padatnya lalu lintas tidak menggoyahkan semangatnya untuk segera mengisi perut yang tidak sabaran. Untung saja ia membawa SIM, STNK dan memakai helm sesuai aturan lalu lintas. Vita tidak ingin mengulangi kejadian di bulan kemarin. Cukup! Ia tidak mau terkena denda akibat kecerobohannya yang bisa mengurangi jatah jajan.

"Stop!"

Baru akan berbelok, Vita dikagetkan dengan sesosok polisi yang wajahnya tertutup helm, kacamata gelap, serta masker kain bak anggota tim anti teror. Perasaan ia belum lama menancap gas, Aih mak jang, buruk kali nasibnya hari ini.

"Maaf pak, salah saya apa ya?" Tanya Vita berusaha sopan.

"Saya dengan beberapa rekan yang lain sedang melakukan operasi Kalimaya, memastikan jika pengendara melengkapi syarat dan kelayakan berkendara sesuai undang-undang yang berlaku." Ujar sang polisi panjang lebar "bisa mbak tunjukkan SIM dan STNK nya?"

Vita mengangguk "sebentar pak."

Gadis itu merogoh tas. Ia mengambil dompet kemudian mengeluarkan SIM dan STNK disana.

"Ini pak."

Polisi itu mengambilnya. Setelah lama memeriksa, lelaki itu terlihat melepas kaca mata, helm dan di lanjut dengan melepaskan masker.

"Boleh saya minta nomor telepon kamu, dek Vita?"

Vita mengeraskan raut "lah? Si bapak kampret ini rupanya?"

Lelaki itu tersenyum sinis "Saya Malvin, polisi. Bukan kampret."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







🍑🍑🍑🍑🍑🍑🍑

Wkwkwkwkwk...

Icely

Mr. Police and I - Lee MinhyukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang