"Aduh... anak sulung bunda udah pulang. Bunda kangen banget tau."
Nyonya Mikhail menyambut dan memeluk erat anak laki-laki kesayangannya sembari mengusap rambut Malvin lembut. Wanita itu menyadari perubahan sikap Malvin akhir-akhir ini yang terkesan murung tanpa sebab. Sudah hampir 7 bulan anak laki-lakinya yang terbiasa ceria, mendadak bungkam setiap kali pulang ke rumah. Daripada penasaran, mungkin lebih baik ia tanyakan langsung penyebabnya sebelum terjadi hal yang buruk.
"Ayah mana bun?"
Malvin menatap ibunya lemas sembari melontarkan basa-basi sebelum melangkah ke ruang tengah. Seperti menangkap apa yang sedang dialami anaknya, nyonya Mikhail memutuskan untuk mengambil beberapa camilan dan minuman kesukaan anak sulungnya di pantry dapur.
"Ayah ditugasin bareng Ega ke wilayah bencana gempa kemarin. Bunda juga belum tau berapa lama mereka pergi."
Nyonya Mikhail menata berbagai toples kue dan teh rosella di meja. Malvin melepas jaket beserta topinya kemudian duduk di kursi ruang tengah.
"Semoga gak lama ya, bun. Malvin juga khawatir karena daerah itu masih sering gempa susulan" ujar Malvin serius lalu menyeruput teh rosella kesukaannya dengan tenang.
"ngomong-ngomong, gimana kasus yang kemarin itu? Bunda liat di tivi kayanya belum ada titik terang" nyonya Mikhail ikut menyeruput teh rosella dan memakan beberapa camilan sebelum memasuki inti pembicaraan.
Malvin menghembuskan napas pasrah "ya begitulah, bun. Tim Malvin sama polisi yang lain udah nyoba ngorek-ngorek informasi sampe ada yang jadi tukang bakso dadakan. Kasus ini agak sulit karena pelakunya rapih banget. Malvin juga capek sampe mau mecahin kepala aja rasanya."
Nyonya Mikhail mendengkus ngeri "ya jangan, dong! Masa gara-gara penjahat, anak bunda yang ganteng mau jadi hantu kepala buntung? Nanti kalo bunda jadi omongan netizen gara-gara hantu kamu viral, gimana? Bunda sih ogah ya masuk infotainment cuma buat klarifikasi gak jelas. Mana duitnya sedikit lagi" celotehnya seraya kembali menyeruput teh.
Malvin terkikik geli. Pepatah buah tak jauh dari pohonnya memang benar. Selain mewariskan gen unggul, sikap konyol ibundanya terwariskan dengan apik kedalam dirinya sendiri. Ia menjadi sedikit lega karena memiliki ibu sebaik nyonya Mikhail. Setidaknya beban yang ia pikul tidak terlalu berat.
"Yaudah deh bun, gak jadi. Sayang juga kalo kegantengan ini tidak dimanfaatkan dengan baik dan benar" ucap Malvin bangga.
"Gitu dong! Mending dipake buat cariin bunda mantu yang cantik luar dalem, kan bunda juga iri sama bu Lia yang udah punya dua cucu. Mana cucunya lucu-lucu semua lagi" ujar nyonya Mikhail yang seketika kesal.
Malvin tersenyum kikuk. Ia tidak berani menyela ataupun sekedar menenangkan ibunya seperti biasa. Meskipun mencari wanita cantik tidaklah sulit, tetapi menemukan seseorang yang pas dihati Malvin tidaklah mudah. Begitulah Malvin. Bukannya bersikap tenang, ia malah kembali mengingat Vita yang kini menjadi kekasih orang.
Delapan tahun lalu
"karena salah satu keluarga kalian tumbang dan kalian masih bisa bercanda, hukuman ditambah menjadi 2x lipat. Mulai dari awal. NAIK!"
"SATUU."
"NAIK!"
"DUAA"
"NAIK!"
"TIGAA"
"NAIK!"
"EMPAAAT"
"NAIK!"
"LIMAAA"
"NAIK!"
Para taruna akpol yang saat itu sedang mengikuti parade gerak jalan, seketika mendapat hukuman di tengah keramaian lalu lintas akibat salah satu di antaranya tertangkap basah sedang bersenda gurau. Malvin beserta rekan-rekannya yang tidak bersalah, hanya mampu berpasrah mengikuti instruksi pelatih dengan menyelesaikan hukuman sampai benar-benar selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Police and I - Lee Minhyuk
HumorWARNING! 21++ ⚠️⚠️ Bapak emang polisi, tapi gak tiap bulan juga kan nilangin saya?! Sebenernya mau bapak apa sih? - Jovita Bagaskara Karena kamu salah, makanya saya tilang. Tuh, liat gebetan kamu, gapake sarung tangan sama sepatu. Ban motornya juga...