Saranjana - Negeri Delapan Menara II

3 0 0
                                    

Ultraman Jaeger - Dasa Prana Nusantara.
Saranjana - Negeri Delapan Menara II.

Dari balik kegelapan malam, dari balik dinding batu karang yang berada di sisi mereka, satu bayangan terlihat bergerak pelan, mengendap endap tanpa suara, berjalan pelan diatas pasir berusaha mendekati para pengembara yang tengah terlelap.

Api unggun terlihat menyala memberikan kehangatan pada mereka, setelah seharian menempuh perjalanan jauh, berkuda di bawah terik mentari di atas padang pasir, ketika matahari terbenam dan udara panas sedikit demi sedikit menghilang, rasa penat dan kantuk mulai memenuhi seluruh bagian tubuh mereka.

Hingga sepasang langkah kaki di atas pasir bergerak pelan, hampir tanpa suara, perlahan lahan mendekati mereka dari balik sebuah batu besar.

Dengan gerakan cepat, Steel Seruni mengambil sebilah pedang yang tergeletak di sisi nya dan mencabut benda pusaka tersebut dari sarung nya, sejenak kilatan cahaya Cakra menerangi seluruh tempat, satu sosok wajah nampak terlihat di bawah sinaran cahaya pedang pusaka.

"Tunggu!" Satu sosok bertudung kemerahan dengan jubah kecoklatan terlihat menutup kedua mata nya, kedua tangan mungil nya menutupi seluruh wajahnya, sosok tersebut berusaha untuk bertahan dari pedang pusaka milik seorang Ksatria wanita.

"Sepertinya, kita kedatangan tamu...," Ujar Nuya kesal, rasa penat masih memenuhi seluruh tubuhnya, dirinya berharap malam ini dapat tidur dengan nyenyak agar pada esok hari seluruh tenaga nya dapat dipulihkan.

"Seorang pencuri?" Tanya Steel Seruni, dengan gerakan cepat, Ksatria wanita Lembah Mawar Ungu menarik tudung merah yang dipakai satu sosok yang berada di hadapan nya.

Seraut wajah gadis remaja terlihat dari balik kerudung merah, Nuya dan Jayden hanya terdiam.

"Tunggu sebentar!!" Ujar sang gadis

"Anak sekecil ini sudah mulai mencuri?" Nuya berjalan ke arah sang gadis, ekpresi kekesalan terlihat dari raut wajah nya, Nuya mencengkeram selendang yang di bagian leher sang gadis.

"Kau tahu, apa hukuman bagi seorang bocah pencuri?" Tanya Steel Seruni, Jayden hanya menggelengkan kepala, pria tersebut masih tidak percaya atas apa yang tengah terjadi pada malam ini.

"Aku bukan pencuri!!!" Teriak sang gadis

"Jadi?" Tanya Nuya dengan cepat. Gadis tersebut melepaskan cengkeraman tangan Nuya dan berjalan mendekat ke arah api unggun yang berada di bagian tengah tempat mereka bermalam.

"Aku mendengar pembicaraan kalian, tentang Saranjana...," Ujar sang gadis, Semua yang berada di situ untuk sejenak terdiam dan menatap ke arah gadis tersebut.

"Bawa aku kesana, aku akan membayar kalian, berapa pun biaya nya...," Ujar Sang gadis dengan cepat.

"Kau tahu dengan siapa kau sedang berbicara? Adik kecil?"  Tanya Steel Seruni sembari memasuk kan pedang Cakra ke sarungnya.

"Kau tahu dengan siapa kau sedang berbicara? Bibi?" Ujar gadis tersebut, Nuya dan Jayden menutup mulut mereka, mencoba untuk menahan tawa saat mendengar perkataan sang gadis.

"Bibi?" Sejenak Steel Seruni terdiam.

"Biar ku potong tangan nya!!" Ujar sang Ksatria wanita sembari menarik keluar pedang Cakra dari sarungnya, Jayden dan Nuya berusaha memegangi sang Ksatria wanita agar tidak mengayunkan pedang tersebut, sementara sang gadis hanya terduduk santai di depan api unggun sembari memakan buah buahan yang berada di hadapan nya.

"Dyah Putri...," Ujar Seorang prajurit Gelatik knight yang tengah berlutut di hadapan Panglima Madyaloka.

"Beberapa pedagang yang baru tiba dari selatan mengatakan bahwa mereka melihat tiga penunggang kuda...," Dark Srikandi hanya terdiam mendengarkan seluruh perkataan seorang prajurit yang berada di hadapan nya.

"Itu mereka...," Ujar Sang panglima sembari bangkit dari tempat duduknya.

"Kirim pengintai dan seorang pemandu, cari tahu ke arah mana mereka sedang bergerak." Dark Srikandi mengetahui bahwa akan sangat sulit menemukan jejak mereka di atas gurun pasir, karena setiap jejak yang ditinggalkan di atas tanah akan segera hilang ketika angin mulai berhembus dengan kencang.

"Atur barisan!!, Semua pasukan!!, Kita akan bergerak ke selatan!" Ujar sang Panglima, seluruh prajurit dengan segera bergegas mengemas seluruh peralatan dan dengan segera naik ke atas kuda tunggangan mereka.

"Kau tahu kemana mereka akan pergi? Dark Srikandi?" Sesaat sebelum Dark Srikandi naik ke atas kuda tunggangan nya, satu suara kembali terdengar dari dalak kalbu sang Ksatria wanita.

"Maaf Prameswari, saya tidak tahu...," Ujar sang Ksatria wanita, satu suara yang berasal dari balik tembok istana kembali terdengar, satu suara yang sangat di kenal olehnya kembali berbicara pada nya.

"Satu tempat bernama Saranjana, sebuah tempat gaib...," Dark Srikandi hanya mendengarkan seluruh perkataan sang Prameswari, sementara hampir seluruh prajurit sudah naik ke atas kuda tunggangan mereka dan bersiap untuk kembali menempuh perjalanan.

"Sebuah Negeri kasat mata, tak dapat terlihat dari pandangan, tak dapat tersentuh oleh jemari tengan...," Ujar Sang Prameswari kembali berkata, secarik kertas nampak melayang dihembus oleh angin.

"Hanya beberapa orang terpilih yang akan dapat mendatangi Negeri delapan menara...," Udara dingin mulai terasa menusuk seiring dengan hembusan angin yang bertambah kencang, beberapa helai selendang yang dikenakan oleh para prajurit terlihat berkibar saat mengenai udara dingin.

"Dan, bagi mereka...,"

"Tidak ada seorangpun yang dapat memasuki nya tanpa diundang...," Dark Srikandi melayangkan pandangan nya ke arah kegelapan yang menyelimuti gurun.

Hanya ada kegelapan pekat di hadapan mereka, wilayah padang pasir yang sangat luas akan sangat menyulitkan pencarian pada saat gelap, Dark Srikandi menyadari semua nya, tetapi rasa dendam atas kematian Karda lah yang memaksa dirinya untuk terus bergerak.

"Dan tidak akan ada seorang pun yang dapat meninggalkan tempat itu tanpa di pandu...," Ujar sang Prameswari kembali berkata.

"Dyah Putri, bukankah lebih baik kita menunggu sejenak?" Ujar salah seorang prajurit, udara malam nampaknya akan bertambah dingin seiring dengan semakin kencangnya hembusan angin dari arah gurun.

"Karena Badai Pasir akan segera tiba dan akan menyulitkan pencarian...," Angin mulai berhembus sangat kencang, kegelapan malam mulai menyelimuti seluruh wilayah tersebut, beberapa benda ringan terlihat beterbangan tertiup angin, suara gemuruh dari kejauhan terdengar bergerak mendekati tempat mereka.

"Apalagi jika kita harus terlibat dalam pertempuran...," Ujar sang prajurit kembali berkata.

"OMONG KOSONG!!" Sang Panglima berteriak dengan keras ke arah sang prajurit, mendengar kemarahan Dark Srikandi, prajurit tersebut kembali membungkuk kan badan, tanpa berani melihat ke arah sang Panglima yang kini tengah berada di hadapan nya.

"Ku persilakan kau untuk berbalik arah jika kau takut!!"

Dari balik kegelapan malam yang menyelimuti seluruh gurun pasir, hembusan angin dengan kecepatan tinggi mulai memenuhi seluruh wilayah, dalam gelapnya malam, dari balik serbuan badai pasir, satu kelompok Ksatria nampak bergerak maju ke arah selatan, tanpa menghiraukan keselamatan mereka.

Ultraman JaegerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang