05. Restu untuk Jagat

102 9 21
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Aswa up. Jangan lupa tinggalkan jejak yaa

Sudahkah membaca Al-kahfi?

Sholat dulu sebelum baca. Biar enak

✨ Happy reading ✨

وَعَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ رِضَا اَللَّهِ فِي رِضَا اَلْوَالِدَيْنِ وَسَخَطُ اَللَّهِ فِي سَخَطِ اَلْوَالِدَيْنِ أَخْرَجَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ حِبَّانَ وَالْحَاكِمُ.

Artinya, “Dari sahabat Abdullah bin Umar ra, dari Nabi Muhammad saw, ia bersabda, ‘Ridha Allah berada pada ridha kedua orang tua. Sedangkan murka-Nya berada pada murka keduanya,’” (HR At-Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim).

Jagat yang semula ingin pergi pun berhenti. Senyuman bahagia kini tercetak jelas di wajahnya. Matanya juga sedikit berair, mengekspresikan perasaan hatinya yang Bahagia, namun juga terluka.

Bibir Jagat bergetar, tangannya juga sama. Benarkah itu suara yang ia tunggu-tunggu oleh-nya selama ini?

Semarah apapun orang tua, ia takkan pernah membenci anaknya, melebihi apapun. Tak ada, orang tua yang menginginkan anaknya untuk sengsara, begitupun dengan perasaan Kyai Madhava ia selalu ingin Jagat bahagia, bahkan saat Jagat menentang nya sekalipun.

Madhava Abiyya El-Hakim, seorang laki-laki paruh baya dengan jubah putih membentangkan tangannya luas. "Berlarilah, seperti saat itu. Luapkan seluruh sedih di hatimu pada Abi..."

Kata itu...kata yang selama ingin Jagat dengar dari mulut sang Abi. Kalimat yang selalu menyambutnya penuh cinta, saat suatu keadaan sedih Jagat rasakan.

"Abiiii...." Jagat membalikkan tubuhnya bersiap untuk berlari, dengan pelukan yang telah ia siapkan.

Benar, kata orang, seburuk-buruknya anak di mata orang lain, ia tetaplah anak dari seorang orang tua. Orang tua mana, yang tak sakit hati ketika melihat tubuh anaknya yang semula sedikit berisi, kini kurus kering, tak terurus.

Pelukan Jagat semakin erat. Ia tenggelamkan kepalanya pada tubuh sang Abi. Ini yang ia butuhkan selama ini. Dekapan hangat yang selalu ia rindukan dari sang Abi.

Seribu penyesalan kini mulai menyeruak kembali saat ia peluk Ayahnya itu. Pantaskah ia mendapatkan perlakuan ini dari seseorang yang telah ia sakiti hatinya, kecewakan, dan ia tentang?

Jagat mulai menjauhkan dirinya dari sang Abi. Ia berlutut dihadapan Abi-nya. Mencium punggung tangan sang Ayah begitu lama, "Abi...."

"Jagat bukanlah manusia yang baik....Jagat manusia yang buruk yang tak tahu malu, berani berdiri di hadapan seseorang yang telah ia kecewakan." Jagat menggerutuki dirinya sendiri. Ia benar-benar malu sekaligus heran mengapa ia bisa terbawa arus salah saat itu, yang membuatnya menyesal, hingga saat ini.

BahiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang