27. Keberadaan Jagat

57 4 1
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Jangan lupa al-kahfi dan banyak sholawat yaa.

–––––Happy reading–––––

"Kamu di mana, mas?" kata Aswa, menghela napasnya berat. Malam ini, adalah malam kedua terberat yang harus ia jalani. Ia terduduk di tepi jendela kamar. Menatap sekeliling––––terpaku pada sebuah ranjang kosong yang tak berpenghuni.

Ranjang sebelahnya kosong, tak berpenghuni sudah dua malam ini. Ia menggeleng. Raut wajahnya menjelaskan semua keadaan yang ia rasakan. Merasa dibohongi, kecewa, dan rasa-rasa lain pun berkecamuk dalam pikirannya, "Coba jelaskan, apa kesalahan aku. Aku ingin kita bicara, aku ingin semua perselisihan diantara kita yang menjadi sumber kerenggangan ini selesai. Aku mau kamu kembali." Aswa berkata lirih.

Sudah ada dua hari, setelah kepulangannya dari rumah sakit kemarin, Aswa tidur sendiri. Tempat disebelahnya kosong. Benar-benar kosong. Entah kemana perginya laki-laki itu, hilang tanpa kabar, hingga semua panik dan kebingungan mencarinya.

Dering telepon berhasil membuat mata Aswa terbelalak, "Siapa yang menelpon malam seperti ini? Dan tunggu ... nomornya tidak terdapat dalam kontak?" tanyanya mengernyitkan dahinya, merasa kebingungan.

Sudah ada dua kalinya, panggilan dari nomor yang sama kembali. Aswa yang kala itu tengah penasaran pun, memberanikan diri untuk mengangkatnya, meski dengan ketakutan yang menyelimuti dirinya.

Satu detik, dua detik, sang penelepon tak kunjung berbicara. Hening, tak ada suara yang mampu Aswa dengar. Akan tetapi, setelah lima detik berlalu–––sang penelpon pun mulai terdengar suaranya. Suara yang sangat asing, ketika ia mendengarnya.

"Anda tidak perlu khawatir. Dia aman bersama kami. Kami keluarganya, cepat atau lambat, anda akan mengetahui siapa Jagat sebenarnya." Setelah mengatakan hal itu, sambungan telepon mati. Membuat Aswa kembali bergetar dan bingung dibuatnya.

Setelah sambungan telepon tadi mati, tiba-tiba saja dari arah jendela kamar terdengar suara seseorang yang tengah marah––––menggedor jendela kamar Aswa dengan begitu keras. Tak sampai di situ, seseorang itu bahkan berteriak-teriak layaknya seseorang yang tengah memiliki kepentingan mendesak pada Aswa.

Siapa itu? tanya Aswa mengawasi sekitar yang tampak sepi, tapi tidak dari arah jendela.

"Siapa di sana?" tanya Aswa. Berjalan pelan mendekat ke arah jendela.

Bertamu, tengah malam seperti ini? Siapa dia dan apa yang akan mereka perbuat malam-malam seperti ini? Aswa yakini seseorang itu pasti ingin menemuinya. Ia juga yakin, bahwa orang yang tengah mengganggunya adalah orang dekat. Sehingga ia bisa tahu persis letak kamar tidur Aswa.

"Buka atau saya dobrak?"

"Dobrak?" Berani sekali orang itu. Sudahlah bertamu malam-malam. Ingin dibukakan pintu dengan pemaksaan pula. Siapa seseorang yang tengah berbicara dengan nada tinggi seperti itu pada Aswa?

Meski dengan rasa takut yang menyelimuti hatinya, Aswa mulai membuka perlahan tirai yang menutup jendela. Membuka selot jendela dengan perasaan bercampur yang tengah ia rasakan kini. Ia takut, jika seseorang itu bisa membahayakan keselamatannya saat ini.

"Astagfirullah." Aswa merasa kaget, saat melihat seorang perempuan yang amat ia kenali itu tengah berdiri memegang batu di hadapannya. Bajunya yang lusuh dan begitu kotor menjelaskan keadaan perempuan itu, yang mungkin menerjang hujan besar–––demi menemuinya. Hal besar apa yang ia ingin katakan pada Aswa. pikir Aswa, menutup mulutnya kaget.

BahiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang