بسم الله الرحمن الرحيم
Alhamdulillah update kembali.
Jangan lupa vote dan komennya yaa!!
-----Happy reading----
Kata Abi, jika kamu tidak bisa menjadi milikku, maka bahagialah dengan orang lain. Daripada bersama denganku, tapi kamu terluka.
~Madhava Abiyya El-Hakim
"Jadi ... mau ditemani sampai kapan? Sampai tua, seumur hidup, atau–––"
"Sampai kita satu surga bersama-sama. Sampai surga-lah yang menjadi tujuan akhir kita. Aswa ngga mau, jika Om hanya menemani Aswa hanya seumur hidup. Karena itu artinya, jika Aswa meninggal dunia Om akan menikah lagi, kan?" tanya Aswa.
Jagat tersenyum kegirangan. Jika bukan dalam keadaan sedang mengendarai sepeda, ia ingin sekali mencubit pipi merah milik Aswa, gemas. "Itu tidak akan pernah bisa terjadi, Ra. Saya akan selalu bersama kamu, menemani kamu, mengasihi kamu dan mencintai kamu–––bahkan saat titik darah penghabisan."
Rabb jika engkau beri hamba umur yang panjang, maka berkahilah umur hamba. Jadikanlah hamba suami serta Ayah, dan anak yang baik yang bisa membahagiakan keluarganya. Tak henti hentinya, dalam sudut jalan yang ia lewati bersama perempuan yang ia cintai, ia selalu berdoa tentang kebahagiaannya–––juga perempuan yang berada di belakangnya. Ada senyuman yang harus bertahan, hingga masa tua tiba. batin Jagat tersenyum haru.
Mungkinkah semua itu akan terjadi? Jagat tidak pernah tahu dan bisa memprediksi takdir apa yang akan menghampiri di masa nanti. Yang ia akan persiapkan hanyalah berusaha tegar, dan menerimanya dengan ikhlas. Karena setiap takdir yang Rabb-Nya berikan pastilah suatu kebaikan untuknya.
"Ra..." panggil Jagat dalam keramaian kota Bandung yang begitu padat. Satu hari ini, mereka benar-benar habiskan untuk membagi berbagai cerita, dan bertukar pikiran mengenai hal di masa depan yang akan terjadi. "saya ingin jadi seorang Ayah." Jagat menepikan sepedanya. Mengamati Aswa yang tengah tersenyum gugup. Kebingungan.
Aswa pun mengangguk. Ia juga sempat tahu, bahwa memang sedari dulu Jagat tak pernah ingin menunda-nunda untuk memiliki seorang anak. Jika ia ingat-ingat kembali, tentang masa lamaran, Jagat memang sempat mengatakan latar belakang kehidupannya dahulu–––yang harus berpisah karena hal itu.
"Saya ingin memulai hidup saya yang baru, dengan kamu sebagai pendamping hidup saya. Yang kelak akan menjadi Ibu hebat dari anak-anak kita." Sungguh, baru kali ini setelah satu minggu lamanya Jagat murung. Kali ini Aswa mampu melihat laki-laki ini tersenyum kembali. Begitu antusias ketika bercerita tentang perannya sebagai seorang Ayah nantinya.
"Jika saya jadi seorang Ayah, takkan pernah saya biarkan putri saya terluka. Saya akan memeluknya erat ketika ia berada dalam satu masalah. Seperti yang Abi lakukan pada saya dulu, saya akan mencintainya–––hingga sampai kapanpun."
Beruntung kamu nak yang akan hadir di perut Aswa. Semoga ... kelak, kamu akan jadi kebahagiaan bagi ayahmu sayang. Aswa mengelusi perutnya tak sadar. Yang membuat Jagat terkekeh melihatnya.
Jagat tersenyum haru, "Kamu sangat menanti kehadiran malaikat kecil berada di perutmu, ya?"
Aswa mengangguk kecil. Mengapa bisa Jagat mengetahui keinginannya itu? Entah akan se-gemas apa nantinya, jika perempuan seimut ini harus mengandung bayi di perutnya. "Om ... Aswa mau tanya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahira
SpiritualSequel dari cerita Ustadzah muda istri mantan brandalan by Napriani6. [Hijrah || Pondok pesantren || Spiritual || Romance] Sama seperti kisah Nabi Yusuf alaihi salam dan Bunda Zulaikha. Ketika Bunda Zulaikha mengejar cinta Nabi Yusuf, Nabi Yusuf men...