07. Kedatangan Guru Ayah

96 9 18
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Apa kabar semua?

Al-kahfi sudah? Jangan lupa sholawatnya juga.

Kali ini Aku double up. Jaga-jaga saja, jika Minggu depan aku berhalangan untuk up.

✨Happy reading✨

Perempuan itu harus dijaga, karena mereka berharga.

~Kyai Salman~

Seorang laki-laki berambut hitam kecoklatan, beralis tebal mulai menuruni anak tangga dengan pelan sambil memainkan handphonenya. Sibuk mengetikkan pesan, pada siapa ia akan mengirimkannya?

"Assalamualaikum, pagi semua!" sapanya menoleh ke arah anggota keluarga, yang tak lama, terfokus kembali pada ponselnya.

Aswa tersenyum, menyudahi minumnya, kemudian membalas, "Waalaikumussalam, pagi Bang. Suka banget liat hp, curiga lagi chat sama cewek kemaren, deh." ucapnya tanpa rasa bersalah.

Yang benar saja, apakah Aswa baru saja membocorkan cerita yang Aqsha minta untuk dirahasiakan?

"Apa?!! Jadi...Abang dekat sama cewek?!" Perempuan bergamis merah muda yang tengah menakar nasi memberhentikan aktifitas. Menatap Aqsha terkejut.

Membulat sempurna kini mata Aqsha. Ia menatap sang Kakak kaget. Sementara yang ditatap malah asyik memotong buah di piringnya. "KAK?!" pekik Aqsha.

Ibun Zahira menggeleng pelan. "Cewek kemarin mana, Bang, yang membuat kamu melupakan larangan Allah?"

Mendapati pertanyaan itu, Aqsha menghela napas berat. Berniat untuk menjelaskan sebelum terjadi kesalah pahaman. Namun, belum sempat ia menjelaskan sedikit pun tiba-tiba, Azriel sang adik membacakan sebuah ayat larangan.

Azriel menyudahi bacaannya dengan membaca doa' setelah membaca Al-Qur'an. "Dalam Al-Qur'an surat Al-Isra ayat 32, yang memiliki arti. "Dan janganlah kamu mendekati zina ; sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." jelasnya.

Satu lembar roti ia ambil, tak lupa dengan selai cokelat kesukaanya. "Yakin, mau pacaran?" tanya Azriel menatap Abangnya sekilas. "Kayak udah punya banyak amal aja, sampe mau buat dosa. Mau ada yang ingetin sholat, kan ada azan. Mau ada yang ingetin makan? Ibun masih bisa. Mau punya tempat cerita? Ada Allah Subhana wa taala. Yang aman, no bocor-bocor."

"Tapi, siapa yang kalian maksud telah melakukan zina?" Seorang laki-laki paruh baya berjalan menggunakan tongkat sebagai alat bantu ia berjalan, diikuti wanita paruh baya di belakangnya. "Njid dengar, tadi Azriel membacakan surat Al-Isra, ya?" Kyai Salman bertanya.

Aqsha menundukkan kepalanya dalam. Menelan ludahnya kasar. Bukan ini yang ia maksudkan, niat hati ingin memberi kabar baik, malah berujung di interogasi. "Njid, Jiddah, Ibun, Kakak, Ayah, Azriel...kalian salah paham. Nggak ada yang pacaran, kok!" bela Aqsha.

"Lalu? Coba jelaskan, Bang! Agar semua tidak salah paham," tutur Gus Azam yang ikut bicara.

Aqsha menarik napasnya panjang. Cerita ini tidak singkat, sehingga ia akan membutuhkan banyak energi untuk menjelaskannya. "Maaf....Abang udah langgar perintah kalian..."

Membulat, itulah reaksi yang diberikan Azriel. Ia menggelengkan kepalanya pelan.

"Abang ngga melakukan hal yang Allah larang, Ayah. Abang hanya terperangkap dalam situasi yang amat di luar ekspektasi Abang. Abang jujur, Abang tidak melakukan hal apapun bersama wanita itu."

BahiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang