Pagi ini Jovandra mengadakan meeting bersama pengusahawan lain yang ingin bekerja sama dengan perusahaannya, dan tentu saja pria paruh baya itu tidak menyia-nyiakan kesempatan nya. Pagi-pagi sekali ia bersiap untuk pergi ke kantor.
Tidak seperti kakak-kakaknya, Sean termasuk anak yang rajin, tapi bukan berarti kakaknya tidak rajin. Menurut Jovandra, Sean dan Sagara lebih rajin daripada yang lainnya.
Anak bungsunya ikut bangun untuk membantunya bersiap-siap membawa berkas-berkas yang penting, Sean memasukan berkas-berkas itu ke dalam tas papanya dengan sangat teliti dan hati-hati. Ia takut ada sesuatu yang tertinggal atau mungkin lebih parahnya lagi berkas itu rusak akibat kecerobohannya sendiri, jika di bayangkan pasti papanya akan marah sekali.
Jovandra mengusap rambut dan mengecup singkat kening Sean, astaga manis sekali. Ia sudah siap untuk berangkat, saat di teras depan rumahnya, Sean teringat sesuatu.
"Oh, papa sebentar!" Jovan mengernyit, apakah ada yang tertinggal?
Tak lama kemudian Sean kembali muncul dari dalam rumah, lalu anak itu menyodorkan sebuah bungkusan roti rasa kopi dan juga susu full cream, Salah satu minuman favorit pria itu.
Sean berbicara sambil memasukan roti kopi dan juga sekotak susu full cream ke dalam tas papanya, "Papa, aku tau papa tidak sarapan karena papa harus berangkat sepagi ini. Papa harus makan saat di jalan menuju kantor, agar perut papa terisi walaupun sedikit, ya?" Jelasnya panjang lebar.
Jovandra tersenyum manis, Sean itu sangat perhatian. Ah, sepertinya didikannya berhasil.
Atau mungkin, tidak juga.
Jovan mengecup kening Sean sekali lagi, lalu ia menaruh tangannya di bahu sang anak dan mengusapnya pelan, "Terima kasih Sun, jangan lupa belajar yang rajin. Ingat? Hari ini kamu ada ujian."
"Iya papa, aku selalu ingat. Jangan khawatir."
"Kalau begitu papa berangkat ya?" Ujarnya sambil melirik arloji di tangan kanannya yang terpasang.
"hati-hati di jalan, papa!"
Jovandra memasuki mobil, berucap sesuatu kepada supir pribadi keluarga mereka. Ia membuka kaca mobil dan melambaikan tangan nya kepada Sean yang masih ada di sana.
Anak itu juga membalas lambaian tangan sang Ayah, saat mobil Jovandra sudah tidak terlihat. Sean menurunkan tangannya, matanya sedikit berembun. Ia mengusap lengannya sendiri, merasa dingin yang menusuk sampai ke tulang.
"Papa..." lirihnya, Ia menghela nafas lelah dan berat. Rasanya berat sekali tapi sepertinya ia harus tetap tegar sekarang dan seterusnya.
YOU ARE READING
Happiness For Sean.
FanfictionMemang betul, hidup tidak selalu bahagia. Start ; 07/6/2024 End ; -